Raja Yordania: Pencaplokan Tepi Barat akan Merusak Stabilitas di Kawasan

Raja Yordania Abdullah kembali memperingatkan Israel bahwa pencaplokan wilayah  Tepi Barat mengancam stabilitas di kawasan serta menghapus harapan negosiasi damai demi mengakhiri konflik  antara Israel dan negara Arab

BY Edited Tue,14 Jul 2020,11:56 AM

Amman, SPNA - Raja Yordania Abdullah kembali memperingatkan Israel bahwa pencaplokan wilayah Tepi Barat mengancam stabilitas di kawasan serta menghapus harapan negosiasi damai demi mengakhiri konflik antara Israel dan negara Arab.

Dilansir Reuters, Selasa (14/07/2020), Raja Abdullah menegskan bahwa pendirian negara Palestina merdeka di wilayah yang diduduki Israel tahun 1967 adalah solusi satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah.

Pernyataan tersebut disampaikan kepada anggota Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan dari House of Commons Inggris bahwa setiap pencaplokan Tepi Barat tidak dapat diterima dan beresiko merusak peluang mencapai perjanjian damai dan stabilitas di Timur Tengah.

Yordania sampai saat ini memimpin kampanye diplomatik bersama sebagian besar negara Eropa menentang rencana pencaplokan Tepi Barat.

Bulan lalu Netanyahu menyatakan berencana mencaplok 30% dari wilayah Tepi Barat pada pertengahan Juli sesuai dengan Kesepakatan Abad Ini yang diprakarsai Donald Trump.

Rencana tersebut ditentang oleh Pemerintah Palestina, PBB dan Uni Eropa yang memandang bahwa hal ini bertentangan dengan hukum internasional.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, telah mengambil langkah tegas dengan memutuskan kerjasama dengan pihak Israel. Termasuk diantaranya kerjasama dalam bidang keamanan.

Di saat yang sama, Pelapor Khusus PBB Terkait HAM di Palestina, Micheal Lynk menyerukan agar mengambil langkah-langkah tegas mencegah atau menghukum Israel jika mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat.

Sementara itu lebih dari 1.000 anggota parlemen dari seluruh Eropa menandatangani petisi menentang keras rencana koalisi pemerintahan Netanyahu- Benny Gantz terkait pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Hal ini karena rencana tersebut akan membahayakan stabilitas kawasan.

Penasehat Presiden Palestina Nabil Shaath menegaskan bahwa intifada ketiga mungkin terjadi jika Israel benar-benar mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat.

Dalam wawancara dengan surat kabar France 24, Jum’at (04/07/2020) Shaath mengatakan, “Kami punya banyak opsi. Sebagai bangsa Palesina kami sepakat melawan perampasan wilayah. Hari ini kami bersatu dengan seluruh faksi termasuk Hamas. Saudara-saudara kami di Gaza siap bekerjasama dengan Tepi Barat demi melindungi tanah air. “

Dia menambahkan bahwa negara-negara Arab akan membantu mengucurkan dana untuk Palestina. “Saat intifada pertama meletus pasca kunujungan Mantan PM Israel Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsa, Pemerintah Arab Saudi saat itu menyumbang 1 miliar Dolar dalam beberapa hari,’’ terangya.

Sebelumnya Shaath menyatakan bahwa Palestina siap duduk di meja perundingan dengan Israel dengan syarat Tel Aviv harus menghapus rencana pencaplokan terhadap Tepi Barat.

“Setiap kesepakatan Palestina dan Israel harus dilaksanakan sesuai dengan keputusan PBB dan dimediasi oleh Kuartet TImur Tengah bukan hanya AS’’, tegasnya.

Sejak perang 1967, diperkirakan sebanyak 430.000 penduduk Yahudi tinggal di lebih dari 130 permukiman di Tepi Barat yang ilegal berdasakan hukum internasional, namun Washington dan Israel menolak hal ini.

(T.RS/S:Reuters)

 

leave a reply
Posting terakhir