Restoran bergaya penjara di Mesir

Terletak di lantai dasar sebuah bangunan yang menghadap ke jalan utama, restoran ini menawarkan suasana penjara yang sangat kental. Makanan disajikan di nampan logam, sementara pelanggan duduk mengitari meja kayu dengan ember logam di bawahnya yang digunakan sebagai tong sampah.

BY Rara Atto Edited Tue,15 Aug 2017,05:47 PM
4.png

Al-Monitor - Kairo

Kairo, SPNA - Setelah seharian bekerja, Ahmed Hashem (29), seorang pengusaha Mesir yang bermukim di wiayah timut Kairo, kerap menyempatkan waktu untuk menikmati makan malam bersama rekan-rekannya di restoran Garemt Akl (Kejahatan Makan), yang terletak di Jalan Makram Ebeid di kota Nasr, sebuah distrik di bagian timur ibukota.
Restoran itu, yang dibuka awal tahun ini, dirancang agar terlihat layaknya penjara. Menu daftarnya disebut "ketentuan" dan tagihannya disebut "jaminan." Tanda "pembebasan" ditempatkan di atas pintu, agar pelanggan dapat melihatnya saat keluar. Restoran ini dilengkapi dengan rantai dan borgol dalam dekorasinya, sementara pada dinding lainnya dipenuhi dengan kutipan kalimat mengenai kehidupan dalam penjara.

Kepada Al-Monitor, Hashem mengatakan bahwa saat melintas bersama temannya, nama dan slogan restoran tersebut telah menarik perhatiannya.. Mereka pun berhenti dan masuk ke dalam. Mereka sangat terkesan dengan ide dan dekorasinya. Mereka pun mencoba makanannya. Hashem suka dengan humor ala penjara dan slogan-slogan yang terpampang di dindingnya.

"Restoran lain tidak semenarik tempat ini. Saya lebih suka di sini karena konsepnya asli," tuturnya, seraya menambahkan bahwa dia selalu mencoba mencari restoran baru.

Terletak di lantai dasar sebuah bangunan yang menghadap ke jalan utama, restoran ini menawarkan suasana penjara yang sangat kental. Makanan disajikan di nampan logam, sementara pelanggan duduk mengitari meja kayu dengan ember logam di bawahnya yang digunakan sebagai tong sampah.

Adalah Ahmad Hamad, satu di antara empat pemilik restoran tersebut, mengutarakan, "Kami ingin memulai sesuatu yang baru dan menarik. Kami terus mencari sampai akhirnya kami menemukan nama untuk restoran ini. Kami menata tempat ini agar nampak layaknya penjara.”

"Awalnya orang merasa ide kami sedikit aneh, tapi begitu mereka memasuki restoran, mencicipi makanan dan mengambil foto dekorasi, akhirnya mereka menyukainya," kata Hamad.

Makanan diberi nama sesuai jumlah sandwich yang disajikan. Misalnya, makan enam sandwich disebut sebagai "hukuman seumur hidup" dan sembilan sandwich disebut sebagai "hukuman mati.”

"Kami menyajikan makanan yang bisa menggemukkan," kata Hamad. "Hal ini karena makan di sini adalah suatu ‘kejahatan.’ Semakin banyak sandwich yang Anda makan, maka semakin lama waktu yang anda butuhkan untuk makan dan beristirahat sesudahnya. Inilah sebabnya mengapa makanan di sini disebut hukuman seumur hidup atau hukuman mati."

Dia menambahkan, "Sebelumnya kami tidak pernah merambah bisnis restoran. Kami masing-masing memiliki bisnis sendiri, tapi kami memutuskan untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari bisnis ini. Kami butuh sekitar dua bulan untuk meluncurkan tempat ini."

Meski enggan mengungkapkan biaya yang mereka keluarkan, namun, "Kami senang dengan apa yang telah kami capai, kami sangat senang dengan reaksi masyarakat, terutama karena beberapa orang mengatakan bahwa restoran kami ini adalah yang pertama di Timur Tengah," ungkapnya.

Dia juga membantah rumor yang menuding mereka telah mencuri ide dari tempat lain, dengan mengatakan, "Kami tidak pernah tahu apakah ide seperti ini telah ada sebelumnya. Kami tidak pernah memikirkan kemungkinan adanya restoran lain dengan konsep yang serupa. Kami hanya memikirkan ide tersebut kemudian merealisasikan. Kami menyukainya, pelanggan kami menyukainya dan kami tidak menemukan masalah dalam memperoleh dokumen dan izin yang dibutuhkan."

(T.RA/S: Al-Monitor)

 

leave a reply
Posting terakhir

 Ekonomi semakin sulit,  Restoran Mesir di Jalur Gaza terancam tutup

Jalur Gaza -SPNA- “Saat ini Anda berada di Mesir,” demikian bunyi tulisan pendek yang tergantung di depan pintu  salah satu restoran di Jalur Gaza. Ungkapan ini mengisyaratkan betapa sulitnya warga Jalur Gaza melakukan perjalan sampai ke Mesir, kecuali bagi mereka yang benar-benar beruntung berhasil lolos melalui  pintu perlintasan “Rafah” antara Jalur Gaza dan Palestina.