Krisis listrik di rumah sakit Gaza, Kementerian Kesehatan serukan dunia internasional selamatkan pasien

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan dalam konferensi pers, Minggu (20/01/2018) bahwa 5 rumah sakit Gaza terancam berhenti beroperasi akibat krisis listrik dan bahan bakar.

BY 4adminEdited Mon,21 Jan 2019,10:31 AM

Jalur Gaza, SPNA - Kementerian Kesehatan Gaza dalam konferensi pers di Rumah Sakit al-Rantisi, Minggu (20/01/2018) kembali memperingatkan bahwa sejumlah rumah sakit Gaza terancam berhenti beroperasi akibat krisis listrik.

Direktur Rumah Sakit Abdul Aziz al-Rantisi, Dr. Mahmoud Abu Salmiah menjelaskan bahwa berhentinya operasional 5 rumah sakit di Gaza dapat membahayakan nyawa terhadap ribuan pasien Gaza.

Kelima rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Abdul Aziz al-Rantisi, Rumah Sakit al-Nasr, Rumah Sakit Al-Uyun, Rumah Sakit JIwa Gaza serta Rumah Sakit Abu Yusuf al-Najjar.

‘’Berhentinya aktivitas Rumah Sait Beit Hanoun, di Gaza utara adalah bukti nyata krisis bahan bakar yang dialami sektor kesehatan di Gaza, ‘’ ujarnya.

Berdasarkan laporan tim medis, tangki bahan bakar sektor medis Gaza hanya tersisa 17%. Disaat yang sama seluruh rumah sakit membutuhkan tambahan pasokan listrik. 

 “Ini adalah pertama kali Kementerian Kesehatan Gaza tidak mampu mengatasi krisis listrik sejak blokade Israel 12 tahun silam. Sejak 2 minggu silam kami sudah menyeruka dunia internasional menyelamatkan nyawa pasien yang tidak menentu nasibnya, ‘’ tambahnya.

Sementara itu, Ashraf Qaddoura mengatakan bahwa bahan bakar generator listrik seharusnya sudah habis di akhir bulan November 2018 lalu. Namun upaya penghematan yang dilakukan Menkes Gaza serta bantuan Qatar membantu menunda krisis listrik.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan tersebut menambahkan bahwa rumah sakit Gaza setidaknya membutuhkan 300 liter solar untuk menghidupkan generator.

Qaddoura juga menyampaiakn seruan kepada dunia internasional untuk membantu sektor medis di Gaza demi menyelematkan nyawa pasien.

Jalur Gaza adalah wilayah Palestina yang terisoliasi akibat blokade Israel selama lebih dari 12 tahun.

Di masa itu, wilayah dengan luas 365 Km persegi dan populasi 2 juta jiwa tersebut hancur lebur akibat 3 perang besar tahun 2008, 2012 serta 2014 dan perang 48 jam November 2019 lalu. Akibatnya seluruh sektor kehidupan Gaza lumpuh total salah satunya adalah sektor medis.

Situasi ini diperparah setelah Pemerintah AS bulan lalu menghentikan donasinya terhadap Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA yang merupakan tulang punggung sebagian besar rakyat Gaza.

Sekjen PBB, Antonio Guterres bahkan telah menegaskan bahwa Gaza akan menjadi wilayah tak layak huni pada tahun 2020.

Pemerintah Qatar disebutkan memiliki peran penting dalam membantu warga Gaza. Hal ini karena Qatar setiap bulannya mendonasikan 60 juta Dolar serta membantu menghidupkan satu-satunya pembangkit listrik di sektor tersebut.

(T.RS)

Nuruddin Jamal al-Harazin

leave a reply
Posting terakhir