Iran sebut Amerika telah memulai perang psikologis

Pengiriman kapal induk ke Timur Tengah, dianggap sebagai perang urat saraf yang dilakukan Amerika untuk mengubah sikap Iran. Angkatan Udara Iran dari Garda Revolusi Iran menyebutkan itu bukanlah ancaman, namun sebuah kesempatan.

BY 4adminEdited Mon,13 May 2019,10:01 AM

Taheran, SPNA - Juru bicara Parlemen Iran, Behrouz Nemati, mengatakan bahwa Amerika telah memulai perang psikologis. Pernyataan tersebut merupakan nukilan kesimpulan dari pernyataan yang disampaikan  pemimpin Garda Revolusi Iran.

Amerika disebutkan telah mengirim pasukan induk lengkap dengan peralatan berat militer, dan ribuan militer, ke Timur Tengah. Hal tersebut bertujuan, seperti yang dikatakan Donald Trump, untuk mengantisipasi ancaman serangan Iran terhadap kapal-kapal dagang mereka saat melewati laut Merah dan Selat Bab Al-Mandab.

Setiap kapal yang membawa bendera Amerika diinstruksikan untuk melaporan diri ke Armada Kelima Amerika Serikat (United States Fifth Fleet), salah satu Pangkalan Laut Amerika yang berada di wilayah teluk.

Amerika kabarnya juga telah mengirimkan pesawat pengebom strategis bertenaga jarak jauh, subsonik Amerika, B 52, untuk mengamankan perairan Laut Merah.

Reuters menyebutkan, Kementerian Pertahanan Amerika telah menyetujui penambahan Rudal patriot yang akan dipasang di Timur Tengah.

Pergerakan Amerika tersebut oleh Behrouz Nemati, juru bicara Parlemen Iran, disebutkan sebagai perang urat saraf yang sedang dilakukan Amerika.

Terkait kekuatan militer Amerika yang diangkut ke Timur Tengah, Amir Ali Hajizadeh, Komandan Angkatan Udara Garda Revolusi Iran, mengatakan “Perlengkapan militer Amerika tersebut dulunya merupakan ancaman, tapi hari ini berubah menjadi kesempatan.”

“Apabila Amerika bergerak satu langkah saja, kita akan memukul kepala mereka.” Tambah Amir.

Perang Psikologis biasanya dilakukan oleh sebuah negara untuk mengubah sikap lawan agar menurunkan sikap penentangan dan militansinya.

Ketegangan bilateral antara Amerika dan Iran bermula saat Amerika secara sepihak memilih keluar dari perjanjian nuklir Iran, 8 Mei 2018. Padahal menurut Uni Eropa, Iran masih patuh terhadap peraturan pengelolaan Nuklir.

Mulai saat itu, Amerika terus menekan Iran secara bertahap guna mengubah sikap Iran. Hukuman Amerika yang paling berdampak adalah larangan Amerika terhadap negara-negara lain untuk melakukan transaksi pembelian minyak dari Iran.

Rabu (08/05) lalu, Amerika Serikat, kembali mengancam Iran dengan tambahan hukuman baru. Tidak hanya Iran, Pemerintahan Paman Sam di bawah Donald Trump juga mengecam Uni Eropa atas kerja sama tanpa dolar yang dilakukan dengan pemerintahan Iran.

Pasca keluarnya Amerika dari perjanjian Nuklir Iran, Uni Eropa mencoba membaking Iran dengan meluncurkan terobosan sistem perdagangan baru tanpa menggunakan dolar.

Amerika dan Israel melihat Iran sebagai sumber kekacauan dan ancaman di wilayah Timur Tengah.

(T.HN/S: Reuters)

leave a reply
Posting terakhir