'Merusak': efek gas air mata Israel terhadap warga Palestina

Pusat Hak Asasi Manusia Universitas California di Berkeley baru-baru ini melaporkan bahwa pasukan keamanan Israel telah melakukan penggunaan "gas" yang meluas, "sering" dan "sembarangan" terhadap pengungsi Palestina di kamp pengungsi Aida dekat Bethlehem.

BY 4adminEdited Wed,27 Dec 2017,02:09 PM

Aljazeera - California

California, SPNA - Kamp pengungsi Aida, satu dari wilayah yang diduduki di Tepi Barat, adalah sebuah kamp pengungsi Palestina yang mungkin merupakan tempat yang paling terbuka untuk penggunaan gas air mata, menurut seorang penulis dalam sebuah studi baru.

Pusat Hak Asasi Manusia Universitas California di Berkeley baru-baru ini melaporkan bahwa pasukan keamanan Israel telah melakukan penggunaan "gas" yang meluas, "sering" dan "sembarangan" terhadap pengungsi Palestina di kamp pengungsi Aida dekat Bethlehem.

Laporan tersebut - yang dikatakan sebagai yang pertama untuk menganalisis dampak gas air mata di Tepi Barat - menemukan bahwa 100 persen dari lebih 200 warga Palestina yang disurvei di kamp Aida terkena gas air mata selama setahun terakhir.

Laporan yang bertajuk, “No Safe Space: Konsekuensi Kesehatan dari Pemaparan Gas Air Mata antara Pengungsi Palestina,” mengumpulkan kesaksian pada musim panas lalu di Aida dan kamp pengungsi Dheisheh

Laporan tersebut, No Safe Space: Konsekuensi Kesehatan dari Pemaparan Gas Air Mata antara Pengungsi Palestina, mengumpulkan kesaksian pada musim panas lalu di Aida dan kamp pengungsi Dheisheh di dekatnya.

"Kami menemukan bahwa penggunaan gas air mata yang konstan dan tak terduga di kamp-kamp pengungsi Palestina, telah berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik penduduk," kata rekan penulis laporan tersebut, Dr Rohini Haar, seorang peneliti di pusat UC Berkeley dan dokter untuk Hak Asasi Manusia.

Efeknya, Haar mengatakan kepada Al Jazeera, sangat berbahaya bagi "mereka yang sangat rentan, termasuk wanita hamil, anak-anak, orang tua, dan orang-orang yang sudah dalam keadaan sakit."

Laporan tersebut mensurvei 236 warga Aida, yang semuanya mengatakan bahwa mereka terkena gas air mata pada tahun lalu.Dari jumlah tersebut, 84 persen orang mengatakan bahwa mereka terpapar saat berada di rumah mereka.

Sesuai namanya, gas air mata akan menyebabkan mata seseorang mengeluarkan air dan kulit terbakar.

Warga juga mengatakan kepada penulis laporan tersebut bahwa tentara Israel menggunakan gas air mata terutama pada hal-hal yang tidak beralasan. Tentara Israel tidak menanggapi permintaan Al Jazeera untuk mengomentari temuan penelitian tersebut.

Kamp pengungsian termasuk tempat yang paling rentan terhadap paparan gas air mata di wilayah Palestina yang diduduki, kata laporan tersebut.

Aida, yang merupakan rumah rumah bagi sekitar 6.400 pengungsi Palestina, hanya memiliki luas sebesar 0,017 kilometer persegi, sehingga menjadikannya sebagai tempat terpadat di dunia.

Bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan penduduk kamp Aida sering terjadi. Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) memperkirakan bahwa setidaknya 376 konfrontasi terjadi antara Januari 2014 hingga 15 Desember tahun ini, kata laporan tersebut.

"Kehidupan kami di kamp ini dipenuhi dengan gas air mata, granat setrum, dipenuhi air beraroma sigung," kata Sabreen (30), ibu dari seorang tahanan Palestina, yang mengacu pada cairan berbau busuk yang sering disemprotkan oleh tentara Israel pada pemrotes Palestina dan rumah-rumah di Tepi Barat.

Dua tahun yang lalu, seorang tentara Israel memperingatkan penduduk kamp tersebut: "Orang-orang di kamp pengungsi Aida, kami adalah pasukan pendudukan. Jika Anda melempar batu, maka kami akan menghujani Anda dengan gas air mata sampai Anda semua mati. Termasuk anak-anak, pemuda, dan orang tua - Anda semua akan mati. "

Penggunaan gas air mata di dekat telah rumah melanggar Kode Etik PBB dan Prinsip-prinsip Dasar PBB tentang Penggunaan Kekuatan dan Senjata Api oleh Petugas Penegak Hukum, demikian laporan tersebut menyatakan.

Dijelaskan pula bahwa rumah dan sekolah tidak dirancang untuk melindungi terhadap gas air mata, sehingga penduduk hanya memiliki sedikit pilihan untuk menghindarinya atau mengurangi dampaknya.

Jumat lalu, Al Jazeera melihat tentara Israel menembakkan ratusan tabung gas air mata ke kerumunan kecil pemrotes di daerah yang berbatasan dengan kamp Aida. Bentrokan terbatas juga menyebar ke kamp tersebut, di mana tentara Israel menanggapinya dengan lebih banyak gas air mata.

"Saya pulang dari pesta pernikahan, dan saya menemukan 25 tabung gas di dekat rumah saya," kata Sana, seorang penduduk kamp.

Banyak penduduk kamp mengenakan masker gas untuk melindungi diri mereka sendiri, meski barang tersebut sulit didapat dan harganya pun mahal.

Menurut Dr Haar, secara umum, paparan gas air mata dapat mempengaruhi "semua sistem dalam tubuh.

Dalam laporan tersebut, warga menggambarkan berbagai efek fisik dari paparan gas air mata yang sering terjadi, seperti kehilangan kesadaran, keguguran, masalah pernapasan, asma, batuk, pusing, ruam, sakit parah, dermatitis alergi, sakit kepala, iritabilitas neurologis dan bahkan trauma akibat dipukul oleh tabung gas air mata.

"Sistem sistem dalam tubuh seseorang terpengaruh oleh gas ini," kata Dr Haar.

Penggunaan gas air mata tentara Israel juga menyebabkan luka psikologis.

Karena penggerebekan dilakukan secara acak oleh pasukan Israel, telah menyebabkan kamp Aida merasa "terus-menerus ter[inggirkan dan takut akan serangan berikutnya", menurut laporan tersebut.

Amal Manasra (27), warga Aida, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa anak perempuannya baru-baru ini terkena gas air mata setelah sebuah tabung yang dilemparkan oleh tentara Israel mendarat di dekat pintu rumahnya.

"Kadar oksigennya nol ... Dia tercekik... Kami membawanya ke rumah sakit ... Selama tujuh hari ia dirawat di sana," kata Amal.

Protes terhadap pengakuan Presiden AS Donald Trump terkait Yerusalem, telah meningkatkan paparan gas air mata terhadap warga Palestina , menurut penelitian tersebut.

Sementara itu, warga Palestina juga menduga bahwa gas tersebut jauh lebih dahsyat.

"Ini bukan gas air mata, itu racun," kata Thaer, seorang penduduk kamp Aida lainnya, kepada Al Jazeera.

Biasaya, gas air mata terdiri dari campuran gas sintetis atau alami, termasuk semprotan merica, namun "bahan kimia spesifik yang digunakan oleh pasukan keamanan Israel dalam beberapa tahun terakhir tidak diketahui jenisnya," demikian laporan tersebut.

Menurut Dr Haar, "pemerintah Israel berkewajiban untuk mengungkapkan komposisi gas air mata" yang digunakannya agar profesional medis dapat mengobati gejala penyebab bahan kimia.

Sementara itu, Chris Gunness, juru bicara UNRWA, mengatakan bahwa "laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran serius tentang penggunaan gas air mata di area yang sangat padat seperti kamp pengungsian di Betlehem".

"Penggunaan gas air mata yang meluas, sembarangan dan sering menghadapkan para pengungsi termasuk staf kami sendiri pada risiko kesehatan...," tutur Gunness kepada Al Jazeera.

(T.RA/S: Al Jazeera)

leave a reply
Posting terakhir

Warga Palestina Gaza olah jerigen jadi masker anti gas air mata

Masker anti gas air mata warga Palestina menarik perhatian pengamat politik Israel. Meski tidak cukup kuat untuk membendung peluru tajam Israel, masker tersebut palling tidak dapat menjadi solusi gas air mata yang biasa digunakan Israel untuk menyerang demonstran Gaza.