Oxfam: Krisis listrik di Jalur Gaza adalah tindakan ilegal

Gaza, SPNA - Oxfam menggambarkan bahwa krisis listrik di Jalur Gaza sebagai tindakan hukuman ilegal terhadap seluruh negara dan menekankan perlunya langkah untuk mengakhiri krisis tersebut.

BY 4adminEdited Tue,08 Aug 2017,12:34 PM
9.gif

Middle East Monitor - Gaza City

Gaza, SPNA - Oxfam menggambarkan bahwa krisis listrik di Jalur Gaza sebagai tindakan hukuman ilegal terhadap seluruh negara dan menekankan perlunya langkah untuk mengakhiri krisis tersebut.

Organisasi tersebut mengatakan dalam sebuah siaran pers, Ahad (06/08/2017), "Sudah empat bulan krisis listrik, bahan bakar, perawatan kesehatan dan gaji melanda Gaza, dan warga Gaza tenggelam dalam bencana yang nyata.” Ia menambahkan bahwa akibat krisis tersebut akses masyarakat terhadap layanan dasar, seperti air dan sanitasi, menjadi lebih buruk daripada pada masa perang Gaza 2014.

"Krisis listrik di Gaza merupakan tindakan ilegal dan harus segera diakhiri," ungkap Chris Ejikmanz, direktur Oxfamwilayah Palestina.

Dia menambahkan bahwa Otoritas Palestina dan Israel harus bertanggung jawab atas situasi di Gaza. Ia menekankan agar mereka tidak menggunakan orang sebagai alat tawar menawar yang dieksploitasi oleh berbagai pihak.

Ejikmanz menekankan bahwa orang-orang Palestina di Gaza saat ini menderita pelanggaran hak-hak mereka akibat blokade tersebut dan menuntut segera dikembalikannya pasokan bahan bakar dan listrik ke Jalur Gaza.

Dia juga menekankan perlunya "mengakhiri krisis ini sekarang dan memberikan kelegaan kepada orang-orang yang telah terjebak, dan saat ini terpapar risiko penyakit, terutama akibat kelangkaan layanan perawatan kesehatan sebagai dampak dari ketidaktersediaannya listrik."

Ejikmanz menjelaskan bahwa semua pabrik pengolahan limbah di Gaza tidak lagi bekerja, sementara 50 persen dari pabrik tersebut belum beroperasi sejak perang di Jalur Gaza pada tahun 2014.

Dia menjelaskan bahwa pada bulan Agustus 2014, sebanyak 900.000 orang tidak dapat mengakses layanan air dan sanitasi yang diperlukan, dan saat ini jumlahnya tersebut meningkat menjadi dua juta.

Ejikmanz bersikeras bahwa penduduk Jalur Gaza sekarang hanya memiliki dua jam listrik per hari, sementara setelah perang terakhir, 80 persen penduduk biasa memiliki listrik empat jam sehari.

Sejak pemboman Israel terhadap satu-satunya pembangkit listrik di Gaza pada tahun 2006, pasokan listrik sangat rendah. Rumah dan pabrik hanya memiliki memperoleh pasokan listrik selama delapan jam per hari.

Ia menggarisbawahi bahwa blokade darat, laut dan udara, yang telah terjadi selama tahun ke 11, telah memperburuk kondisi ini. Ia juga menjelaskan bahwa keputusan Israel untuk mengurangi pasokan listrik ke Gaza sebesar 40 persen, atas permintaan Otoritas Nasional Palestina, mengakibatkan eskalasi masalah ini dan mengurangi pasokan menjadi sekitar dua jam listrik per hari.

"Bahkan tanpa roket dan bom, orang-orang Palestina di Gaza sudah menghadapi krisis kemanusiaan. Namun sangat memalukan jika membiarkan krisis ini semakin buruk dan mencekik dua juta orang yang sudah terhimpit oleh blokade ilegal," kata direktur Oxfam.

Dia menjelaskan bahwa semua proyek organisasinya di sektor ini telah terpengaruh oleh pemadaman listrik. (T.RA/S: Middle East Monitor)

leave a reply
Posting terakhir