‘Musta'ribeen,’ agen Israel yang menyusup dalam aksi protes warga Palestina

Yerusalem, SPNA - Mereka berpakaian layaknya para pengunjuk rasa Palestina, berbicara dengan aksen dan ungkapan yang sama, dan menunjukkan tingkah laku yang sama. Wajah mereka ditutupi oleh keffiyeh atau balaclavas.....

BY 4adminEdited Wed,20 Dec 2017,10:39 AM

Yerusalem, SPNA - Mereka berpakaian layaknya para pengunjuk rasa Palestina, berbicara dengan aksen dan ungkapan yang sama, dan menunjukkan tingkah laku yang sama. Wajah mereka ditutupi oleh keffiyeh atau balaclavas kotak-kotak, mereka meneriakkan melawan tentara Israel dan kadang-kadang melemparkan batu ke arah tentara, sembari menarik pemrotes lain saat mereka semakin dekat dengan tentara.

Kemudian, seketika ledakan terjadi, maka para agen ini tiba-tiba berbalik ke arah pengunjuk rasa Palestina, mengacungkan senjata yang disembunyikan di balik kemeja mereka, menembakkannya ke udara, menarik orang yang ada dekat mereka dan menjatuhkannya ke tanah.

Tentara Israel pun maju dan menahan orang-orang Palestina yang tertangkap, saat para pengunjuk rasa lainnya bubar, mereka meneriakkan satu kata sebagai peringatan kepada orang lain, "Musta'ribeen!"

Menyamar sebagai orang Arab

Musta'ribeen, atau mista'arvim dalam bahasa Ibrani, adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab "musta'rib". Dalam istilah keamanan Israel, kata tersebut merujuk pada pasukan keamanan yang menyamar sebagai orang Arab dan melakukan misi di “jantung” masyarakat Palestina atau negara-negara Arab lainnya.

Para agen diberi pelatihan yang ketat, dan dalam operasi di wilayah pendudukan, mereka diajarkan untuk berpikir dan bertindak layaknya orang Palestina. Misi utama mereka, menurut pakar urusan Israel, Antoine Shalhat, adalah menangkap orang-orang Palestina, dan – dalam versi mereka- operasi kontra-terorisme.

"Unit musta'ribeen pertama dibentuk pada tahun 1942 sebelum ‘negara’ Israel terbentuk sampai tahun 1950," kata Shalhat. "Unit ini adalah bagian dari Palmach, sebuah divisi elit milisi Haganah, yang kemudian menjadi inti tentara Israel."

Tidak banyak yang diketahui tentang agen ini karena mereka beroperasi secara rahasia, tambahnya. Tentara Israel membubarkan unit-unit ini begitu pekerjaan mereka ditemukan, dan membentuk yang baru untuk menggantikan mereka.

"Para agen harus berbicara dalam bahasa Arab seolah itu adalah ‘bahasa ibu’ bagi mereka," kata Shalhat. "Mereka menjalani kursus untuk menguasai dialek Palestina dan aksen Arab sesuai negara tempat mereka beroperasi, seperti Yaman atau Tunisia."

Kursus ini memakan waktu antara empat sampai enam bulan dan mencakup bagaimana menguasai kebiasaan dan praktik keagamaan, seperti puasa dan shalat.

Agen tersebut menggunakan makeup dan wig untuk melengkapi penyamaran mereka, namun dipilih yang sangat mirip dengan ciri fisik orang Arab.

Secara keseluruhan, pelatihan ini bisa memakan waktu hingga 15 bulan, dan terdiri dari operasi lapangan seperti mengemudi dan sniping, bagaimana cara bergerak di dalam wilayah Palestina yang ramai, dan pelatihan senjata.

"Salah satu unit yang paling terkenal adalah Rimon, yang didirikan pada tahun 1978 dan tetap aktif sampai tahun 2005," kata Shalhat. "Pekerjaan mereka sebagian besar terkonsentrasi di Jalur Gaza. Unit lain yang beroperasi di Gaza disebut Shimshon selama tahun 80an dan 90an."

"Unit elit Duvdevan 217 masih beroperasi di dalam tentara, yang didirikan pada tahun 1980 oleh Perdana Menteri Israel Ehud Barak dan saat ini berfungsi di Tepi Barat dan dianggap paling aktif dan tertutup.

Musta'ribeen dalam konfrontasi terakhir di Palestina

Selama dua pekan terakhir, warga Palestina telah memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ratusan telah ditangkap oleh pasukan Israel, dan –sejauh ini- tidak kurang dari 10 orang telah terbunuh di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pekan lalu, saat salah satu demonstrasi di pintu masuk utara Ramallah di dekat pemukiman ilegal Bet Il, sekelompok musta'ribeen menyusup ke dalam demonstrasi dan menangkap tiga pemuda Palestina, menurut wartawan Rasha Harzallah.

Dalam demonstrasi pada 13 Desember lalu, "Mereka hanya berada di sana selama 10 menit," kata Harzallah,. "Mereka berpakaian persis seperti pengunjuk rasa Palestina lainnya.”

"Mereka, yang berjumlah sekitar lima orang, kemudian mengeluarkan senjata dan mulai menembak ke udara," lanjutnya. "Tentara kemudian tiba-tiba maju dalam jumlah besar, dan mereka mulai menembak pengunjuk rasa dan jurnalis."

Harzallah, yang bekerja untuk kantor berita resmi Wafa, mengatakan bahwa seorang agen yang berada di dekatnya mengenakan kemeja merah gelap dan wajahnya ditutupi dengan keffiyeh.

"Ia berdiri di garis depan dengan pemrotes Palestina lainnya dan melemparkan batu ke tentara Israel," katanya.

"Tiba-tiba tentara tersebut maju dengan cepat, kemudian saya melihat ia melumpuhkan seorang pemrotes Palestina, dan ia mengarahkan senjatanya ke arahku, dan fotografer yang berada di sebelahku berteriak “Jangan mendekat!'"

Harzallah menjelaskan bahwa sebelum kehadiran musta'ribeen diketahui, para pemrotes melemparkan batu ke tentara Israel. Namun tentara tidak merespon. Hal ini pun langsung menimbulkan kecurigaan.

"Mereka tidak melakukan apapun," katanya. "Dari pengalaman, para pemrotes tahu bahwa ketika tentara Israel berhenti menembakkan granat suara, gas air mata, peluru karet ... maka ada kemungkinan besar bahwa musta'ribeen hadir di antara mereka.Tapi bagaimana bisa diketahui?"

Dalam demonstrasi tahun 2015 yang biasa disebut oleh orang Palestina sebagai "Intifada pisau", Harzallah menyaksikan serangan lain oleh musta'ribeen yang ia gambarkan sebagai serangan yang lebih buruk.

"Mereka menembak ke dua warga Palestina, satu di kepala dan yang lainnya berada di kakinya dari jarak dekat," katanya.

"Saya melihat mereka menyeret orang-orang Palestina, dengan memegang kepala mereka yang tertangkap... saya pikir ia sudah mati karena saya melihat potongan daging di tanah."

Pemuda itu, Mohammed Ziyadeh, masih hidup, namun sebagian tubuhnya lumpuh.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera tak lama setelah insiden tersebut, Ziyadeh menyampaikan dari tempat tidurnya di rumah sakit bahwa setelah dipukuli oleh musta'ribeen, mereka menebakkan peluru di kepalanya dan kesadarannya pun hilang.

"Ketika saya datang, mereka mulai menginterogasi saya, tapi saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak dapat mengingat apapun," katanya,. "Mereka membawa saya ke rumah sakit dan memukul saya lagi," lanjut Ziyadeh. Ia menjalani dua kali operasi dan diinterogasi, di mana ia terus mengalami pemukulan.

Dengan kemunculan para musta'ribeen dalam demonstrasi, orang-orang Palestina telah belajar untuk menjadi lebih waspada.

Salah satu cara membedakan diri dari agen Israel yang menyamar adalah menyelipkan kaos mereka ke dalam ikat pinggang mereka, di mana senjata tersembunyi akan terlihat.

"Mereka juga harus berhati-hati saat sebuah kelompok menyeret pemrotes lainnya lebih dekat ke tentara," kata Harzallah, "dan pastikan ada kelompok yang memantau pemrotes lainnya."

(T.RA/S: Aljazeera)

leave a reply
Posting terakhir