Yerusalem dalam September: 5 Penduduk Palestina Gugur dan 154 Lainnya Ditangkap

Berdasarkan laporan tersebut, para pemukim Israel terus melakukan serangan terhadap penduduk Palestina di Yerusalem. Yayasan Masyarakat Eropa mendokumentasikan terjadi sebanyak 17 serangan yang dilakukan pemukim Israel, termasuk Sembilan kali terhadap pemuda Palestina dengan menusuk, mencekik, melindas dengan mobil, memukuli dengan keras, dan melempar batu ke tempat kerja penduduk Palestina.

BY 4adminEdited Mon,04 Oct 2021,02:36 PM

Yerusalem, SPNA - Data yang dikumpulkan oleh Yayasan “Masyarakat Eropa untuk Yerusalem”, sebagaimana dilansir Palinfo, pada Minggu (03/10/2021), menunjukkan bahwa pasukan pendudukan Israel melanjutkan serangan dan eskalasi di kota Yerusalem yang diduduki, selama September 2021. Otoritas pendudukan Israel juga melakukan upaya Yahudisasi dan membangun permukiman ilegal di tanah Palestina.

Yayasan Masyarakat Eropa untuk Yerusalem merupakan badan koordinasi aliansi antara puluhan lembaga yang bekerja untuk perjuangan Palestina dan lembaga-lembaga lain yang mendukung hak-hak Palestina di seluruh benua Eropa.

Dalam laporan bulanannya, yayasan ini memantau serangan Israel di Yerusalem, di mana pasukan pendudukan melakukan sebanyak 555 pelanggaran melalui 14 bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Lembaga ini menunjukkan bahwa mayoritas pelanggaran yang dilakukan pasukan pendudukan Israel sangat kompleks, di mana penyerbuan dan penggerebekan terjadi sebanyak 30,1 persen, kemudian diikuti aksi penangkapan sebanyak 27,7.

Selama September, laporan tersebut memantau sebanyak 32 insiden penembakan dan serangan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel di kawasan Yerusalem, yang mengakibatkan kematian lima penduduk Palestina, termasuk seorang dokter dan seorang perempuan, melukai 12 orang, sedangkan puluhan lainnya mengalami sesak napas.

Penduduk Palestina yang tewas dalam serangan pasukan pendudukan Israel adalah Hazem Al-Julani (dokter), di Kota Tua; Zakaria Badwan, Ahmed Zahran, Mahmoud Humaidan, di kota Beit Anan, barat laut Yerusalem yang diduduki; dan Isra Khuzaymah (perempuan), di Gerbang Singa dekat Masjid Al-Aqsha.

Jenazah mereka disita oleh pasukan pendudukan Israel, sehingga saat ini jumlah jenazah penduduk Palestina yang ditahan pasukan pendudukan Israel berjumlah 17 jenazah.

Laporan tersebut mendokumentasikan bahwa pasukan pendudukan Israel melakukan sebanyak 167 serangan ke kota-kota dan desa di Yerusalem, di mana 154 warga sipil ditangkap, termasuk 10 wanita dan 21 anak-anak. Otoritas pendudukan Israel juga mengeluarkan sebanyak tujuh keputusan tahanan rumah terhadap penduduk Palestina di Yerusalem.

Laporan tersebut juga memantau pasukan pendudukan Israel yang melakukan tujuh pembongkaran dan pemberian surat pemberitahuan pembongkaran, yang mengakibatkan penghancuran empat unit rumah, kompleks makam, dan pemberitahuan pembongkaran lainnya.

Otoritas pendudukan Israel melanjutkan aksi mereka untuk memaksakan perubahan identitas Arab-Islam di kota Yerusalem, dengan menggunakan semua kekuatan perangkat pemerintah, politik, dan keamanan.

Yayasan Masyarakat Eropa untuk Yerusalem juga menunjukkan bahwa pendudukan Israel telah mengubah nama Jalan Al-Wad di Yerusalem yang diduduki, menjadi nama “Israel”. Hal ini secara terang-terangan bertujuan untuk menghilangi atau memerangi identitas tempat-tempat Palestina.

Yayasan mendokumentasikan inisiasi otoritas pendudukan Israel untuk mengimplementasikan proyek “Permukiman tanah” di kota Yerusalem yang diduduki, yang bertujuan untuk merampas dan menjarah bagunan dan tanah Palestina yang tersisa. Ini jelas menimbulkan ancaman nyata bagi ribuan penduduk Palestina yang akan diusir secara paksa.

Berdasarkan laporan Yayasan Masyarakat Eropa, 6.481 pemukim Israel berpartisipasi dalam penyerbuan kompleks Masjid Al-Aqsha, yang terjadi selama 22 hari pada September, dengan dua kali serbuan per hari.

Laporan tersebut menyatakan bahwa polisi pendudukan Israel terus menerapkan kebijakan pengusiran atau deportasi sejumlah penduduk Palestina dari Masjid Al-Aqsha atau kota Yerusalem. Polisi pendudukan Israel mengeluarkan 15 keputusan deportasi, di antaranya sembilan keputusan untuk mengeluarkan penduduk Palestina dari Masjid Al-Aqsha dan Kota Tua Yerusalem, dengan masa berkisar dari satu minggu hingga enam bulan.

Berdasarkan laporan tersebut, para pemukim Israel terus melakukan serangan terhadap penduduk Palestina di Yerusalem. Yayasan Masyarakat Eropa mendokumentasikan terjadi sebanyak 17 serangan yang dilakukan pemukim Israel, termasuk Sembilan kali terhadap pemuda Palestina dengan menusuk, mencekik, melindas dengan mobil, memukuli dengan keras, dan melempar batu ke tempat kerja penduduk Palestina.

Muhammad Hanoun, kepala Yayasan Masyarakat Eropa untuk Yerusalem, mengutuk agresi Israel di Yerusalem, terutama eskalasi yang menargetkan Masjid Al-Aqsha dan memfasilitasi penyerbuan pemukim Yahudi Israel. Hal ini menurutnya merupakan bentuk pemaksaan realitas baru atas status dan indentitas Islam dalam kompleks Al-Aqsha.

Ia juga mengutuk proyek “Permukiman tanah” di Yerusalem, yang ia lihat sebagai upaya untuk melegitimasi kontrol bangunan dan tanah milik Palestina, yang akan diperuntukkan bagi permukiman Israel. Ini jelas upaya otoritas pendudukan Israel untuk memaksakan identitas baru di Yerusalem, kota yang diduduki Israel.

Muhammad Hanoun memperingatkan dampak berbahaya dari meningkatnya aksi politik jahat Israel di Yerusalem. Ia meminta masyarakat internasional untuk bergerak cepat untuk menekan pendudukan Israel, untuk menghentikan serangannya, membatalkan implementasi rencana pengusiran paksa penduduka Palestina, dan mengakhiri pelanggaran HAM besar-besaran yang terus mereka lakukan.

Muhammad Hanoun juga mengirim pesan ke negara-negara Uni Eropa untuk ikut bertanggung jawab dan memaksa pendudukan Israel untuk menghormati hukum internasional dan resolusi PBB, termasuk Konvensi Jenewa Keempat tentang perlindungan masyarakat sipil.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

154 Penduduk Palestina Terluka akibat Serangan Israel di Tepi Barat

Ahmed Jibril menjelaskan bahwa bentrokan yang terjadi di Jabal Sabih Beita mengakibatkan lima penduduk sipil Palestina terluka akibat terkena peluru karet, 53 mengalami sesak napas, sedangkan sebuah rumah di Jabal Sabih yang ditinggali seorang ibu dan tiga anak harus dievakuasi akibat terkena serangan gas air mata