Pemuda Palestina wafat setelah tertembak pasukan Israel di al-Duhiesha

Raed al-Salhi (21) ditembak berkali-kali di dada dari jarak dekat, hinggs tembus ke hati, saat serangan militer pada 9 Agustus lalu. Sementara itu seorang pemuda lainnya, Aziz Arafeh, juga tertembak di bagian kaki.

BY Rara Atto Edited Mon,04 Sep 2017,10:43 AM
Pemuda Palestina wafat setelah tertembak pasukan Israel di al-Duhiesha

Al-Masdar News - Bethlehem

Bethlehem, SPNA - Seorang pemuda Palestina meninggal di sebuah rumah sakit di Israel, Ahad (03/09/2017). Pemuda tersebut meninggal setelah mengalami luka kritis selama beberapa minggu. Raed al-Salhi, sang pemuda, ditembak oleh pasukan Israel dalam sebuah serangan yang penuh kekerasan di kamp pengungsi al-Duheisha, distrik Betlehem, wilayah selatan Tepi Barat.

Pemuda berusia 21 tahun tersebut ditembak berkali-kali di dada dari jarak dekat, hinggs tembus ke hati, saat serangan militer pada 9 Agustus lalu. Sementara itu seorang pemuda lainnya, Aziz Arafeh, juga tertembak di bagian kaki.

Dua pemuda yang terluka tersebut ditahan oleh pasukan Israel dan dibawa ke rumah sakit Israel di Hadassah di Yerusalem.

Kepada Ma’an News, Ahad (03/09/2017), kepala Komite Urusan Tahanan Palestina, Issa Qaraqe, mengatakan bahwa setelah mengalami luka yang sangat parah, Read akhirnya meninggal. Qaraqe mengatakan pula bahwa ia menuntut Israel bertanggung jawab atas kematian pemuda itu dan mengecam pasukan Israel yang telah menembak Read dengan amunisi langsung pada jarak dekat.

Jaringan solidaritas tahanan Palestina Samidoun melaporkan bahwa selama beberapa minggu setelah penahanannya, Raed yang ditahan di unit perawatan intensif, berada dalam kondisi koma. Ia tidak diperbolehkan menerima kunjungan keluarga dan dijaga ketat meski tidak sadarkan diri.

Tak lama setelah pengumuman kematian Raed, pelayat melakukan demonstrasi di al-Duheisha, meneriakkan belasungkawa dan menyerukan pembalasan atas pembunuhan tersebut.

Kemudian dilaporkan bahwa penduduk setempat memutuskan untuk melarang semua pers meliput pemakaman Raed. Keputusan tersebut diambil setelah minimnya peliputan yang dilakukan oleh media atas kondisi Raed yang dirawat selama berminggu-minggu.

Masih tidak jelas kapan pemakaman akan diadakan atau kapan jasad Raed diserahkan oleh pemerintah Israel. Seperti diketahui, pihak Israel kerap menahan jasad orang-orang Palestina yang dibunuh dalam waktu yang lama dan memberlakukan pembatasan ketat untuk pemakaman mereka.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa pada saat penembakan tersebut, "para tersangka berusaha melarikan diri dari daerah itu,"

"Selama pengejaran, tentara melepaskan tembakan ke arah para tersangka, yang akhirnya melukai mereka. Mereka dirawat di tempat kejadian dan kemudian dievakuasi ke rumah sakit untuk perawatan medis lebih lanjut," kata juru bicara tersebut.

Raed dan Arafeh, keduanya tidak bersenjata saat ditembak. Ketika penyeragan terjadi, orang-orang Palestina melempari pasukan Israel dengan batu dan bom molotov.

Pengacara untuk komite narapidana, Karim Ajwa, telah menyatakan dalam sebuah laporan pada 14 Agustus lalu bahwa kesehatan Raed mulai membaik, dan masih berada di unit perawatan intensif serta bernapas menggunakan respirator.

Ajwa melaporkan pula bahwa pemuda tersebut ditahan di bawah pengawasan ketat di rumah sakit meski kondisi kesehatannya sangat parah.

Selama penahanannya di rumah sakit, anggota keluarga Raed dilaporkan ditolak untuk mengunjunginya dengan dalih bahwa interogasi sedang berlangsung.

"Semua upaya pihak keluarga untuk memperoleh izin berkunjung pun gagal. Otoritas pendudukan mencegah semua anggota keluarganya untuk mengunjunginya. Upaya terakhir yang dilakukan oleh ibunya terjadi beberapa minggu lalu. Sementara, ibunya sendiri menderita beberapa penyakit dan tidak dapat tidur karena khawatir akan kondisi ananknya," ungkap Khaled al-Salhi, saudara laki-laki Raed kepada al-Quds News.

Penahanan Read diperpanjang beberapa kali oleh pengadilan militer Ofer Israel saat ia dalam keadaan koma, menurut Samidoun, pada 29 Agustus lalu. Sementara perpanjangan masa tahanan Arafeh juga terjadi saat ia masih terbaring di rumah sakit, dan akhirnya dipindahkan ke klinik penjara Ramla.

Penggerebekan Israel di kota-kota Palestina, desa-desa, dan kamp-kamp pengungsian adalah kejadian sehari-hari di Tepi Barat dan Al-Quds.

Akibat penggerebekan yang biasanya dilakukan dengan agresif, bentrokan antara pemuda Palestina setempat dan pasukan pendudukan kerap kali pecah. Para pemuda melempar batu dan yang direspon dengan tembakan langsung dengan peluru karet, dan gas air mata, yang seringkali mengakibatkan luka serius, bahkan fatal.

(RA/S: Ma’an News)

leave a reply