Israel “menargerkan kaki pengunjuk rasa” dalam protes di Gaza

Pasukan Israel yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza -yang hingga kini masih bergejolak- kerap kali menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa. Langkah yang dibalas tak sebanding oleh para demonstran, yang melontarkan batu ke arah pasukan pendudukan.

BY 4adminEdited Mon,10 Dec 2018,11:46 AM

AP News - Gaza

Gaza, SPNA - Pasukan Israel yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza -yang hingga kini masih bergejolak- kerap kali menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa. Langkah yang dibalas tak sebanding oleh para demonstran, yang melontarkan batu ke arah pasukan pendudukan.

Delapn bulan sudah, sejak dimulai pada bulan Maret, Warga Gaza yang telah bertahun-tahun hidup dalam blokade Israel, menuntut hak-hak

melalui demonstrasi di sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Sepanjang itu pula, para penembak jitu Israel menjadikan "kaki para demonstran" sebagai target yang lebih penting dari bagian tubuh yang lain.

Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya menanggapi serangan mingguan di perbatasan yang dilakukan oleh warga Palestina yang dipersenjatai dengan batu, granat dan bom. Pihak militer mengatakan bahwa pihaknya hanya melepaskan tembakan sebagai upaya terakhir, dan menganggap menembaki kaki bagian bawah sebagai tindakan menahan diri.

Namun, 175 warga Palestina telah ditembak mati, menurut hitungan Associated Press. Dan jumlah yang terluka telah mencapai proporsi yang sangat besar.

Dari 10.511 pengunjuk rasa yang dirawat di rumah sakit dan klinik lapangan di Gaza sejauh ini, setidaknya 6.392, atau sekitar 60 persen, yang menjadi korban tembak di anggota tubuh bagian bawah, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Setidaknya 5.884 dari korban-korban itu terkena tembakan langsung; yang lain telah terkena peluru logam berlapis karet dan gas air mata.

Meningkatnya kekerasan telah meninggalkan "tanda" yang terlihat jelas di Gaza, dan mungkin akan tetap selama beberapa dekade ke depan. Sekarang di Gaza, adalah yang yang umum menyaksikan para pemuda di jalan-jalan yang berjalan dengan kruk. Sebagian yang lain, kaki mereka dibalut atau dipasang bingkai logam yang disebut fixator, yang menggunakan pin atau sekrup yang dimasukkan ke tulang yang retak untuk membantu menstabilkan tulang.

Orang yang terluka sering terlihat berkumpul di klinik perawatan yang dikelola oleh dokter amal medis berbasis di Paris, Doctors Without Borders di Kota Gaza.

Mereka yang difoto mengakui bahwa mereka melemparkan batu ke arah pasukan Israel selama demonstrasi. Yang satu mengatakan dia melemparkan bom api. Tetapi yang lain mengatakan bahwa mereka tidak bersenjata, seorang petugas medis mengatakan bahwa dia membantu menyelamatkan korban yang terluka, sementara seorang pria lain mengatakan dia melambai-lambaikan bendera Palestina dan, bahkan, yang lain mengatakan bahwa dia hanya menjual kopi dan teh saat terjadi unjuk rasa.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional mengatakan bahwa aturan militer itu melanggar hukum karena mengizinkan penggunaan kekuatan yang berpotensi mematikan, di situasi kehidupan tidak berada dalam bahaya langsung.

Letnan Kolonel Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, menolak kritik internasional yang menyebut respon Israel terlalu berlebihan. Sebaliknya, dia mengatakan bahwa menembaki kaki orang (Palestina) adalah bentuk pertahanan diri.

"Hamas bertanggung jawab untuk mengatur kerusuhan kekerasan di mana ribuan orang Palestina menyerang perbatasan kami. Mereka hendak melanggar garis pertahanan kami dan menyerang pasukan Israel dan masyarakat sipil," katanya.

"Tentara Israel menggunakan tembakan hanya sebagai upaya terakhir, setelah peringatan tertulis dan lisan, serta penggunaan gas air mata dan cara mematikan yang tidak habis-habisnya." Ini adalah tugas kami untuk membela warga sipil dan kedaulatan kami, dan kita melakukannya dengan penggunaan kekuatan seminim mungkin, "katanya.

Doctors Without Borders memiliki 3.117 pasien yang kakinya ditembak oleh pasukan Israeli, dan banyak yang membutuhkan operasi lanjutan, fisioterapi dan rehabilitasi.

"Ini adalah cedera serius dan tidak cepat sembuh," kata kelompok itu. "Kondisi mereka yang parah dan kurangnya perawatan yang tepat dalam sistem kesehatan Gaza yang lumpuh mengantarkan mereka infeksi berisiko tinggi, terutama bagi pasien dengan fraktur terbuka."

"Konsekuensi dari luka-luka ini ... akan menjadi cacat seumur hidup bagi banyak orang," kata kelompok bantuan itu. "Dan jika infeksi tidak diatasi, maka hasilnya bisa diamputasi atau bahkan kematian."

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan telah melakukan 94 amputasi sejak protes dimulai, 82 diantaranya melibatkan anggota tubuh bagian bawah.

(T.RA/S: AP News)

leave a reply
Posting terakhir