Aktivis dan warga Palestina lakukan aksi protes terhadap 'jalan apartheid' di Tepi Barat

Bersama warga Palestina, para aktivis memblokir gerbang yang memisahkan lalu lintas warga Palestina dan Israel antara Tepi Barat dan Yerusalem.

BY 4adminEdited Thu,24 Jan 2019,12:21 PM

Tepi Barat, SPNA - Warga Palestina dan sejumlah aktivis berusaha memblokir "jalan apartheid”, yang baru dibuka di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

Lusinan pengunjuk rasa pada hari Rabu (23/01/2019) menyegel gerbang bagian operasional pertama jalan lingkar timur di sekitar Yerusalem.

Jalan ini memiliki dua jalur terpisah yang dibagi oleh tembok beton setinggi delapan meter - satu untuk Palestina yang tinggal di Tepi Barat, dan yang lainnya untuk penduduk permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat.

Dua pengunjuk rasa telah ditangkap, dan empat lainnya menderita luka-luka ketika pasukan Israel berusaha membuka kembali jalan itu,  media setempat mewartakan.

Bagi warga Palestina, yang tidak dapat mengakses Yerusalem tanpa izin yang sulit diperoleh dari militer Israel, jalan itu dirancang untuk membawa mereka ke sebuah jalan melintang yang pada akhirnya akan mengarah ke kota Ramallah dan Betlehem di Tepi Barat - tanpa harus melewati Yerusalem.

Bagi pemukim Israel, jalan itu memberi mereka akses yang lebih cepat dan lebih mudah ke dan dari kota.

Jalan tersebut membentang ke timur laut Yerusalem melewati desa Palestina Khan al-Ahmar dan pemukiman Maale Adumim, di daerah yang dikenal sebagai E-1.

Israel telah merencanakan untuk mencaplok daerah E-1 dan mengembangkan tanah tersebut sebagai bagian dari rencana "Yerusalem Raya" untuk mereduksi perbatasan kota. Memperluas Yerusalem lebih jauh ke timur akan menciptakan ruang untuk perluasan permukiman dan akan menghubungkan Maale Adumim ke kota.

Pencaplokan E-1 juga akan menggusur ribuan warga Palestina yang tinggal di kota-kota dan desa-desa di daerah itu.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu saat pembukaan jalan, Hanan Ashrawi, seorang anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan bahwa jalan tersebut "menegaskan niat Israel yang disengaja untuk menetapkan rezim kolonialnya yang rasis dan menempatkan 'Israel Raya' pada semua sejarah Palestina."

"Dengan dukungan penuh dari pemerintah AS saat ini, termasuk pengesahan atas pelanggaran mengerikan Israel dan penghinaan total terhadap hukum internasional dan konsensus global, Israel berhasil menghancurkan kedekatan teritorial dan integritas teritorial Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) untuk meningkatkan perusahaan permukiman kolonialnya dan memfasilitasi penciptaan orang-orang Bantustan di seluruh Palestina yang diduduki," tuturnya.

Ashrawi menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk Uni Eropa, "untuk menghadapi manifestasi mencolok dari rasisme kolonial ini dan meminta pertanggungjawaban Israel atas doktrinnya yang melanggar hukum dan kejahatan perang dengan tindakan konkret yang efektif, termasuk sanksi".

Israel menduduki dan mencaplok Yerusalem Timur setelah Perang Juni 1967, dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Sejak itu, Israel telah membangun lebih dari selusin permukiman untuk warga Yahudi Israel di bagian timur kota, beberapa di tengah lingkungan Palestina.

Sekitar 200.000 warga Israel tinggal di Yerusalem Timur di bawah perlindungan tentara dan polisi, dengan kompleks permukiman tunggal terbesar yang menampung 44.000 warga Israel.

(T.RA/S: Aljazeera)

leave a reply
Posting terakhir

Israel meresmikan 'Jalan Apartheid' di Yerusalem

Otoritas pendudukan Israel pada hari Kamis (10/01/2019) resmi membuka 'Jalan Apartheid' di Yerusalem, yang memisahkan pengemudi Palestina dan pengemudi dari kalangan pemukim Israel, berupa tembok setinggi delapan meter.