IHH Turky di Jalur Gaza peringati 7 tahun Tragedi Kapal Mavi Marmara
Jalur Gaza, SPNA - Organisasi Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH) di Jalur Gaza, Rabu (31/05/2017), memperingati tahun ketujuh peristiwa yang menimpa kapal kemanusiaan Turki, Mavi Marmara.
Kala itu, 31 Mei 2010, kapal Mavi Marmara yang sedang berlayar di perairan internasional secara tiba-tiba diserang dan dibajak oleh Angkatan Laut Israel. Tercatat 10 aktivis gugur sebagai syahid, dan 56 lainnya mengalami luka-luka.
Enam kapal berlayar mematahkan blockade Israel atas Jalur Gaza, tak kurang dari 700 relawan dari 39 negara ikut dalam pelayaran termasuk Indonesia dan Malaysia.
Sejumlah aktivis IHH mengibarkan bendera Turki dan Palestina pada acara peringatan yang bertempat di pelabuhan Jalur Gaza. Mereka juga memperlihatkan spanduk lebar yang berisi gambar dan nama-nama korban jiwa dalam tragedi tersebut.
Anak-anak juga ikut memeriahkan peringatan ini dengan mempersembahkan aksi seni teaterikal yang menyerupai peristiwa saat itu, dimana pasukan Israel berhasil menyerang lalu menguasai kapal tersebut.
Dalam sambutannya, Mohamed Kaya, Direktur IHH Cabang di Jalur Gaza mengatakan, “Hari ini kita memperingati tahun ketujuh tragedi “Armada Pembebesan” yang ditaklukkan di perairan internasional, yang disaksikan seluruh dunia.”
Kaya menambahkan, “Hari ini saya tegaskan, bahwa rakyat Palestina tidak akan perna lupa dengan para syuhada tragedy kapal Mavi Marmara. Mereka akan terus ada dalam memori rakyat Palestina.”
Kaya juga menyampaikan pesan kepada negara-negara Arab dan Islam, “Situasi kehidupan di Jalur Gaza semakin buruk, rakyat di sini hidup dalam kesulitan akibat blokade, maka kalian harus selalu ada untuk membantu mereka karena ini adalah tanggungjawab kalian.”
Selain itu, Kaya berharap agar negara-negara Islam dan Arab tidak melupakan masa depan masjid Al-Aqsa yang terancam program yahudisasi Zionis Israel.
Pada kesempatan yang sama, Ghazy Hamd wakil Menteri Dalam Negeri Palestina menyatakan, “ Peringatan hari ini sebagai bukti bahwa persoalan Palestina akan selalu hadir di benak manusia-manusia yang merdeka di dunia ini.”
Dia menambahkan, “Sebagian orang berusaha untuk melupakan persoalan Palestina, namun (masih ada harapan) sebab sekelompok lainnya datang dari berbagai belahan dunia. Mereka ingin memastikan bahwa mereka akan terus ada untuk mendukung masalah Palestina, dan di antara mereka kini ada yang telah syahid.”
Hamd lebih jauh menjelaskan, bahwa tragedy Mavi Marmara akan terus terpatri dalam sanubari rakyat Palestina, akan menjadi simbol sejarah perjuangan, yang akan memberi harapan bahwa masih ada bangsa-bangsa lain di dunia, yang terus mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Hal senada disampaikan oleh Mona Sakek, Juru Bicara “Gerakan Internasional” yang bertujuan untuk menghentikan blokade Israel di Jalur Gaza, mengatakan, “Sesungguhnya blokade Jalur Gaza yang telah memasuki tahun ke-11 ini, telah menyengsarakan lebih dari 3 juta rakyat Jalur Gaza. Mereka kini dihukum secara massif, sungguh merupakan perbuatan yang tidak manusia dan ilegal.”
Sakek mengharap peran serta Turki untuk terus mengawal dan mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Sakek meminta agar organisasi HAM internasional lebih bertanggungjawab dan mampu menekan Israel untuk segera menghentikan blokade Jalur Gaza. Dia juga meminta agar Mesir membuka (secara permanen) pintu perlintasa Rafah untuk mengurangi derita rakyat Palestina yang terisolir dari dunia luar.
SPNA Gaza City
Sumber: Anadoly, penerjemah: Ihsan Zainuddin