Mengapa Israel Rampas Sejarah Islam dan Palsukan Sejarah Palestina?

Pendudukan Israel berusaha memberikan karakteristik Yahudi terhadap berbagai lini kehidupan publik, sejarah, dan warisan Palestina, setelah studi ilmiah dan sejarah telah membuktikan ketidakabsahan narasi Yahudi tentang haknya di Palestina. Pendudukan Israel kemudian memalsukan sejarah dan warisan Palestina demi manfaatnya sendiri, melegitimasi pendudukan Israel di tanah Palestina.

BY Edited Sun,01 Aug 2021,01:15 PM

Yerusalem, SPNA - Pemalsuan peninggalan sejarah dan warisan peradaban manusia di bumi Palestina terus dilakukan pendudukan Israel secara terstruktur dan sistematis. Israel tidak hanya puas dengan merampas tanah, menghancurkan bangunan, dan menggusir penduduk tapi mereka berusaha dengan kuat untuk mendistorsi sejarah Palestina di buminya sendiri.

Apa pentingnya mengubur sejarah bangsa Palestina? Mengapa Israel mengaitkan setiap situs peninggalan agama Islam dengan cerita Talmud Yahudi? Apa yang kemudian sampai merugikan Israel, jika kuburan muslim tetap berada di Yerusalem yang diduduki, tidak dihancurkan atau dipindahkan? Jawabannya satu. Israel bertujuan untuk melakukan Yahudinisasi dan menyangkal hak-hak historis bangsa Palestina di tanahnya sendiri.

Aksi ini dimulai dengan Yahudisasi Yerusalem dengan segala warisan peradaban dan kesuciannya, kemudian di Hebron dan sejumlah kota tua Palestina lainnya. Zionis Israel bahkan telah sampai pada titik pemalsuan makanan dan pakaian sebagai identitas penduduk Palestina. Israel mencoba untuk merampas dan menjadikannya sebagai identitas asli Israel.

Proses Yahudisasi sejarah Palestina ini tidak sia-sia. Prosesnya dilakukan secara terstuktur, massif, dan menyeluruh yang mencakup semua lini kehidupan Palestina, dari dulu hingga sekarang. Imbasnya, hal ini perlahan mulai menumbuhkan kesan dugaan sejarah Yahudi di Palestina yang mendukung klaim palsu Israel terhadap hak mereka atas tanah bangsa Palestina.

Ide lama

Metode ideal yang dilakukan pendudukan Israel dalam proses pemalsuan dan Yahudisasi biasanya dimulai dengan pengendalian ruang dan tempat terhadap situs arkeologi agama maupun sejarah bangsa Palestina, sehingga yang pertama adalah aneksasi atau pendudukan Yerusalem menggunakan kekuatan militer, pemalsuan sejarah, dan Yahudisasi.

Setelah aneksasi Yerusalem pada tahun 1967, misalnya, Israel mulai melakukan Yahudisasi terhadap bangunan penting dan landmark Yerusalem, termasuk Temple Mount atau Bukit Bait Suci, kemudian Tembok Al-Buraq atau Tembok Ratapan. Israel bahkan melakukan penggalian di bawah Masjid Al-Aqsha. Penggalian serupa juga dilakukan di sekitar Masjid Ibrahimi di Hebron, yang bertujuan untuk melegitimasi pemukiman Yahudi di Palestina.

Hari ini, setelah proyek Zionisme di bumi Palestina telah mencapai 100 tahun, masih sangat mungkin untuk mengingat kembali ribuan situasi dan detail di mana pendudukan Israel mendirikan pijakan bagi para pemukimnya di tanah Palestina.

Dalam sejarahnya, kehadiran Yahudi di tanah Palestina tidak permanen atau otentik. Mereka datang, singgah, dan kemudian pergi. Namun, orang-orang Yahudi memfokuskan awal Yahudisasi mereka sebelum Nakba, ketika jumlah mereka tidak melebihi 26.000 jiwa dan hidup di empat wilayah Palestina yang menghubungkan mereka dengan “Taurat”, yaitu Yerusalem, Hebron, Safad, dan Tiberias.

Naji al-Battah, seorang ahli dalam bidang penelitian tentang Israel, menegaskan bahwa pendudukan Israel memakai agama dan sejarah sebagai alat untuk membuktikan keberadaan peninggalan Yahudi, menafsirkan cerita dari Talmud dalam dua bagian terkait Babel dan Yerusalem, sebuah interpretasi yang menyimpang yang dimanfaatkan dalam politik Yahudisasi.

“Rabi Yahudi mempromosikan bahwa Taurat menyatakan bahwa tanah Palestina, Mesir, hingga Irak, menurut narasi dari Sungai Nil ke Efrat merupakan tanah yang Tuhan berikan kepada Nabi Ibrahim dan orang-orang Yahudi sesudahnya,” kata Naji al-Battah, sebagaimana dilansir dari Palinfo.

Sejak proyek pertama Zionisme atau Yahudisasi dimulai dari Konferensi Basel di Swiss pada tahun 1897 atau para sejarawan lain menghubungkan gagasan Yahudisasi Palestina dimulai pada masa Napoleon, skema penipuan untuk memanipulasi sejarah Palestina di hadapan masyarakat internasional dimulai.

Di Tepi Barat yang dianeksasi Israel saat ini terdapat 240 kompleks pemukiman Israel menggunakan nama-nama Yahudi. Nama tanah, jalan, dan kota Palestina di kawasan tersebut telah diganti dengan nama Yahudi untuk menutupi keberadaan sejarah bangsa Palestina.

Gamal Amr, pakar urusan pemukiman Israel dan Yerusalem, menyatakan bahwa slogan “A land without a people for a people without a land” atau slogan yang menyatukan orang-orang tanpa tanah air di tanah tanpa penduduk (Palestina), adalah langkah pertama dalam pemalsuan sejarah dan agama masalah Palestina. Hal ini kemudian diikuti oleh upaya Herzl, pemimpin gerakan Zionis, membujuk Inggris, untuk mendapatkan tanah Palestina.

“Sultan Utsmaniyah mengusir Herzl dua kali, dan Inggris berkolusi dengan Herzl, membuat tawaran untuk memikat Kekaisaran Ottoman, tapi usaha ini gagal, dan kemudian mereka mendapat manfaat dari Konferensi Sykes-Picot dan Deklarasi Balfour,” sebut Gamal Amr sebagaimana dilansir dari Palinfo.

Hal yang menarik adalah gerakan Zionis mulai membangun sejumlah proyek raksasa sebelum Nakba, yang paling terkenal di antaranya adalah Bandara Ben Gurion, Universitas Ibrani, dan Rumah Sakit Hadassah, yang dibangun pada tahun 1925. Ini dilakukan untuk mendorong imigrasi dan pemukiman Yahudi di Palestina.

Gamal Amr percaya bahwa entitas Israel memberi nama awal bagi pemukiman Israel yang disponsori oleh Inggris selama Mandat (pendudukan Inggris). Namun, setelah Nakba pada tahun 1948, untuk mempertegas narasi Yahudi, mereka mengubah nama 465 desa maupun kota Palestina dan memberi nama-nama Yahudi yang baru.

Kota Deir Yassin berganti nama menjadi pemukiman Givat Shaul. Bahkan Knesset yang didirikan di Yerusalem yang diduduki, terletak di atas lingkungan Sheikh Badr Yerusalem sebagai salah satu dari 39 lingkungan di Yerusalem Barat yang penduduknya diusir dan rumah mereka ditempati Israel.

Dalam Intifadah Al-Aqsha sejak tahun 2000, pendudukan Israel menghancurkan berbagai bangunan bersejarah menggunakan bom, rudal, dan buldoser, ketika invasi terhadap kota tua Nablus, Hebron dan Betlehem yang mencakup ratusan rumah, istana bersejarah, peninggalan sejarah Islam dan rumah ibadah Kristen.

Sejarah dan Warisan

Proyek perampasan tanah dan pembangunan pemukiman Israel di tanah Palestina diikuti dengan pembentukan dua lembaga, Dana Nasional Yahudi dan Koperasi Pertanian Masyarakat Yahudi. Dua lembaga ini dimanfaatkan untuk memperkuat tempat tinggal permanen seorang pemukim Yahudi yang datang dari seluruh dunia, melalui kepercayaan narasi alkitabiah, yang membangkitkan kerinduan akan Tanah Perjanjian.

Awal mula promosi proyek pemukiman Israel dilakukan dengan isu agama. Namun, ketika terjadinya Nakba dan datangnya para pemukim Yahudi untuk menduduki Haifa dan Daratan Palestina, malah kemudian mendukung transformasi isu menjadi pemukiman kolonialis, yang kemudian diperkuat dengan kehadiran Yahudi Askenazi atau Yahudi dari Eropa dan Yahudi sekuler dalam pemerintahan pendudukan Israel.

Naji al-Battah, seorang ahli dalam bidang penelitian tentang Israel, percaya bahwa orang-orang Yahudi Israel mencoba meniru karakter Palestina dan mengubah warisan dan sejarahnya.

“Mereka mendandani pramugari perusahaan "El" Israel dengan pakaian Palestina, dan mengklaim bahwa itu adalah warisan Yahudi. Mereka membagikan falafel dan hummus pada berbagai acara publik dan di depan turis, lalu mengklaim bahwa itu adalah milik Yahudi,” kata Naji al-Battah, sebagaimana dilansir dari Palinfo.

Puluhan tahun yang lalu, setelah Nakba Palestina, ribuan orang Palestina yang bekerja di wilayah pendudukan Israel melaporkan bahwa pemilik bangunan, sebelum mendirikan pondasi bangunan menandainya dengan slogan-slogan Yahudi yang bertujuan untuk menegaskannya sebagai monument dan sejarah bangsa Yahudi.

“Kampanye intensif yang baru-baru ini terhadap kuburan Islam Yerusalem bertujuan untuk menghapus situs dan sejarah umat muslim. Pemakaman adalah bukti sejarah kehadiran bangsa Palestina dan Arab dan komponen penting lainnya dari kehidupan sosial masa lalu,” kata Gamal Amr, pakar urusan pemukiman dan Yerusalem.

Sejumlah situs arkeologi Palestina dicuri otoritas pendudukan Israel dan sebagian dipindahkan dipindahkan ke museum Israel. Berbagai barang antik juga telah dicuri oleh kelompok penggalian Israel. Departemen Purbakala Palestina melaporkan bahwa 100.000 barang antik Palestina diselundupkan ke Israel setiap tahun.

Setelah kejadian Nakba, pendudukan Israel menghancurkan sejumlah istana Umayyah dan Abbasiyah, lalu mengubah situs mereka dengan tujuan untuk mendirikan kuil di Yerusalem yang diduduki.

Pendudukan Israel berusaha memberikan karakteristik Yahudi terhadap berbagai lini kehidupan publik, sejarah, dan warisan Palestina, setelah studi ilmiah dan sejarah telah membuktikan ketidakabsahan narasi Yahudi tentang haknya di Palestina. Pendudukan Israel kemudian memalsukan sejarah dan warisan Palestina demi manfaatnya sendiri, melegitimasi pendudukan Israel di tanah Palestina.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply