Nabih Berri: Masalah Palestina Adalah Tolak Ukur Benar Tidaknya Kita Dalam Mengambil Sikap

Berri menyebutkan bahwa kata sepakat antara Lebanon dan Palestina dalam penentuan batas laut dan darat kedua negara merupakan langkah yang diperlukan, tapi tidak cukup. Ia menegaskan bahwa penentuan batas negara tersebut harus disertai dengan pembentukan pemerintah negara secepat mungkin.

BY Edited Sun,04 Oct 2020,11:23 AM

Beirut, SPNA – Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri pada Sabtu (03/10), menandaskan bahwa pengkhianatan terbesar dari segala prinsip Arab adalah apa yang terjadi dengan masalah Palestina.  “Masalah Palestina adalah standar untuk mengukur benar tidaknya kita dalam mengambil sikap,” tegasnya.

Mengomentari normalisasi beberapa negara Arab dengan Israel, Berri menekankan, “Jika para penguasa memiliki prioritasnya sendiri, maka rakyat memiliki prioritas mereka yang tidak boleh berubah, dan itu adalah Palestina."

Ia menyatakan bahwa yang dibutuhkan untuk menghadapi bahaya ini adalah kesabaran dan jiwa pantang menyerah, karena menurutnya bahaya ini bukanlah sesuatu yang bisa melumpuhkan bangsa Arab.

Dalam pertemuannya dengan jurnalis Al-Mayadeen, Ketua Parlemen Lebanon tersebut mengindikasikan bahwa negaranya adalah negara yang paling terpengaruh di dunia Arab oleh rekonsiliasi negara lainnya dengan Israel. Menurutnya negara lain yang juga akan turut merasakan dampak besar dari normalisasi tersebut antara lain Irak, Suriah dan Yaman, di mana ketiga negara tersebut sangat rentan dengan perpecahan.

Berri menyebutkan bahwa kata sepakat antara Lebanon dan Palestina dalam penentuan batas laut dan darat kedua negara merupakan langkah yang diperlukan, tapi tidak cukup. Ia menegaskan bahwa penentuan batas negara tersebut harus disertai dengan pembentukan pemerintah negara secepat mungkin.

Ia menekankan bahwa kesepakatan tersebut hanyalah untuk menarik batas kedua negara dan menjamin cukupnya penjualan air di daerah yang membutuhkan.

(T.NA/S: RT Arabic)

leave a reply