Remaja Putri Palestina Atasi Pengangguran Melalui Usaha Rumahan

Berdasarkan laporan badan statistik Palestina, 27,8% warga kehilangan pekerjaan. Artinya jumlah yang  berada di bawah garis kemiskinan meningkat  dimana sebagian besar adalah perempuan. Sementara  Jumlah pekerja di pasar Palestina dilaporkan menurun dari  951.000 jiwa tahun 2019 menjadi 884.000 jiwa di  tahun ini.

BY Edited Sat,26 Dec 2020,11:50 AM

Jalur Gaza, SPNA - “Saya ingin menjadi manajer untuk usaha saya sendiri,” ujar Judd Saleh. Remaja 16 tahun ini sudah membuka usaha jahitan baju dengan gaya modern dimana pelanggan dapat memilih desain yang  mereka suka.

Usianya memang belia namun Judd berhasil memanfaatkan bakatnya untuk memperoleh penghasilan mandiri.  Baginya perempuan Palestina harus memiliki power di masyarakat dan mandiri secara ekonomi.

Sementara Fatimah Zahra memilih menyalurkan bakat dalam  seni cetak untuk bertahan hidup.  Menurut mahasiswi seni rupa ini, usaha rumah lebih baik ketimbang bersaing mendapat pekerjaan di perusahaan pemerintah atau swasta mengingat minimnya lapangan kerja.

Terkadang hobi dapat berubah menjadi sumber penghasilan. Seperti yang dialami Mannal Isa. Sebelumnya Mannal belajar seni lukis kaca hanya untuk mengisi waktu kosong saat lockdown. Setelah itu Mannal membangun gudang kecil di rumah untuk memproduksi karyanya sendiri lalu memasarkannya di intenet.

Meksipun proyek usaha rumah adalah ide yang bagus, namun ini tidak semudah yang dibayangkan. Mereka harus menghadapi berbagai  tantangan untuk bertahan. Sebagian besar karena faktor ekonomi dan dan sumber daya.  Selain itu tidak adanya yayasan dan lembaga yang mendukung pengembangan bakat perempuan.

“Meskipun sebagian pelanggan tertarik dengan produk kami namun kondisi darurat yang dihadapi Palestina akibat Covid menjadi tantangan besar. Kami sulit mengantar barang dari satu wilayah ke wilayah lain dan kami tak punya modal cukup ditambah banyaknya kompetitor, ‘’ terang Fatimah.

Bisnis katering dan manisan mungkin lebih menjanjikan dalam bidang usaha rumahan karena pemesanannya tidak berhenti. Namun Maliya Sahaliyeh membangun bisnis manisan sehat mengaku usahanya terhambat akibat lockdown berkali-kali serta tidak tersedianya bahan yang dibutuhkan.  Maliya menghadapi tantangan dalam pemasaran produknya dan hanya dapat mengandalkan internet.

Remaja putri Palestina beralih ke usaha rumahan kecil menyusul meningkatnya pengangguran di Palestina tahun 2020. Sebagian besar perempuan kehilangan pekerjaan dalam beberapa waktu terakhir. Mereka dipecat dengan alasan mengurangi beban perusahaan tempat mereka bekerja.

Berdasarkan laporan badan statistik Palestina, 27,8% warga kehilangan pekerjaan. Artinya jumlah yang  berada di bawah garis kemiskinan meningkat  dimana sebagian besar adalah perempuan. Sementara  Jumlah pekerja di pasar Palestina dilaporkan menurun dari  951.000 jiwa tahun 2019 menjadi 884.000 jiwa di  tahun ini.

Akhirnya sejak pandemi melanda, sebagian besar toko di Palestina berubah menjadi toko elektronik dengan bergantung dengan jejaring sosial.

Di satu sisi mereka diuntungkan karena tidak perlu membayar pajak atau menyewa tempat namun mereka juga menghadapi tantangan dalam promosi dan pemasaran produk.

(T.RS/S:TheIndependent)

Artikel: Phantina Sholi

 

leave a reply
Posting terakhir