Krisis Bahan Bakar Bebani Pengungsi Palestina di Lebanon

Krisis bahan bakar telah menimbulkan kekhawatiran di antara penduduk kamp pengungsi dalam menghadapi musim dingin yang ekstrim. Hal ini disebabkan warga di kamp pengungsian biasanya menyimpan solar atau bensin untuk digunakan sebagai pemanas selama musim dingin. Krisis bahan bakar akan akan menjadi bencana mendekati musim dingin jika tidak ditemukan segera solusi untuk menghadapi kelangkaan bahan bakar tersebut.

BY Edited Tue,15 Jun 2021,11:43 AM

Beirut, SPNA - Krisis bahan bakar berturut-turut yang terjadi di Lebanon, seperti yang dilansir dari surat kabar Palinfo, pada Minggu (13/06/2021), terus meningkatkan penderitaan penduduk, terutama bagi pengungsi Palestina di Lebanon.

Wilayah Bekaa, salah satu wilayah di Lebanon menutup hampir seluruh tempat pengisian bahan bakar. Sedangkan, tempat pengisan bahan bakar yang masih terbuka, hanya melakukan penjualan bahan bakar dalam jumlah kecil dan terbatas.

Sopir taksi, Khaled Darwish Palestina dari kamp Galilea di Lebanon, menegaskan bahwa jika pasokan bahan bakar tersedia, ia harus mengantre berjam-jam di pom bensin. Sementara itu, harga bensin telah meningkat secara signifikan.

“Pegawai stasiun meminta penambahan uang sebesar 15.000 pound Lebanon, untuk mengisi tangki mobil saya sekitar 30 atau 50 ribu pound, yang diisi hanya seperempat atau setengah dari tangka. Padahal harga pengisian tangki penuh hanya 65 ribu pound,” ungkap Darwish.

Krisis bahan bakar telah menimbulkan kekhawatiran di antara penduduk kamp pengungsi yang akan menghadapi musim dingin yang ekstrim. Hal ini disebabkan warga di kamp pengungsian biasanya menyimpan solar atau bensin untuk digunakan sebagai pemanas selama musim dingin. Krisis bahan bakar akan akan menjadi bencana mendekati musim dingin jika tidak ditemukan segera solusi untuk menghadapi kelangkaan bahan bakar tersebut.

Sedangkan di ibu kota Lebanon, Beirut, keadaannya tidak jauh berbeda, tempat pengisian bahan bakar juga hampir ditutup seluruhnya. Sementara itu, antrian yang cukup panjang hingga menghabiskan waktu berjam-jam ditemukan di sejumlah pom bensin yang masih buka.

Daerah Kamp Dbayeh, yang terletak di sebelah timur Beirut, telah terkena dampak pemadaman listrik, seperti yang terjadi pada kamp lainnya. Krisis bahan bakar untuk pengoperasian generator listrik adalah hal yang paling krusial sehingga berdampak pada durasi pemadaman listrik yang mencapai rata-rata 21 jam per hari.

Pejabat Komite Sipil di Kamp Dbayeh, Wissam Kassis, menjelaskan bahwa krisis bahan bakar yang terjadi saat ini telah meningkatkan penderitaan bagi para pengungsi Palestina, terlebih terkait tidak adanya harapan situasi akan membaik dalam waktu dekat.

“Pemutusan pasokan bahan bakar telah berdampak besar pada pengungsi Palestina di kamp Dbayeh, karena bahan bakar tersebut digunakan untuk mengoperasikan perusahaan listrik. Akibat pemadaman listrik, pengungsi Palestina diminta berlangganan genset, yang berarti menambahkan tagihan baru bagi para pengungsi,” ungkap Kassis.

Ia melanjutkan bahwa genset juga terkena imbas dari terputusnya pasokan solar yang menyebabkan genset padam.  

“Artinya para pengungsi akan segera menghadapi pemadaman listrik. Ini belum termasuk listrik yang mengalirkan air ke kamp. Listrik dan genset yang padam menyebabkan air ke kamp putus. Inilah yang terjadi berulang kali,” tambah Kassis.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Palestina Umumkan Harga Bahan Bakar dan Gas kepada Konsumen

Otoritas Palestina menekankan perlunya para pemilik dan distributor gas untuk mematuhi harga yang ditentukan. Otoritas Palestina juga memperingatkan bahwa distributor yang melanggar instruksi harga yang ditetapkan akan dikenai sanksi dan berharap semua pelaku distributor bertanggung jawab terhadap konsumen.