'Kemanapun Saya Pergi, Al-Aqsa Selalu Dihati' - Asad Thoha

BY Rizky SyahputraEdited Fri,15 Jul 2016,07:44 AM

'Kemanapun Saya Pergi, Al-Aqsa Selalu Dihati' - Asad Thoha Menceritakan Kisahnya.

Suarapalestina - Mungkin suaranya masih terngiang ditelinga pemirsa, ketika ia berkata: 'Tetaplah bersama saya, agar kita bisa memulai cerita dari awal' atau ketika ia berkata 'Hotspot,  kamis terakhir di setiap bulan'.

Bagaimana namanya dapat dilupakan sedangkan pendengarnya menyimak Ia berbicara selama bertahu-tahun,  mengikuti satu episode ke episode lainnya, menunggu kalimatnya dengan judul yang  mengetuk pintu hati.

Mungkin serial 'Diceritakan Bahwa' dan 'Hotspot' yang ditayangkan Aljazera adalah episode yang paling menarik perhatian bagi Asad Thoha.

 

Perjuangan Tanpa Kenal Mundur.

Asad Thoha tidak mengenyam pendidikan jurnalistik, namun ia memfokuskan dirinya dalam praketek jurnalistik yang merupakan cita-citanya sejak kecil. Ia terbiasa dengan  junalistiks melalui tulis menulis dan siaran radio di sekolah, sejak ia masih mengenyam bangku sekolah dasar sampai ke Universitas.

'Saya sudah mencoba beberapa profesi, namun saya belum menemukan profesi yang membuat saya lebih senang seperti jurnalistik, saya melihat bahwa Allah Swt memberi saya bakat dalam hal ini dan saya harus menggunakannya baik-baik'.

Sejak masih kecil, membaca adalah menjadi tanda bahwa ia memiliki bakat dalam dunia jurnalistik, ia menambahkan: 'Saya mencintai huruf, usaha untuk menjawab soal yang mengalir dalam imajinasi,  sertamencari jawaban dan kebenaran'.

Baginya kegiatan belajar dan melatih keterampilan tidak pernah berhenti. Bahkan, puncak belajar baginya adalah ketika meliput perang Bosnia.

'Saya percaya, bahwa pengalaman meliput perang Bosnia 1992-1995 adalah pengalaman yang memiliki ciri khas tersendiri namun setelah itu saya masih terus belajar meliput dunia bersama Aljazera, dan sampai sekarang saya masih terus belajar. Karena siapa yang mengatakan, bahwa ia sudah sampai ke puncak hakikatnya ia sudah jatuh ke jurang'.

Di hari-hari pertama, Thoha sudah beberapa kali melamar pekerjaan tanpa hasil, ia bahkan pernah bekerja tanpa menerima sepeser pun gaji, namun cobaan tersebut sama sekali tidak membuatnya mundur dari dunia jurnalistik.

'Saya sama sekali tidak berfikir untuk mundur, saya menganggapnya sebagai perang hidup atau mati. Saya meyakini bahwa keberhasilan sangat terkait dengan power of will. Tidak diragukan lagi hal ini bukanlah keputusan yang mudah seperti yang saya bicarakan sekarang namun saya sangat menikmatinya walaupun didepan banyak kendala'.

'Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa saya menikmati tantangan ini dan saya percaya bahwa Allah Swt akan menolong saya dengan caraNya'.

Saya menikmati kesulitan yang saya alami sampai kepada titik dimana saya menerima respon positif  terhadap tulisanumat Islam di Eropa, namun hal ini tidak membuat saya mengurangi perhatian saya terhadap Balkan dan Asia Tengah. Menurut saya jurnalis Arab  harus lebih memperhatikan apa yang terjadi oleh umat Islam di wilayah balkan. Hal iniakan tercapai nanti'.

Semua Pihak Suka dengan Cerita.

Setelah melalui masa-masa pencarian kerja, Thoha tidak menerima 'Profesi' sebagai pekerjaan hanya demi gaji.

'Saya tidak bekerja di perusahaan pers hanya untuk menerima gaji diawal bulan, saya punya perhitungan sendiri. Sebuah kalimat, bagi saya memiliki kesucian dan saya khawatir jika sampai menyesatkan masyarakat atau membuat kesadaran mereka hilang', tambahnya.

'Saya khawatir dengan pembatasan ideologi karena komitmen dengan profesi, kita tahu bahwa setiap sisi ada aturannya. Dan profesi saya sebagai freelancer memberikan saya kesempatan besar  menerima ideologi apapun selama tidak bertentangan dengan prinsip yang saya pegang, dan saya punya hak untuk menolak', tambahnya.

'Saya masih meyakini bahwa saya dapat bekerjasama dengan seluruh pihakyang memiliki perbedaan ideologi selama tidak bertentangan dengan apa yang saya yakini. Walaupun berakibat kepada materi namun saya mendapat banyak manfaat intelektual. Saya melihat, meneliti, berfikir terhadap dunia disekitar dan saya punya kebebasan untuk mengambil keputusan apapun yang saya mau'.

Ia memulai profesi dari kepenulisan lalu radio kemudian televisi, dimana ia lebih banyak memproduksi dokumenter. Hari ini Thoha kembali aktif dalam dunia kepenulisan melalui 'al-Hikayah'.

Ia mengatakan: 'Radio dan TV hanya meneliti masalah tertentu secara global. Di TV misalnya, saya hanya memiliki dua menit untuk membahas apa yang terjadi hari ini, namun saya bisa memiliki ruang lebih luas dalam media tulis, saya dapat menulis, menganalisis lalu menyimpulkan namun sebaliknya, gambar memiliki pengaruh yang tidak terbantahkan'.

'Saya tidak hanya sekedar menulis,  saya melangkah dibelakang hati saya, ketika saya merasa rindu untuk menulis saya akan melakukannya. Mungkin saya akan lebih intens dalam dokumenter yang membutuhkan waktu panjang, karena ada beberapa tema yang ingin saya dokumentasikan lalu dipelihara di perpustakaan Arab'.

Ia menambahkan, 'Cerita memiliki pengaruh bagi masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda baik dari sisi keyakinannya, umurnya atau kebangsaannya, semua suka dengan kisah,  karena itu  kita bisa menyatakan apapun yang kita mau melalui sebuah kisah'.

Tidak Hanya Pesona.

Seperti karyanya yang berlimpah, perjalanannya yang dilakukannya juga tidak sedikit. Perjalanannya  sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Saya tidak merantau demi tuntutan profesi bukan pula karena pesona alam yang indah di sebagian negara, namun ia adalah kesempatan untuk belajar dan berfikir serta untuk menulis'.

'Kalau saya punya waktu saya akan menulis berbagai macam buku dalam perjalanan atas izin Allah, membentuk karakter serta mengembangkan cakrawala berfikir'.

'Ada hal-hal yang tidak bisa dirasakan kecuali bagi yang musafir. Ketika anda berkeliling dunia maka anda akan melihat suku, agama, ideologi serta pengalaman yang berbeda-beda'.

'Yang harus anda lakukan adalah merenungi momen yang anda lihat. Allah Swt telah telah memberi saya petunjuk untuk merenungi dunia sejak perjalanan pertama saya. Saya tidak cuma terpesona dengan keindahan alam namun juga dengan tabiat manusia, ideologi dan pemikiran mereka'.

Diantara kota-kota yang pernah ia kunjungi adalah Sarajevoyang sekaligus menjadi cinta pertamanya. Ali Ezzat Begovich, presiden Bosnia pertamamerupakan  tokoh  paling berpengaruh baginya.

 

Temanku Adalah Pengorbanan.

 

Selama bertahun-tahun menjalani profesinya sebagai jurnalis berbagai pederitaan telahia lalui, ialalu menyampaikan kepada publik dengan kalimat yang mewakili perasaannya. Bagaimana ia melalui cobaan tersebut? Lalu kesan apa yang ditinggalkan olehnya, ia berkata:

'Saya mengalami banyak penderitaan. Salah satunya adalah ketika saya tidak sanggup membela orang-orang tak bersalah yang terbunuh karena membela keyakinannya atau membela negaranya. Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa para korban itu menjadi teman dalam khayalan, mereka bersama saya kemanapun saya pergi'.

Mengingat jurnalistik adalah profesi yang sering mendapat ancaman, ia berkata: 'Ancaman punya banyak jenisnya, dan yang paling buruk adalah anda tidak akan merasa aman, walaupun saya yakin saya tidak melakukan sesuatu yang membuat saya berhak menerima ancaman tersebut, namun sebagian pihak merasa tersakiti jika anda menjadi masyarakat yang bebas, walaupun anda tidak melakukan apapun. Mereka berupaya agar anda tetap menjadi budak seperti mereka'.

'Apabila anda merasa pekerjaan anda tidak membuahkan hasil lalu apa yang membuat anda tetap konsisten? Yang membuat anda bersikukuh dengan profesi anda adalah keyakinan bahwa anda melakukan tugas semampu anda dengan berbagai tantangan'.

 

Kamu Mati Di Tempatmu.

Diantara pengalaman jurnalistik yang paling unik adalah ia memiliki banyakpetualangan dan tantangan  namun tidak sembrono. Terkait hak ini ia berkata:

'Saya percaya dengan petualangan yang penuh perhitungan. Hal ini berbeda dengan sikap sembrono. Diam juga tidak akan membuahkan hasil apapun. Jangan menuntut jaminan sebelum anda memulai pekerjaan anda. Pergilah, tidurlah di jalan, rasakanlah kelaparan, carilah pekerjaan. Bumi Allah Swt begitu luas. Bagaimana anda dapat menerima jika anda mati ditempat anda dilahirkan.

Ketika ditanya soal titik tujuannya yang terakhir ia menjawab: 'Tidak penting ujung titiknya, yang penting adalah saya terus bekerja hingga batas terakhir dengan keikhlasan terhadap apa yang saya yakini'.

Ia menasihati anaknya dengan kalimat: 'Tidak ada hal yang lebih penting dari prinsip yang kamu pegang dimana kamu hidup dan mati demi prinsip tersebut, jangan pernah kamu berhenti bekerja'.

Thoha menyatakan kecintaannya terhadap tanah Palestina dan keinginannya untuk mengunjunginya. Ia menutup bincang-bincang  dengan kalimat: 'Masalah Palestina lebih dari soal tanah, dan saya melihat Palestina akan merdeka suatu hari atas izin Allah. Kemanapun saya pergi, al-Aqsa akan tetap di hati. Ya, masalah Palestina lebih dari sebuah tanah'.

leave a reply
Posting terakhir