Intelijen Israel: Tidak ada kesan adanya aliansi formal ISIS-Israel

Badan Intelijen Israel, Pusat Intelijen Meir Amit, Senin (27/11/2017) melaporkan, ‘’Guna menghadapi kehadiran Iran di Suriah, ISIS dan kepentingan Israel kemungkinan akan bertemu sementara, dimana mungkin saja keduanya bersekutu,''

BY 4adminEdited Tue,28 Nov 2017,08:55 AM
Intelijen Israel: Tidak ada kesan adanya aliansi formal ISIS-Israel

Tel Aviv, SPNA - Badan Intelijen Israel, Pusat Intelijen Meir Amit, Senin (27/11/2017) melaporkan, ‘’Guna menghadapi kehadiran Iran di Suriah, ISIS dan kepentingan Israel kemungkinan akan bertemu sementara, dimana mungkin saja keduanya bersekutu,'' seperti dilansir Jerusalem Post. 

Namun, dalam laporan terakhir lembaga tersebut, sama sekali tidak ada kesan adanya aliansi formal antara ISIS dan Israel dan secara umum diasumsikan bahwa ISIS akan tersus mencoba menyerang Israel. 

‘’Israel lagi khawatir dengan ISIS pasca jatuhnya proyek ‘’Negara Islam’’. Untuk saat ini perhatian utama di Tel Aviv fokus  pada kehadiran Iran di Suriah.’’

Meir Amit menambahkan, bahwa  ISIS masih mempertahankan kemampuan tempur mereka dan akan kembali melakukan gerilya melawan pasukan Iran di Suriah.

Kehadiran Iran di Suriah meningkatkan kemungkinan terjadinya gesekan dengan Israel, bahkan menimbulkan eskalasi antara keduanya.

Perlu dicatat bahwa Iran tidak memiliki hubungan diplomasi dengan Israel. Pada saat yang sama Tel Aviv menganggap  Teheran sebagai ancaman bagi Israel, karena menolak mengakui legitimasi Israel serta mendukungan  gerakan perlawanan Palestina dan Lebanon.

Sementara itu juru bicara militer Israel, Ronen Manlis dalam konferensi pers, Senin (27/11/2017) menyatakan akan membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah dalam perang berikutnya.

‘’Hassan Nasrallah adalah target dalam perang berikutnya di Lebanon, dan pembunuhannya akan mempengaruhi situasi,’’  tambahnya. (T.RS/S:AnadoluAgency)

leave a reply
Posting terakhir

Aliansi Jurnalis Palestina: 2021 Adalah Tahun Perjuangan Membela Kebenaran

Aliansi Jurnalis Palestina menyebut bahwa para awak media Palestina selama tahun 2021 membayar kebebasan mereka dengan darah di mana tercatat lebih dari 1.200 pelanggaran terhadap awak jurnalistik, termasuk pembunuhan, penangkapan, penyiksaan, penghancuran markas besar dan penutupan kantor institusi media.