Hari Membaca Nasional di Gaza; Peluang dan tantangan pendidikan

BY Mahmoud Abu ShariaEdited Tue,28 Mar 2017,11:26 AM

Hari Membaca Nasional di Gaza; Peluang dan tantangan pendidikan

Gaza -SPNA- Gaza adalah sebuah wilayah yang memiliki luas 360 Km. Jika dibandingkan dengan berbagai wilayah di dunia, Gaza tergolong sebagai wilayah kecil. Namun jika dilihat dari segi pendidikan, Gaza tergolong wilayah dengan tingkat pendidikan yang lebih baik diantara negara-negara Arab yang lain. Namun, kenyataan ini berbanding lurus dengan tingkat pengangguran di wilayah tersebut. Hingga kini, angka penggangguran di wilayah Gaza bahkan mencapai 70%.

Perang dan blokade adalah kenyataan yang dialami masyarakan Gaza. Namun, sejak tahun 2007, pemerintah Palestina memberikan perhatian besar pada sektor pendidikan, khususnya keilmuan dan membaca.

Sepanjang pekan ini, Jalur Gaza sedang memperingati Hari Membaca Nasional. Untuk itu, sebuah perpustakaan terbesar di Gaza - Qattan Center- memperingatinya dengan menggelar serangkaian kegiatan yang diikuti oleh 600 pelajar dan mahasiswa dari seluruh Jalur Gaza.

Tantangan kegiatan membaca di Jalur Gaza

Kesulitan yang dihadapi masyarakata Gaza telah memasuki hampir seluruh lini kehidupan, tak terkecuali kegiatan membaca. Yayasan Muhsin al-Qattan – yang mewadahi Qattan Center- senantiasa berupaya mendatangkan berbagai buku sebagai koleksi perpustakaan tersebut. Sayangnya, buku-buku itu harus diimimpor dari luar negeri. Demikian pula buku barbagasa Arab untuk anak-anak, hanya bisa diperoleh dengan membelinya langsung di berbagai pameran di luar negeri.

Bagi bangsa Arab, khususnya masyarakat di wilayah Gaza, memiliki hobby membaca adalah hal yang biasa. Bahkan bagi anak-anak dan remaja (usia 5-15 tahun), hanya memerlukan sedikit motivasi untuk agar terus membudayakan kegiatan ini, baik di sekolah maupun di rumah.

Budaya membaca di sekolah

Tidak bisa dipungkiri, bahwasanya sekolah merupakan institusi yang sangat tepat untuk membudayakan membaca bagi anak-anak. Sekolah merupakan tempat yang sangat strategis untuk mendidik generasi muda, calon guru dan kalangan profesional.

“Kondisi ekonomi dan sosial yang sulit menyebabkan pelajar di Jalur Gaza kesulitan untuk membeli buku,” ungkap Prof. Bakar Sya’lan, salah satu dosen Bahasa Inggris di Gaza.

Membaca adalah kegiatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan referensi ilmiah dalam segala ilmu. Sadar atau tidak, membaca dapat meningkatkan profesionalitas keilmuan bagi pembacanya.

Anak-anak adalah jenjang usia yang sangat efektif untuk menanamkan ilmu pengetahuan. Jika buadaya membaca dikembangkan sejak usia dini, maka akan berpengaruh positif pada kondisi sosial masyarakat.

Apabila budaya ini dikembangkan sejak usia dini, maka kondisi sosial masyarakat akan berubah. Lebih dari 10 tahun, As’ad Khalil telah mengkampanyekan budaya membaca di Jalur Gaza. Namun, keterbatasan jumlah menyebabkan masyarakat Jalur Gaza sulit menjangkau berbagi buku tersebut. Apalagi, jumlah pusat-pusat baca di wilayah ini sangatlah sedikit.

Dalam Islam, perintah membaca (iqra’) adalah wahyu pertama yang diperintahkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, budaya membaca harus terus digulirkan di seluruh dunia, sehingga ummat Islam bangkit dengan membaca.

 

SPNA Gaza City

Penulis: Abdul Hamid Akkila

Penerjemah: Syadid

leave a reply
Posting terakhir