Rabi Israel membela remaja Yahudi yang diduga membunuh wanita Palestina

Rabi Yahudi memotivasi para siswa -yang diduga melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita Palestina- agar tidak takut menghadapi hukuman penjara, sebab ini akan menjadi jalan menuju kekuasaan politik.

BY 4adminEdited Fri,25 Jan 2019,09:57 AM

Haaretz - Tepi Barat

Tepi Barat, SPNA – Dalam sebuah video terungkap bahwa seorang rabi utama Israel telah berbicara di hadapan sejumlah siswa yang diduga melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita Palestina di Tepi Barat. Rabi tersebut menuturkan bahwa para siswa tersebut seharusnya tidak takut akan penjara, sebab penjara, menurutnya, adalah jalan dimulainya kekuasaan politik, Haaretz mewartakan, Rabu (23/01/2019).

Adalah Shmuel Eliyahu, rabi kota Safed dan tokoh penting dalam gerakan Zionis religius, mengatakan saat berlangsungnya pelajaran halakha (hukum tentang agama Yahudi) bahwa sistem hukum mendiskriminasi anak-anak sekolah menengah yang diduga membunuh Aisha Mohammed Rabi (47).

Aisha meninggal pada Oktober 2018 setelah pemukim melemparkan batu ke kendaraannya di dekat pos pemeriksaan Tepi Barat di sebelah selatan Nablus.

Rabi itu menambahkan bahwa ia berbicara dengan anak-anak lelaki di sekolah menengah Yahudi Pri Haaretz di permukiman Rehelim di Tepi Barat, di mana lima di antara mereka diduga melakukan pembunuhan.

"Saya memberi tahu orang-orang ini, apa masalahnya? Apa yang dituduhkan pada kalian? Kalian melempar batu. Apakah kalian tahu berapa banyak batu yang dilemparkan ke Yudea dan Samaria yang tidak dilakukan tentara?”

Dalam video berdurasi 40 menit yang diunggah ke YouTube, Eliyahu menuduh bahwa lembaga-lembaga negara, terutama sistem hukum, sudah busuk, tetapi anak-anak lelaki tidak boleh takut akan penjara, karena "di luar penjara ia datang untuk memerintah" (Pengkhotbah 4). Dengan kata lain, jalan menuju kekuasaan politik melewati penjara.

Mengenai batu yang membunuh Aisha, rabi tersebut mengatakan bahwa ketika orang Arab melempari batu di Tepi Barat, tidak apa-apa tapi “jika seorang Yahudi melakukannya - Anda akan mengingatkan seluruh Shin Bet? Hukum macam apa ini? Di mana hukum ini ditulis? Semua orang harus sama di depan hukum,” kata Eliyahu.

Ia menambahkan bahwa sistem tidak korup karena orang membuat kesepakatan satu sama lain di balik pintu tertutup, namun "sistem ini korup karena sifatnya korup."

“Anak laki-laki sekolah Yahudi yang dicurigai adalah pejuang dan akan dipenjara karena mereka berperang,” tutur Eliyahu. Ia mengangkat contoh dari sosok ayahnya, Mordechai Eliyahu - yang telah menjadi kepala rabi di Israel dan pernah mendekam dalam penjara selama sembilan bulan. "Mengapa? Karena dia melawan sistem yang korup. Dia duduk di penjara dan dipukuli dan akhirnya menjadi kepala rabi. Apakah ada hubungan antara kedua hal ini? 'Pengkhotbah berkata, ya.' Orang yang peduli, yang berteriak, yang memprotes ... dia mungkin dipenjara tetapi pada akhirnya, akan keluar dan memerintah."

Ayahnya, Mordechai Eliyahu, adalah anggota gerakan bawah tanah Brit HaKanaim ("perjanjian para fanatik"), yang bertujuan untuk memberlakukan hukum Yahudi di Israel dan mengubahnya menjadi negara halakhis.

Mordechai merekrut anggota baru, mengumpulkan dana dan menemukan tempat untuk menyembunyikan senjata. Ia ditangkap pada tahun 1951 bersama 40 anggota organisasi radikal lainnya dan dijatuhi hukuman 10 bulan penjara.

Putranya, Shmuel Eliyahu, di hadapan para siswa Yahudi yang dicurigai membunuh, mendorong mereka dan mengatakan bahwa setelah kesalahan yang mereka alami, mereka harus pergi untuk menaklukkan pemerintah. “Bagaimana pemerintah ditaklukkan? Dengan tank, mengepung Knesset? Apakah itu solusinya? Tidak, ada yang lebih sederhana,” kata Eliyahu. "Pada akhirnya Anda harus mengambil posisi kunci negara, dan posisi kunci diambil dengan kepintaran dan dengan mempengaruhi orang."

Mengenai layanan keamanan Shin Bet, yang diklaim Eliyahu cendering bersikap lebih keras pada orang Yahudi daripada pada orang Arab, ia mengatakan dalam video tersebut bahwa ia bertemu dengan orang-orang senior di departemen Shin Bet, yang mendesaknya untuk mengutuk pembakaran sebuah masjid di Tuba-Zangariyye. Namun ia menolak sebab ia tidak berpikir orang Yahudi telah melakukannya – namun orang Arab melakukannya, setelah perselisihan internal di desa.

"Dalam 99,9 persen pekerjaan mereka, Shin Bet melakukan hal-hal yang baik, mengejar (orang-orang) yang jahat," kata Eliyahu kepada siswa di Safed, "tetapi (insiden itu) diambil dan digunakan untuk melawan orang Yahudi." Menurutnya, Shin Bet menggambarkan orang Yahudi sebagai pelaku dan orang-orang Arab sebagai korban.

Anggota Knesset, Issawi Frej (Meretz) menulis surat kepada jaksa agung yang mendesak agar Eliyahu, yang “menghasut orang Arab, wanita, gay, sistem hukum dan yang tidak rutin” ditangkap tanpa penundaan lebih lanjut.

Sementara itu, Gilad Kariv, rabi dan direktur eksekutif gerakan reformasi di Israel, mengatakan bahwa Eiyahu seharusnya dipecat dari jabatan publik satu dekade lalu karena rasisme yang terang-terangan dan pelanggaran beruntun terhadap semua aturan yang berlaku untuk pegawai negeri. Namun Menteri Kehakiman secara de facto Ayelet Shaked melindunginya dengan menolak untuk dikenakan tindakan disipliner, kata Kariv.

Kariv menuturkan, "Sangat memalukan bagi Negara Israel bahwa seseorang seperti Rabi Eliyahu bertindak sebagai rabi kota dan sebagai anggota dewan rabi utama."

(T.RA/S: Haaretz)

leave a reply
Posting terakhir