Para ilmuan desak boikot konferensi biokimia Israel

Al-Quds, SPNA - Akademisi Palestina dan internasional mendesak rekan-rekannya untuk memboikot kongres Federasi Masyarakat Biokimia Eropa 2017, yang akan digelar di Yerusalem bulan depan.

BY 4adminEdited Sat,26 Aug 2017,10:14 AM

Al-Quds, SPNA - Akademisi Palestina dan internasional mendesak rekan-rekannya untuk memboikot kongres Federasi Masyarakat Biokimia Eropa 2017, yang akan digelar di Yerusalem bulan depan.

"Beberapa peserta tidak menyadari mengenai serangan langsung yang diakukan Israel terhadap hak menjalani pendidikan yang dimiliki warga Palestina. Hal ini nampak dalam pemboman terhadap sekolah dan universitas, dan upaya menghalangi akses ke lokasi pendidikan," tulis para ilmuwan dan akademisi dalam sebuah surat yang telah dikirim ke semua pembicara konferensi tersebut.

"Pembatasan yang dilakukan Israel terhadap pengajaran dan penelitian rekan-rekan Palestina kami memiliki konsekuensi yang berat, tidak hanya pada penelitian dan kesempatan pendidikan, tetapi juga pada kesehatan orang-orang Palestina." Sebanyak 89 ilmuwan menyerukan boikot terhadap kegiatan tersebut, termasuk diantaranya peneliti dari institusi terkemuka di Eropa dan Amerika Utara.

Meskipun tidak ada negara yang mengakui klaim Israel atas kedaulatannya di Yerusalem, namun website Federasi Masyarakat Biokimia Eropa (FEBS) secara mencolok mencantumkan bahwa kegiatan tersebut berlokasi di "Yerusalem, Israel." Situs tersebut juga menempatkan Dataran Tinggi Golan - wilayah Suriah - sebagai bagian dari "Israel."

Entah disengaja atau tidak, ini membuat badan akademis menjadi peserta langsung dalam upaya Israel untuk melegitimasi kekerasannya, aneksasi dan penjajahan atas wilayah-wilayah ini yang melanggar hukum internasional.

Konferensi tersebut disponsori oleh beberapa universitas Israel yang secara langsung terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel, termasuk pengembangan senjata, mendukung serangan Israel di Gaza serta membantu dalam rekrutmen polisi rahasia Israel.

Universitas-universitas Israel juga terlibat langsung dalam upaya melemahkan solidaritas internasional untuk hak-hak Palestina.

Seperti yang dilakukan oleh Kepala Asosiasi Universitas Israel. Ia diketahui membantu usaha pemerintah Israel untuk menghilangkan pengajaran yang terkait dengan Palestina di universitas-universitas di negara lain. Ia juga diketahui untuk mencoba menggagalkan gerakan hak-hak global Palestina.

Salah satu tema yang diususng dalam konferensi tersebut adalah biokimia kanker. Angka penderita kanker meningkat, terutama bagi orang-orang Palestina di Jalur Gaza.

Namun para ilmuwan menunjukkan bahwa Israel secara aktif menghalangi pengobatan terhadap penyakit tersebut. mereka mengungkapkan, "Selama lima tahun, tingkat kelangsungan hidup para penderita kanker di Gaza sebesar 30%, di banding Israel yang mencapai 86%. Pada tahun 2016, hanya 44% pasien Gaza yang diterima di rumah sakit Israel. Sementara mereka yang ditolak, lebih dari setengahnya adalah penderita kanker payudara.”

Sementara itu, sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kerhancuran akibat pengurangan pasokan energi Israel ke wilayah tersebut.

Mengantisipasi argumen khas melawan boikot, para ilmuwan menyatakan: "Jelas, pemboikotan para akademisi ini hanya ditujukan pada institusi Israel, bukan individual.”

Tahun lalu, setelah seruan serupa, beberapa ilmuwan menarik diri dari sebuah konferensi genosida yang diselenggarakan oleh Universitas Hebrew.

Pemimpin universitas Israel mengatakan bahwa "pemboikotan diam-diam" yang dilakukan para ilmuan tersebut telah menampar mereka, di mana banyak akademisi menjauh dari institusi Israel namun tidak membuat pernyataan publik.

Kelompok lobi Israel juga mengakui dampak dari "pemboikotan diam-diam" tersebut.

Para ilmuwan mencatat bahwa Federasi Masyarakat Biokimia Eropa memahami masalah politik terkait lokasi konferensi. Pada tahun 2016, badan tersebut menyatakan "solidaritas terhadap komunitas ilmiah Turki" menghadapi hambatan kebebasan akademik di Turki, dan kemudian membatalkan konferensi yang dijadwalkan berlangsung di sana.

"Dengan melaksanakan kongresnya di Yerusalem, baik sadar maupun tidak, FEBS telah berpartisipasi dalam tindak kekerasan Israel terhadap hak asasi manusia Palestina," kata Ahmed Abbes, direktur riset di institut ilmiah CNRS Perancis, dan sekretaris AURDIP, sebuah kelompok akademis yang mendukung hak-hak Palestina.

"Kami berharap rekan-rekan kami untuk berkonsultasi dengan hati nurani mereka, mendengarkan suara masyarakat sipil Palestina, dan menolak untuk melewati batas piket ini." (T.RA/S: Electronic Intifada)

leave a reply
Posting terakhir

Ilmuan Nuklir Iran Dibunuh di Teheran

Media Iran menyebutkan bahwa Fakhrizadeh adalah seorang ilmuan kelas satu di bidang penelitian ilmiah dan masuk dalam daftar sanksi internasional. Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menyebutkan nama Fakhrizadeh sebagai target pembunuhan. Media Israel juga pernah melaporkan bahwa rencana sebelumnya untuk membunuh Fakhrizadeh telah gagal.