Anggota parlemen Mesir: Rekonsiliasi Fatah-Hamas menghadapi rintangan

Kairo, SPNA - Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, Rabu (08/08/2018), Saad El-Gammal, kepala Komite Urusan Arab di parlemen Mesir,

BY 4adminEdited Thu,09 Aug 2018,11:19 AM

Kairo, SPNA - Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan, Rabu (08/08/2018), Saad El-Gammal, kepala Komite Urusan Arab di parlemen Mesir, mengatakan upaya panjang Mesir untuk menyelesaikan permusuhan antara dua faksi politik utama Palestina - Fatah dan Hamas - masih menghadapi rintangan keras.

"Mesir tidak meninggalkan upaya untuk mencapai rekonsiliasi nasional Palestina, tetapi hambatan eksternal dan internal masih menghalangi," kata El-Gammal.

Pada pertengahan Oktober 2017, Fatah dan Hamas, menandatangani perjanjian di Kairo untuk memajukan rekonsiliasi dan memulihkan kontrol Otorita Palestina (PA) yang berbasis di Ramallah atas Jalur Gaza. Namun, kedua faksi tersebut gagal melaksanakan kesepakatan, dengan alasan adanya interpretasi atas rinciannya.

El-Gammal mengatakan, "Setiap faksi memegang interpretasi dan posisi mereka sendiri dan ini membuat kesepakatan rekonsiliasi sangat sulit dicapai"

"Tetapi ini tidak meruntuhkan upaya konstruktif Mesir yang ditengahi oleh intelijen dan kementerian luar negeri," imbuhnya. El-Gammal mengatakan bahwa "keduanya masih melakukan yang terbaik untuk membawa posisi kedua faksi pada sejumlah masalah politik yang serius."

"Pada saat yang sama para pejabat Mesir mencoba untuk menunjukkan Fatah dan Hamas akan bahaya perpecahan Palestina pada proses perdamaian Timur Tengah dan masa depan Palestina itu sendiri," kata El-Gammal, dan menambahkan, "Dalam hal ini, saya ingin menekankan bahwa beberapa kekuatan asing mencoba yang terbaik untuk menjaga perpecahan politik Palestina, dan menghancurkan upaya rekonsiliasi apapun. Tentu saja, Israel suka akan perpecahan, karena ini akan membunuh harapan akan perdamaian di Timur Tengah dan melayani kepentingannya sendiri dalam menduduki Palestina selamanya."

Banyak anggota parlemen Mesir percaya bahwa Qatar, Turki dan Iran juga menggunakan bantuan keuangan sebagai pengaruh atas Hamas untuk tidak menerima rekonsiliasi dengan Fatah.

Sumber-sumber di kalangan media Kairo mengatakan, masalah yang paling diperdebatkan antara kedua faksi adalah masa depan senjata Hamas di Gaza.

Hamas mengatakan, tidak akan menerima kesepakatan apa pun yang mungkin mendorongnya untuk melucuti senjata atau menyerahkan senjatanya. Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa ia hanya akan menyetujui skenario di mana pasukan keamanan PA mengontrol semua senjata Gaza dan milisi bersenjata.

El-Gammal mengatakan, para pejabat Mesir telah berulang kali mengatakan kepada Palestina bahwa "perpecahan permanen hanya akan memimpin dunia kehilangan simpati terhadap Palestina" dan bahwa "Israel sangat menyukai skenario ini."

El-Gammal mengungkapkan bahwa para pejabat Mesir juga mendesak Palestina untuk bersatu, terutama setelah sebagian besar dunia Arab - termasuk Mesir dan Arab Saudi - menolak "Deal of the Century yang diusulkan AS" yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah. .

"Pejabat Mesir mengatakan kepada Palestina bahwa Anda harus berinvestasi di posisi Arab yang kuat dan bergerak cepat untuk mencapai rekonsiliasi," kata El-Gammal, dan menambahkan, "Kami memiliki harapan besar bahwa kedua faksi yang bertikai akan menyadari hal ini, melepaskan perpecahan, mendengarkan suara akal dan hati nurani nasional, tempatkanlah kepentingan tertinggi Palestina dan Arab di atas kepentingan golongan, pribadi dan ideologis yang sempit, dan beralihkan ke rekonsiliasi dan jangan dikecewakan rakyat Palestina."

(T.RA/S: Ahram Online)

leave a reply