Khartum, SPNA - Perdana Menteri Sudan, Abdalla Hamdok, Sabtu (26/09), mengatakan bahwa nomalisasi hubungan negaranya dengan Israel mendapatkan banyak kedala. Khartum butuh waktu lama untuk bermusyawarah sebelum memutuskan hal itu.
Dalam sesi wawancara Ekonomi di Ibu Kota, Hamdok membeberkan pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo. "Saya katakan kepadanya, kita harus memisahkan antara pengahapusan Sudah sebagai negara sponsor teroris dengan nomalisasi hubungan dengan Israel." Ucapnya.
Maksudnya Sudan tidak ingin terlihat seperti terikat jasa dengan Amerika. Sebagai negara berdaulat, Sudan bebas dalam memutuskan setiap langkahnya sendiri.
Belakangan media Arab kerab membicarakan prediksi bergabungnya Sudan dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, dalam daftar negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara Zionis.
Sejak Presiden Umar Al-Basyir memimpin Sudan, oleh Amerika, Sudan dicap sebagai negara sponsor teroris, yaitu pada tahun 1993. Keputusan itu diputuskan langsung oleh Mahkamah Amerika yang menemukan keterlibatan dalam bentuk bantuan kepada pemimpin Al-Qaeda, Usamah bin Ladin.
Hukuman tersebut berdampak nyata pada pertumbuhan ekonomi negara itu. Sudan bahkan tidak bisa mendapatkan pinjaman luar negari saat dilanda krisis.
(T.HN/S: Arabic.CNN)