Jalur Gaza, SPNA - Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan telah menghentikan pengobatan pasien yang mengidap penyakit kanker di Jalur Gaza. Hal ini disebabkan karena habisnya obat-obatan kemoterapi untuk mengontrol sel kanker.
Dr. Talha Balousha, direktur lembaga Apotek Darah dan Tumor, Rumah Sakit Rantisi di Gaza, mengatakan dalam konferensi pers, Minggu (12/08/2018), bahwa jumlah pasien yang saat ini menjalani perawatan di rumah sakit tersebut mencapai 900 orang. 700 diantaranya adalah orang tua dan sisanya anak-anak.
Ia menerangkan bahwa 800 unit obat-obatan kimia yang dibutuhkan untuk pasien kanker habis total.
“Segala jenis kanker, baik kanker usus besar yang sering menimpa pria, kanker payudara pada wanita dan jenis kanker lainnya seperti prostat dan paru-paru, membutuhkan kemoterapi.’’
Meskipun obat-obatan tersebut sangat penting, namun tidak memadai di Gaza dimana hal ini mengancam nyawa pasien. Disisi lain pasien kanker dari wilayah Gaza yang telah di blokade Israel sejak 11 tahun silam dilarang berobat di Tepi Barat dan Yerusalem.
Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Rantisi untuk tumor dan kanker, Dr Khalid Tsabet, mengatakan bahwa obat-obatan yang dibutuhkan untuk mengobati pasein kanker hanya tersisa 20%.
Tsabet juga mengajak masyarakat dunia dan lembaga penanggulangan kanker untuk membantu pasien Gaza.
“Jika tidak ada yang membantu maka maka kami akan menghadapi bencana kematian serius bagi pasien kanker. ‘’
Rumah Sakit Rantisi adalah satu-satunya rumah sakit khusus mengobati pengidap kanker di Jalur Gaza. Baik rumah sakit ini maupun rumah sakit lainnya di Gaza mengalami krisis obat-obatan dan peralatan medis serius pasca blokade Israel dimana hal ini berdampak langsung terhadap pasien.
(T.RS)
Abdel Hamid Akkila