Pengunduran diri ditolak, PM Lebanon Saad Hariri akan kembali ke Beirut

Paris, SPNA - Perdana Menteri Libanon Saad Hariri, menyatakan akan kembali ke Beirut dalam beberapa hari kedepan serta menjelaskan keputusan pengunduran dirinya yang dilakukan secara mendadak.

BY 4adminEdited Sun,19 Nov 2017,09:11 AM

Paris, SPNA - Perdana Menteri Libanon Saad Hariri, menyatakan akan kembali ke Beirut dalam beberapa hari kedepan serta menjelaskan keputusan pengunduran dirinya yang dilakukan secara mendadak.

Hariri mengumumkan pengunduran dirinya dua pekan lalu, namun Presiden Lebanon Michel Aoun menolak permohonan tersebut.

Hariri juga membantah tuduhan bahwa Riyad memaksanya mengundurkan diri dan tinggal di Arab Saudi.

‘’Saya akan menuju Beirut dalam beberapa hari ke depan dan berpartisipasi dalam perayaan kemerdekaan Lebanon, serta menjelaskan sikap saya mengenai masalah ini setelah bertemu Presiden Aoun,’’ terangnya seperti dilansir BBC, Sabtu (18/11/2017).

Rabu lalu Presiden Perancis Emmanuel Macron mengundang Hariri ke Perancis setelah berbicara dengan Pangeran Muhamad Bin Salman melalui sambungan telepon. Belakangan, Macron harus menjelaskan bahwa undangan itu bukan tawaran suaka politik.

Liz Dusit, editor urusan internasional BBC mengatakan bahwa perjalanan Hariri ke Prancis merupakan babak baru dalam krisis politik  Lebanon yang masih memicu berbagai spekulasi.

Arab Saudi sebelumya juga membantah memaksa Hariri mengundurkan diri dalam upaya yang disinyalir ‘’membendung pengaruh Iran yang didukung Hizbullah di Lebanon.’’

Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengatakan dalam sebuah konferensi pers bersama  Menlu Peranci Jean-Yves Le Drian,  bahwa Saad Hariri memiliki kebebasan mutlak untuk tinggal di Arab Saudi atau kembali ke Lebanon.

‘’Hariri adalah warga negara Saudi dan Lebanon. Tuduhan bahwa Saudi memaksa Hariri untuk tinggal adalah palsu,’’ tegasnya.

Al-Jubeir juga menuduh Hizbullah menjadi dalang krisis  di Lebanon serta terus menerus melakukan intervensi di sejumlah negara Arab.

Dia menuduh organisasi tersebut adalah senjata Iran untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

Jendral Gadi Eizenkot, Kamis (16/11/2017) menyatakan Israel  siap untuk bekerja sama dengan Arab Saudi mencegah  pengaruh Iran di Timur Tengah.

“Israel siap  berbagi informasi  dengan Arab Saudi untuk menghadapi Iran, ‘’ terang Eizenkot dalam sebuah wawancara perdana dengan situs berita Saudi, Elaph News.

 Hingga saat ini  pihak Arab Saudi belum menanggapi tawaran tersebut. Pada saat yang sama Arab Saudi juga tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, seperti dilansir BBC.

Ketegangan antara Teheran dan Riyadh meningkatkan spekulasi bahwa Saudi dan Israel akan bekerja sama melawan ancaman Iran. Meskipun demikian hubungan diplomasi Saudi dan Israel ditentukan dengan kesediaan Israel menarik otoritasnya dari wilayah Arab yang diduduki paska perang 1967.

Awal bulan ini, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran dirinya. Langkah mengejutkan tersebut menyebabkan Lebanon terseret dalam krisis politik.

Pengunduran diri tersebut juga meningkatkan spekulasi bahwa Israel akan menyerang Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman. Namun Eizenkot membantah hal ini.

‘’Kami tidak ingin terlibat perang dengan Hizbullah, namun kami juga tidak menerima ancaman strategis Hizbullah terhadap Israel, ‘’ tegasnya. (T.RS/S:BBC Arabic)

leave a reply
Posting terakhir