Hamas menuduh Mossad membunuh komandan Al-Qassam di Tunisia

Melalui sebuah konferensi pers di Beirut, Kamis (16/11/2017), gerakan Hamas mengumumkan mengenai rincian pembunuhan komandan Al-Qassam, Mohamed al-Zouari di Tunisia.

BY 4adminEdited Fri,17 Nov 2017,11:21 AM
Hamas menuduh Mossad membunuh komandan Al-Qassam di Tunisia

The Palestinian Information Center - Beirut

Beirut, SPNA - Melalui sebuah konferensi pers di Beirut, Kamis (16/11/2017), gerakan Hamas mengumumkan mengenai rincian pembunuhan komandan Al-Qassam, Mohamed al-Zouari di Tunisia.

Anggota biro politik kelompok tersebut, Mohamed Nazzal, mengatakan bahwa Mossad Israel berada di balik pembunuhan al-Zouari di Sfax, Tunisia pada Desember tahun lalu.

Nazzal mengatakan bahwa rincian tersebut dibuat berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri oleh Hamas atas pembunuhan al-Zouari.

"Secara resmi Mossad dituduh berada di balik pembunuhan, yang hanya sebagai bentuk tindakan teroris, namun juga pelanggaran terhadap kedaulatan negara," katanya.

Nazzal juga mengatakan bahwa hal initidak lebih sebagai bentuk "tanggung jawab mereka untuk berkoordinasi dengan pihak berwenang Tunisia" mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keamanan nasional negara tersebut "dalam rangka menghadapi musuh, yaitu Zionis".

"Demikian pula Tunisia memiliki informasi mengenai penyelidikan tersebut, dan kepentingan nasional serta stabilitasnya sangat penting bagi kami," kata Nazzal.

"Sebab Zionis bisa saja mengulang kembali perbuatannya, dan karena itu kami bertanggung jawab atas keamanan Tunisia - serta di negara Arab lainnya."

Pejabat Hamas menuturkan bahwa tiga tim ikut terlibat dalam operasi tersebut, yaitu "Persiapan (untuk pembunuhan) yang berlangsung selama satu setengah tahun," tambahnya.

Ia menegaskan bahwa Mossad telah menerima bantuan dari petugas keamanan lainnya, namun dia tidak menjelaskan siapa mereka. Pembunuhan tersebut dilakukan melalui tiga tahap dan melibatkan 12 orang, tambahnya.

Menurut laporan investigasi tersebut, kedua pria yang melakukan pembunuhan tersebut memiliki paspor Bosnia.

Salah seorang dari mereka bernama Chris Smith. Ia mendaftar di National Engineering School of Tunis - universitas yang sama dimana al-Zouari kuliah dan memperoleh gelar pascasarjana.

Laporan tersebut mengatakan bahwa Smith, yang telah menyampaikan kepada pihak universitas atas ketertarikannya untuk melakukan observasi terhadap inovasi drone, menawarkan proyek kepada al-Zouari, yang diduga didukung oleh Uni Eropa, untuk dikerjakannya. Namun, karena dianggap mencurigakan, Zouari menolak proyek tersebut.

Tahap kedua dilakukan oleh dua wanita yang bebrapa laki melakukan pemantauan terhadap rumah al-Zouari.

Nazzal menuturkan, karena persiapan logistik di Tunisia memakan waktu sekitar empat bulan, itu dua orang tersebut menyewa apartemen dan mobil di negara ini.

Laporan tersebut menyatakan bahwa pada hari pembunuhan tersebut, keduanya mengikuti al-Zouari ke sebuah kedai kopi di dekat rumahnya dan duduk di meja sebelahnya. Keduanya kemudian meninggalkan kedai kopi sementara tiga tim lainnya mengintai rumah al-Zouari.

Pembunuhan tersebut terjadi saat al-Zouari kembali ke rumahnya pada jam sibuk. Setelah mematikan mesin mobilnya, agen-agen Israel berhenti di samping mobilnya kemudian menembaknya beberapa kali. Senjata yang mereka gunakan dilengkapi dengan peredam suara khusus.

Nazzal mengatakan bahwa Hamas merupakan gerakan berbadan hukum dan akan melaporkan hasil investigasi tersebut kepada tim hukum untuk mempelajari kemungkinan opsi melanjutkan temuan itu.

"Saya meyakinkan Anda bahwa tim hukum akan memeriksa ini," katanya. "Kami akan melihat opsi untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap Israel."

Al-Zouari (49) meninggal dalam mobilnya di dekat rumahnya di Sfax pada 15 Desember tahun lalu. Ia adalah insinyur dan ahli drone yang telah bekerja dengan sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam. Setelah pembunuhan tersebut, Hamas membentuk sebuah tim investigasi yang dipimpin oleh Nazzal.

(T.RA/ S: The Palestinian Information Center)

leave a reply