Unik, Gaza ternyata memiliki seniman origami

Blokade, krisis ekonomi dan kemanusiaan membuat tingkat pengangguran di Gaza naik menjadi 61%. Namun hal ini tidak membuat mereka putus asa. Situasi Gaza yang sulit bahkan mampu mendorong anka-anak muda untuk berkreasi. Sabir Hummaid, adalah salah satu diantara deretan  pemuda Gaza kreatif yang mampu menciptakan origami.

BY 4adminEdited Sun,03 Feb 2019,04:16 PM

Jaur Gaza, SPNA - Tantangan yang harus dihadapi anak-anak muda Gaza berbeda dengan mereka yang berasal dari negara lain. Blokade, krisis ekonomi dan kemanusiaan membuat tingkat pengangguran di Gaza naik menjadi 61%. Namun, hal  ini tidak membuat remaja Gaza putus asa. Situasi Gaza yang sulit bahkan mendorong mereka untuk berkreasi serta menciptakan karya seni yang memikat daya tarik serta memiliki nilai jual tinggi.

Sabir Hummaid, adalah satu diantara deretan  pemuda Gaza kreatif. Pria berusia 29 tahun ini merupakan warga Gaza yang ahli membuat origami, seni lipat yang berasal dari Jepang.

Menurutnya, origami dapat dipelajari melalui 3 level: Beginner, intermediate dan expert. Humaid mengaku dirinya sudah sampai di level intermediate atau menengah. “Saya dapat membuat simbol atau huruf di buku-buku berbahasa inggris kuno,” tukasnya.

Dalam wawancara dengan Suara Palestina, Sabtu (02/02/2019) Humaid menjelaskan bahwa anak-anak muda adalah korban pertama blokade yang berhasil membuat Gaza lumpuh.

Warga kamp Nuseirat, Gaza bagian tengah ini mengaku bercita-cita untuk  memiliki galeri origami. “Jika ini terpenuhi maka saya adalah yang pertama di Timur Tengah. Saya juga ahli di bidang kaligrafi Arab dan Persia,” terangnya.

Salah satu hasil karyanya adalah lukisan huruf dan logo yang di sebarkan di akunnya di media sosial. Hasil karyanya banyak dipuji oleh warganet  Timur Tengah.

“Untuk satu karya origami berkisar antara 50 hingga 10 syikal. Hal ini karena membuat origami membutuhkan ketelitian dan waktu yang lama hingga 6 jam, ‘’ tutupnya.

Sejak pemerintah Israel mengisolasi Gaza, tingkat kemiskinan Gaza bertambah pesat. Tercatat 53% warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan.

2018 lalu, Sekjen PBB, Antonio Guterres telah menegaskan bahwa Gaza yang memiliki populasi dua juta jiwa tersebut akan menjadi wilayah tak layak huni pada tahun 2020.

Sementara itu, Profesor Hubungan Internasional Universitas Oxford, Avi Shlaim mengatakan bahwa Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia. 

Dalam sebuah artikel yang dirilis The Guardian dalam peringatan 10 tahun operasi “Cast Leads”, sejarawan Yahudi tersebut mengatakan bahwa sampai saat ini pemerintah Israel masih menggunakan cara-cara brutal dalam menghadapi warga Gaza.

(T.RS/Abdel Hamid Akkila)

leave a reply
Posting terakhir