Pengadilan Israel Tolak Petisi Pembebasan Anhar Al-Deek

Pengadilan Israel tetap menolak petisi ini, meski berbagai pihak mendesak agar Anhar dibebaskan, mengingat kondisi kehamilannya yang telah memasuki usia sembilan bulan.

BY Edited Thu,02 Sep 2021,04:16 AM

Tepi Barat, SPNA - Pengadilan militer Israel, pada hari Rabu (01/09/2021), mengumumkan penundaan sidang atas petisi pembebasan Anhar al-Deek hingga hari Minggu mendatang. Anhar adalah wanita Palestina yang saat ini mendekam di penjara Israel dalam kondisi mengandung dengan usia kehamilan yang telah memasuki bulan kesembilan.

Menurut Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina, al-Deek: seorang ibu berusia 25 tahun asal kota Kafr Ni'ma di Ramallah ini, akan memasuki masa bersalin ketika masih berada dalam penjara Israel. Perawatan medis yang tepat sangat ia butuhkan mengingat ibu dari seorang putri bernama Yulia ini menderita depresi bipolar.

Anhar mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membayangkan jika harus melahirkan dalam sel tahanan, yang bukan hanya tidak cocok untuk bayi, tapi juga untuk manusia lainnya. Ia juga takut jika anaknya harus menjalani masa pertumbuhannya di dalam penjara.

"Penjara tidak dipersiapkan sebagai tempat untuk melahirkan dan membesarkan anak. Kondisi tahanan sangat buruk. Dia bisa menderita epilepsi akibat kekerasan di dalam sini. Kami, orang dewasa saja, takut. Bagaimana seorang anak akan lahir dan dibesarkan di dalam tahanan?" tutur Anhar al-Deek kepada pengacaranya.

Komisi tahanan menuntut otoritas penjara Israel untuk segera membebaskan Anhar dan semua tahanan wanita yang saat ini mendekam di penjara Israel. Lembaga ini menekankan bahwa pemerintah pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kehidupan mereka, terutama para ibu.

Pengadilan militer Israel pada hari Senin (30/08/2021), menolak permintaan pengacara Anar untuk membebaskannya.

Keluarga Anhar mengaku menghadapi masa yang sulit saat mengetahui bahwa mereka tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu putrinya. Mereka terus beruapaya agar Israel mengizinkan salah satu dari mereka bisa mendampingi Anhar saat bersalin nanti.

Dalam sepucuk surat yang ditulisnya, Anhar mendesak setiap orang bertindak dan menekan otoritas pendudukan Israel untuk membebaskannya sehingga dia dapat melahirkan di luar penjara.

Dalam surat yang dikirim untuk suami dan keluarganya itu, Anhar menuangkan semua kesedihannya dan kecemasannya:

“Aku sangat merindukan putri kita, Julia. Hatiku terenyuh karenanya. Ingin aku berbincang dan mendekapnya erat hingga ke dalam kalbuku. Tak ada kata yang mampu melukiskan kesedihan ini.”

“Tak terbayang jika aku terbelenggu dan jauh darimu saat bersalin nanti, apa yang harus aku lakukan? Kau tahu seperti apa operasi caesar di luar sana. Bagaimana jika aku menjalaninya di sini, sementara aku terpenjara dan jauh darimu?”

“Ya Allah, hamba rindu belas kasih-Mu. Tidur di ranjang penjara ini membuat panggul dan kakiku terlampau perih. Tak terbayang jika aku harus berbaring di sini setelah operasi nanti. Lalu, bagaimana aku mulai berjalan dengan bantuan sipir Israel yang memegang tanganku dengan jijik. Kata mereka, aku dan bayiku akan ditempatkan di ruang isolasi karena terjangkit COVID-19. Sungguh, hatiku muram karenanya.”

“Entah bagaimana aku menjaga dan melindingi bayi ini dari suara-suara yang mengerikan para sipir. Tak peduli seberapa kuat diri ini, pada akhirnya aku dan tahanan lainnya tak berdaya atas apa yang mereka lakukan kepada kami.”

“Kepada kalian yang bebas dan terhormat di luar sana, ku mohon lakukanlah sesuatu, meski hanya dengan sepatah kata....”

Banyak kampanye yang digelar untuk menuntut pembebasan segera Anhar dan semua tahanan perempuan.

Anhar, saat menanggapi upaya berbagai pihak yang menuntut pembebasannya, berkata, "Saya berterima kasih kepada semua orang yang berdiri bersama dan mendukung saya. Israel akan memutuskan untuk saya operasi C-Section dalam beberapa hari mendatang. Saya sangat lelah, tetapi saya kembali mendapatkan energi dari dukungan kalian. Saya mengikuti semua upaya kalian, dan saya harap tekanan ini berlanjut sampai saya mendapatkan kebebasan dan memberikan anak saya kepada kalian, orang-orang yang bebas. "

Anhar bukanlah satu-satunya ibu yang ditahan di penjara Israel dan kehilangan keluarga, anak-anak dan kehidupan terhormat mereka.

Terdapat 40 wanita Palestina yang saat ini ditahan Israel ada 11 dari mereka berstatus sebagai ibu.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir