Laporan: Israel jadikan Gaza sebagai ‘laborantorium dan ruang pamer’ untuk perdagangan senjata

Gaza, SPNA - Para aktivis Israel meluncurkan sebuah laporan baru mengenai penggunaan teknologi dan senjata yang dikerahkan oleh tentara Israel dalam menindas warga Palestina ....

BY 4adminEdited Sat,30 Jun 2018,11:13 AM

Gaza, SPNA - Para aktivis Israel meluncurkan sebuah laporan baru mengenai penggunaan teknologi dan senjata yang dikerahkan oleh tentara Israel dalam menindas warga Palestina dalam aksi protes “Great March of Return”. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Jalur Gaza telah dipandang sebagai “laboratorium dan ruang pamer” senjata negara (Israel). 

Laporan tersebut dikeluarkan oleh Koalisi Perempuan Untuk Perdamaian (CWP) dan proyek organisasi Hamushim, yang “bekerja untuk mengekspos nilai manusia bagi industri militer Israel dan perdagangan senjata, serta mobilisasi tindakan terhadap hal tersebut.”

CWP menyebutkan, operasi militer Israel di Gaza dalam dekade terakhir secara khusus telah menguntungkan industri militer negara.

 “Baik perusahaan pribadi maupun perusahaan milik pemerintah Israel, keduanya telah menggunakan Gaza sebagai kesempatan untuk menguji senjata baru, teknologi dan metode baru untuk dipasarkan berdasarkan kesuksesan operasional baru mereka.”

Laporan tersebut menyatakan bahwa "The Great March of Return memberikan kesempatan bagi Israel untuk menyajikan teknologi UAV yang canggih dalam pengaturan baru", dan menambahkan bahwa "Israel telah lama menjadi pengekspor drone besar."

Secara khusus, diperkenalkan "drone gas air mata baru, 'Sea of Tears', yang dinamai sesuai lagu hit terkenal. Dilaporkan bahwa drone ini dirancang khusus untuk digunakan di Gaza.”

Pasukan Israel "menggunakan drone yang sesuai dengan pola di seluruh dunia," kata CWP. "Meskipun saat ini ditujukan secara khusus kepada warga Palestina." Namun, "teknologi serupa kemungkinan akan dipasarkan dan dijual untuk menindas orang lain di seluruh dunia."

Selain penyemprotan gas dengan drone, laporan tersebut juga memeriksa penggunaan teknologi UAV militer Israel "untuk menembak kelompok-kelompok Palestina saat mereka diorganisir untuk membela diri terhadap agresi Israel."

"Laporan semacam itu sangat penting," kata CWP, karena sementara militer "terus menyangkal penggunaan drone pembunuh, mereka bangga dengan kemajuan armada UAV yang terus berkembang."

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hamushim, "sebenarnya senjata yang dipilih untuk digunakan dalam Great March of Return adalah senapan Amerika Remington M24, yang diketahui mampu menembak target hingga 800 m jauhnya."

Selain itu, "ahli patologi forensik dan ahli militer Amnesty International juga mengidentifikasi luka yang disebabkan oleh pasukan penembak yang menggunakan senjata dari Industri Senapan Israel (IWI) Tavor, dengan amunisi kaliber 5.56mm. Peluru-peluru itu sering meninggalkan luka hingga 15 cm yang menimbulkan kerusakan jaringan secara maksimal.”

Pada tahun 2014, laporan tersebut mencatat bahwa Eli Gold, seorang eksekutif di IWI, mengatakan kepada Marker, “Pasca terjadinya setiap operasi semacam ini di Gaza, kami menyaksikan adanya lompatan besar dalam jumlah pelanggan asing. Secara agresif kami memasarkannya di luar negeri seperti apa adanya, tetapi tindakan IDF jelas mempengaruhi pekerjaan kami.”

Sementara itu, Magal Security Systems "membangun pagar di sekeliling Gaza untuk memberlakukan pengepungan brutal". Dalam wawancara Bloomberg yang diterbitkan 11 April lalu, CEO Magal, Saar Koursh, mengatakan,

Gaza telah menjadi ruang pamer bagi 'pagar pintar' perusahaan, karena pelanggan menilai bahwa produk tersebut telah diuji coba.

Laporan ini menyimpulkan bahwa militer Israel "membuat pilihan yang disengaja untuk membunuh dan secara permanen melukai sejumlah besar warga sipil Palestina", tindakan keras pada pawai tersebut juga memberikan "militer dengan platform untuk memperkenalkan dan menampilkan penggunaan drone sebagai pilihan strategis saat ini dan di masa datang.”

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir