Sejarah Islam dan warga muslim di Selandia Baru

Pembantaian warga Muslim di Christchurch seharusnya tidak terjadi. Bagi warga Selandia baru, Islam bukanlah barang baru. Beragam agama, kebudayan dan garis keturunan telah hidup rukun bersama selama hampir dua ratus tahun.

BY 4adminEdited Sat,23 Mar 2019,03:05 PM

Christchurch, SPNA - Dalam sebuah insiden pembantaian yang terjadi Jumat lalu (15/03/2019), di Kota Christchurch, Selandia Baru, 50 warga Muslim tewas saat sedang melaksanakan ibadah shalat Jumat.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyebutkan serangan tersebut merupakan aksi terorisme yang telah direncanakan jauh hari. Ia mengatakan, “(Hari itu merupakan) hari paling kelam dalam sejarah negara kami.”

Bagaimana sebenarnya sejarah Islam dan warga muslim di negara tersebut?

Situs Australian Muslim Times menyebutkan pertama kalinya warga muslim menginjakkan kaki ke negara tersebut adalah pada tahun 1854. Warga muslim tersebut merupakan sebuah keluarga yang datang dari India untuk bekerja dan tinggal di Canterbury.

Pada tahun tujuh puluhan abad ke-19, juga tumbuh sebuah komunitas kecil warga muslim yang datang dari Cina. Mereka bekerja di sebuah perusahaan penambangan emas di Dunstan, Otago.

Tahun Sembilan puluhan pada abad yang sama, juga menetap seorang pedagang keliling India, bernama Baks Malik, di wilayah Otago.

Lalu pada 1905 bertambah lagi satu warga muslim lainnya berasal dari Turkmenistan dan tinggal di Christchurch. Ia kemudian menjadi terkenal di daerah tersebut karena profesinya sebagai penjual Es Krim.

Pemindahan ribuan imigran dari Eropa Timur ke Selandia Baru, tahun 1951, menjadi puncak pertumbuhan warga Muslim. Imigran tersebut yang berasal dari Yugoslavia dan Albania sebagian mereka beragama Islam. Pada saat yang sama, jumlah pelajar muslim dari Asia juga semakin bertambah.

Situs Muslimdirectory menambah riwayat lainnya dan sedikit berbeda. Pada tahun 1950 sebuah organisasi Islam disebutkan terbentuk di kota Auckland. Jumlah warga Muslim saat itu sudah mencapai 200 orang. Pada tahun 1959 organisasi tersebut kemudian membeli sebuah apartemen sebagai markas besar di kota Ponsonby.

Lalu pada tahun 1960, seorang ulama dari Gujarat, India, datang ke wilayah tersebut. Ia kemudian menjadi imam dan guru bagi warga muslim yang berada di sana. Beliau adalah Maulana Ahmad Sa’id Musa Batal

Kemudian pada tahun 1962 didirikanlah Persatuan Internasional untuk Muslim Selandia Baru, mengambil tempat di Wellington. Dan pada 1977 berdiri pula sebuah organisasi lainnya, Persatuan Muslim Canterbury.

Dari tahun lima puluh sampai tujuh puluhan abad lalu, masih menurut situs Muslimdirectory, gelombang imigrasi warga muslim dari Eropa Timur terus bertambah. Juga diperbanyak dengan pelajar yang datang dari Asia.

 

Imigrasi

Imigrasi merupakan hal penting yang harus disebutkan dalam sejarah Selandia Baru. Satu dari empat penduduk negara tersebut yang mencapai 4,3 juta jiwa, lahir di luar Selandia Baru. Setiap tahunnya terdapat sekitar 40 sampai 50 ribu imigran baru yang berdatangan.

Oleh sebab itu, kemajemukan penduduk, baik garis keturunan, budaya, bahasa dan agama, terus berkembang dan sudah menjadi sebuah keharusan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Victoria Selandia Baru.

Hasil jejak pendapat yang melibatkan dua ribu penduduk tersebut menyebutkan, warga Selandia Baru sangat mendukung keberagaman yang ada.

Warga muslim merupakan kemunitas yang paling cepat berkembang. Jumlah mereka di negara tersebut telah mencapai satu persen dari seluruh penduduk Selandia baru, atau 50 ribu jiwa. 77% di antara mereka lahir di luar Selandia Baru.

Dua puluh sembilan persen dari warga muslim tersebut berasal dari India dan 21% lainya dari Timur Tengah (Arab, Iran dan Turki).

Terkait dua masjid yang menjadi tempat terjadinya pembantaian, Mushtaa Farouq, Ketua Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, mengatakan keduanya merupakan di antara Masjid tertua yang ada di negara tersebut.

“Masjid sudah sangat akrab dengan warga setempat dan sering dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan acara keagamaan. Kita menyambut baik semua kebudayaan yang ada. Insiden tersebut seharusnya tidak terjadi.” Sesal Farouq.

(T.HN/S: BBC)

leave a reply
Posting terakhir

Mengapa Israel Rampas Sejarah Islam dan Palsukan Sejarah Palestina?

Pendudukan Israel berusaha memberikan karakteristik Yahudi terhadap berbagai lini kehidupan publik, sejarah, dan warisan Palestina, setelah studi ilmiah dan sejarah telah membuktikan ketidakabsahan narasi Yahudi tentang haknya di Palestina. Pendudukan Israel kemudian memalsukan sejarah dan warisan Palestina demi manfaatnya sendiri, melegitimasi pendudukan Israel di tanah Palestina.