Untuk pertama kalinya, Arab Saudi jadi tuan rumah ‘Arab Fashion Week’

London, SPNA - Untuk pertama kali dalam sejarahnya, Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Arab Fashion Week bulan depan. Berita tersebut diumumkan oleh Putri Noura Bint Faisal,

BY 4adminEdited Wed,21 Feb 2018,11:29 AM

London, SPNA - Untuk pertama kali dalam sejarahnya, Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Arab Fashion Week bulan depan. Berita tersebut diumumkan oleh Putri Noura Bint Faisal, presiden kehormatan Dewan Fashion Arab (AFC), Senin (19/02/2018).

Berbicara kepada kalangan internal industri dan wartawan di London, Noura membaca dari sebuah surat dari Otoritas Hiburan Umum di Arab Saudi, mengatakan, "Komunitas artistik Arab Saudi telah berkembang dalam takaran dan percaya diri selama beberapa tahun dan Otoritas Hiburan Umum percaya bahwa acara semacam itu akan memungkinkan platform yang tepat untuk menampilkan bakat fashion dan seni mereka sebagai wahana untuk rangkaian pilihan hiburan yang komprehensif di Arab Saudi."

Putri Noura kemudian mengatakan bahwa "Otoritas Hiburan Umum dengan bangga mendukung sebuah acara yang bertujuan untuk mengajak orang secara bersama-sama saling menghargai kekuatan fashion dan seni."

Keputusan untuk menjadi tuan rumah Arab Fashion Week dikatakan sebagai bagian dari dorongan untuk mendukung perancang Saudi yang mendambakan dan mendorong pertumbuhan di sektor ini. Pertunjukan yang diselenggarakan oleh Arab Fashion Council (AFC) akan berlangsung dari tanggal 26-31 Maret di Apex Center di Riyadh. AFC bertujuan untuk menyatukan 22 negara Arab di bawah satu payung dan baru-baru ini meluncurkan kantor regionalnya di ibu kota Saudi, Riyadh.

Kepada Arab News Putri Noura mengatakan bahwa keputusan Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah Festival Fashion Arab adalah "hanya awal". Orang lain di industri fashion Saudi menggambarkan berita tersebut sebagai peluang besar. "Dengan meluncurkan Arab Fashion Week yang pertama di Riyadh, kami membidik lebih dari sekadar untuk menyelenggarakan acara fashion kelas dunia. Kami percaya bahwa mempromosikan sektor fashion akan mendukung sektor ekonomi lainnya seperti pariwisata, perhotelan, perjalanan dan perdagangan. Sektor fashion kami termasuk yang paling cepat berkembang di dunia," kata Layla Issa Abuzaid, direktur negara Arab Saudi di Arab Fashion Council.

Sementara itu, reformasi politik di Arab Saudi tampak jauh, program Kerajaan untuk perubahan sosial bergerak sangat cepat. Putra Mahkota Mohamed Bin Salman, penguasa de facto di negara ini, melihat transformasi peran perempuan dalam masyarakat konservatif secara historis sebagai pusat agenda modernasinya.

Tren tersebut diimbangi dengan pencabutan larangan pengemudi bagi wanita guna memperoleh 'sorakan' universal. Dalam perjalanan untuk menjauhkan negara dari masa lalunya, Bin Salman memperkenalkan reformasi sosial lebih lanjut, yang menurut para pengkritik, tidak lain untuk menyembunyikan represi politik di negara tersebut dan menenangkan Barat.

Bin Salman memerintah di kepolisian agama Kerajaan, yang diikuti oleh proklamasi religius baru oleh seorang ulama senior yang mengatakan bahwa jubah panjang, pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Saudi tidak perlu dilakukan. Wanita juga diizinkan memasuki stadion dan menghadiri konser dan lebih penting lagi mereka sekarang memiliki kebebasan untuk membuka bisnis mereka sendiri tanpa seizin wali laki-laki.

(T.RA/S: Middle East Monitor)

leave a reply
Posting terakhir

Untuk Kali Pertama, Israel Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Judo Dunia Tahun 2024

Federasi Internasional masih memperdebatkan apakah turnamen akan berlangsung sesaat sebelum Olimpiade di Paris pada 2024 atau menunggu tahun berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan bintang judo internasional berpartisipasi dalam turnamen tersebut dan persiapan para atlit dalam perjalanan menuju olimpiade berikutnya di Los Angeles 2028.

Lebanon Tolak Jadi Tuan Rumah Pertemuan Faksi Palestina

Perwakilan Gerakan Jihad Islam di Lebanon Ihsan Ataya mengatakan bahwa Duta Besar Palestina untuk Lebanon secara resmi telah menyampaikan permintaan maaf pemerintah Lebanon atas ketidaksanggupan tersebut. Pertemuan yang bertujuan untuk membahas perkembangan masalah Palestina itu seharusnya berlangsung di Kedubes Palestina di Beirut, menurut Ataya.