Israel berencana tutup operasional lokal Al Jazeera

Al-Quds, SPNA -  Israel berencana akan mencabut izin wartawan Al Jazeera serta menutup  kantornya di Al-Quds.

BY Edited Mon,07 Aug 2017,10:54 AM
10.jpg

Returns - Gaza City

Al-Quds, SPNA -  Israel berencana akan mencabut izin wartawan Al Jazeera serta menutup  kantornya di Al-Quds. Israel juga akan mencabut izin siar stasiun yang berbasis di Qatar atas penyedia siaran dan satelit lokal, ungkap Menteri Komunikasi Ayoub Kara, Minggu (06/08/2017).

Seorang pejabat Israel yang lain menjelaskan bahwa penutupan tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat, mengingat proses hukum masih diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut.

Langkah Israel ini akan semakin meningkatkan tekanan kepada Qatar, yang sedang terlibat dalam perselisihan dengan beberapa negara.

Kara mengatakan bahwa tindakan tersebut dimaksudkan untuk memperkuat keamanan Israel dan " semua saluran yang berbasis di Israel harus dilaporkan secara obyektif.”

Al Jazeera mengatakan bahwa komentar Kara tidak berdasar dan akan mengambil langkah hukum yang diperlukan jika Israel melaksanakan ancaman tersebut.

Wartawan yang bekerja untuk stasiun pan-Arab di Israel mengatakan bahwa mereka tidak mengharapkan langkah tersebut terjadi atas mereka.

Minggu malam, (06/08/2017), pihak Al Jazeera mengatakan, "Al Jazeera Media Network mencela keputusan didasarkan pada sebuah pernyataan yang dibuat sebelumnya oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ini..."

Bulan lalu, Netanyahu mengatakan bahwa ia akan menutup kantor-kantor jaringan media tersebut di Israel. Netanyahu menuding media tersebut telah melakukan penghasutan dalam insiden yang terjadi di Al-Quds, kawan Kota Tua yang dianggap suci bagi Muslim dan Yahudi.

Kara menuturkan bahwa ia akan meminta Kantor Pers Pemerintah agar mencabut akreditasi wartawan Al Jazeera di Israel, yang memiliki sekitar 30 staf. Penyedia siaran dan satelit tersebut telah menyatakan kesediaan mereka untuk mematikan siarannya, ungkap Kara.

Kara menambahkan bahwa dia telah meminta Menteri Keamanan Dalam Negeri Gilad Erdan untuk menggunakan kekuasaannya dalam menutup stasiun tersebut di Israel, meskipun juru bicara Erdan mengatakan dia ragu menteri tersebut memiliki wewenang untuk melakukannya.

"Pelayanan kami bukan untuk urusan itu, coba ajukan ke polisi," kata juru bicara Daniel Bar.

Ketika ditanya apakah operasi Al Jazeera akan membuat Israel tampak menentang kebebasan pers, pejabat yang dekat dengan perdana menteri tersebut mengatakan bahwa negara menerima beragam pendapat namun bukan hasutan.

"Perdana menteri tidak terlalu senang dengan hasutan konstan yang Anda lihat dan dengar di Al Jazeera, yang kebanyakan diungkapkan dalam bahasa Arab. Ada banyak siaran di statius tersebut sangat berbahaya," kata pejabat tersebut.

"Tidak ada pemasungan kebebasan berbicara di negara ini. Ada banyak pendapat yang berbeda. Di negara-negara demokratis ada juga hal-hal yang tidak dapat diterima, dan kebanyakan yang dikatakan dan siarkan oleh Al Jazeera termasuk dalam kategori ini."

Dalam jumpa pers yang tidak mengundak pihak  Al Jazeera tidak diundang, Kara mengatakan bahwa langkah-langkah harus diambil terhadap "media, yang telah ditentukan oleh hampir semua negara Arab untuk benar-benar menjadi pendukung aksi teror, dan kami mengetahui hal ini secara pasti."

"Kami telah mengidentifikasi media yang tidak melayani kebebasan berbicara, namun membahayakan keamanan warga Israel, dan contoh utamanya adalah Al Jazeera," kata Kara.

Al Jazeera mengatakan pada bulan Juli bahwa Israel menyelaraskan dirinya dengan empat negara Arab - Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain - yang telah memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Qatar.

Asosiasi Pers Asing di Israel mengkritik rencana penutupan tersebut.

"Mengubah undang-undang untuk menutup sebuah organisasi media karena alasan politik adalah hal yang membahayakan," kata sekretaris eksekutif asosiasi Glenys Sugarman.

Sebelumnya, Al Jazeera telah menghadapi kecaman pemerintah di Mesir. Pada tahun 2014, Mesir menutup kantor media tersebut dan memenjarakan tiga stafnya. Dua staf telah dibebaskan, namun satu orang lainnya masih dipenjara. (T.RA/S:Returns)

leave a reply