Jepang salurkan bantuan untuk rumah sakit di Gaza

Ramallah, SPNA – Pada 3 Agustus lalu, Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awad, mengesahkan pencanangan panel surya di rumah sakit umum di Jalur Gaza, yang didanai oleh Japan Internastional Cooperation Agency (JICA).

BY Rara Atto Edited Tue,15 Aug 2017,12:19 PM
Jepang salurkan bantuan untuk rumah sakit di Gaza

Al-Monitor - Ramallah

Ramallah, SPNA – Pada 3 Agustus lalu, Menteri Kesehatan Palestina, Jawad Awad, mengesahkan pencanangan panel surya di rumah sakit umum di Jalur Gaza, yang didanai oleh Japan Internastional Cooperation Agency (JICA). Bersama Awad, Takeshi Okubo – perwakilan Jepang untuk Palestina- dan para pejabat JICA bertemu di Ramallah guna membicarakan kesepakatan terjait hal tersebut. Dijadwalkan pekerjaan panel surya itu akan dimulai pada awal September mendatang.

Proyek tersebut bertujuan untuk mengamankan pasokan listrik ke unit vital rumah sakit yang dikelola pemerintah di Gaza, yang dilanda krisis listrik sejak awal 2017 lalu. Wakil Menteri Kesehatan, Asad Ramlawi, mengungkapkan bahwa proyek ini bertujuan untuk menyediakan listrik bagi rumah sakit pemerintah melalui pemasangan panel surya.

“Menteri Kesehatan telah memberikan izin untuk dimulainya tahap awal proyek ini dengan biaya mencapai $1 dolar, yang akan dimulai dalam beberapa minggu ke depan setelah terpenuhinya studi kelayakan teknis oleh JICA,” tutur Ramlawi.

Dia menjelaskan bahwa RS. Aal-Shifa, rumah sakit terlengkap di Jalur Gaza, menjadi rumah sakit pertama yang merasakan proyek ini. Ia menuturkan bahwa Wakil Presiden JICA, Tomiyosi Kenichi, telah mengunjungi rumah sakit tersebut pada 17 Mei lalu untuk kondisi dan melakukan evaluasi studi kelayakan teknik penggunaan panel surya terkait kondisi bebrapa unit pada rumah sakit tersebut.

Ramlawi mengimbuhkan, “Tahap kedua, yang belum dibicarakan secara rinci, akan dimulai setelah pekerjaan pada tahap pertama telah rampung.”

Sejak Israel memulai blokade pada tahun 2007, Jalur Gaza mengalami krisis listrik yang sangat parah. Bahkan kini, penduduk Gaza hanya penerima pasokan listrik sebanyak 3 – 4 jam sehari. Satu-satunya pembangkit listrik di wilayah tersebut telah mengalami kekurangan bahan bakar dan dihentikan pengoperasiannya menyusul keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah di Ramallah pada 27 April lalu, untuk menghentikan pembayan listrik kepada Israel. Hal ini telah melahirkan dampak yang  buruk bagi keberlangsungan rumah sakit di Gaza.

Pada 15 Mei, Komite Palang Merah Internasional memperingatkan, “sebuah keruntuhan sistem dari infrastruktur dan perekonomian yang sudah usang sedang terjadi” di Gaza akibat minimnya pasokan listrik. Krisis ini pun telah mempengaruhi pengobatan warga Gaza di rumah sakit.

“Dalam kondisi normal, ruang bedah RS. Al-Syifa di Gaza bisa melaksanakan paling tidak tujuh bedah katerisasi jangtung per hari. Namun, akibat pemadaman listrik, jumlah pembedahan setiap harinya dikurangi dan disesuaikan dengan jadwal pemadaman listrik...Akibat pemadaman ini pulas, rumah sakit harus mengoperasikan beberapa peralatan dengan bantuan generator.”

Direktur umum rumah sakit di Jalur Gaza, Abdullatif al-Haj, mengatakan, “Saat ini rumah sakit mengandalkan generator darurat internal, yang merupakan sumber utama pasokan listrik. Pejabat rumah sakit mengalokasikan pasokan dari sumber tersebut hanya pada unit-unit vital, seperti ruang perawatan, ruang ventilator dan ruang bersalin.”

Ia menimbuhkan, “Adapun rumah sakit swasta, mereka menggunanakan generator dalam waktu yang lebih lama, yaitu 20 jam per hari. Mereka juga mengkonsumsi pasokan bahan bakar yang lebih besar, yaitu $12 juta yang diberikan oleh Qatar pada bulan Jaluari lalu. Jika jumlah konsumsi ini terus berlanjut, maka hibah BBM ini pun akan habis dalam waktu dua bulan.”

Meskipun sistem panel surya – yang terdiri atas panel-panel yang menyerap sinar matahari sebagai sumber energi yang akan menghasilkan listrik- menghasilkan sejumlah besar pasokan listrik, namun tetap sajaj tidak akan memenuhi kebutuhan listrik untuk rumah sakit.

Haj menjelaskan, “Panel surya hanya menyediakan sumber energi alternatif yang hanya cukup untuk menyuplai unit-unit vital di rumah sakit, seperti ruang perawatan intensiv dan ruang bedah. Listrik yang dihasilkan tidak akan cukup untuk mennyuplai ruang-ruang yang lain, seperti pusat AC, yang sangat diperlukan untuk ruang bedah dan kamar pasien.”

Dia mencatat bahwa panel surya menyediakan pasokan listrik hanya cukup untuk menjaga agar mesin bekerja dan mencegah adanya pemadaman secara mendadak dan berdampak pada peralatan yang penting.

Saher Younis, direktur JICA di Gaza, mengatakan bahwa gagasan proyek yang merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Jepang dan JICA tersebut dilatarbelakangi atas penderitaan penduduk Gaza di bawah blokade berkelanjutan Israel, yang berdampak buruk bagi rumah sakit dan membahayakan nyawa pasien.

Ia juga menuturkan bahwa panel surya tersebut tidak akan memasok listrik pada semua fasilitas rumah sakit, hanya pada unit-unit vital yang membutuhkan pasokan listrik secara terus-menerus guna menjamin keselamatan pasien.

“JICA akan memulai persiapan untuk tahap pertama dalam beberapa hari setelah menerima persetujuan dari kementerian kesehatan Palestina dan mengumpulkan semua informasi dan spesifikasi terkait unit-unit yang akan dijamin pasokan listriknya oleh panel surya tersebut. Pemasangan panel surya tersebut diharapkan mulai perjalan pada September mendatang,” ungkapnya.

Younis menambahkan,”Tahap pemasangan akan membutuhkan waktu selama dua minggu dan diharapkan semua pekerjaan bisa tuntas pada akhir tahun ini, mengingat sejumlah besar panel surya tersebut akan dipasang di rumah sakit dan staf teknis yang membutuhkan.”

Mengomentari staf teknis yang akan bertanggung jawab pada disain dan pelaksanaan proyek, Younis mengatakan bahwa tim teknisi Palestina dari Otoritas Energi Palestina telah mengikuti pelatihan di Jepang pada tahun 2014 - 2016 mengenai disain dan pelaksanaan dan sepenuhnya akan bertanggung jawab pada pelaksanaan proyek ini.

Meskipun pelaksanaan proyek tersebut disepakati oleh pemerintah Jepang dan JICA serta Awad, namun pejabat yang menangani sektor kesehatan di Jalur Gaza menyambut baik dan memfasilitasi proyek itu.

Ia menuturkan bahwa ia menyambut baik setiap proyek yang akan menolong penduduk dan sektor kesehatan di Gaza; Younis membenarkan bahwa tim JICA telah memeriksa RS. Al-Shifa beberapa pekan lalu.

(T.RA/S: Al-Monitor)

leave a reply
Posting terakhir