Terkait Pembukaan Konsulat Amerika untuk Palestina di Yerusalem, PM Palestina: AS Tidak Butuh Izin dari Israel

"Menurut semua standar, Ramallah bukan Yerusalem, dan Ramallah bukan ibu kota Palestina, begitu juga Abu Dis. Oleh karena itu, kami menganggap Konsulat AS di Yerusalem Timur memiliki kepentingan politik yang besar bagi kami," ucap Shtayyeh.

BY 4adminEdited Fri,12 Nov 2021,05:39 AM

Yerusalem, SPNA - Perdana Menteri Palestina, Muhammad Shtayyeh pada hari Rabu (10/11/2021), mendesak Amerika Serikat (AS) untuk melaksanakan janjinya tentang membuka kembali konsulatnya di Yerusalem Timur, karena kegiatan itu tidak memerlukan "izin" Israel.

Pernyataan Shtayyeh muncul setelah Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett mengatakan dalam konferensi pers pada hari Sabtu (06/11/2021) bahwa "tidak ada tempat untuk konsulat AS lain (maksudnya selain konsulat AS untuk Israel) di Yerusalem. Kami selalu menyampaikan pandangan kami dengan sangat baik."

Sebaliknya negara Yahudi itu mengusulkan kepada AS untuk membuka konsulatnya untuk Palestina di Ramallah, tempat dimana Otoritas Palestina saat ini beroperasi.

Shtayyeh menekankan, "Menurut semua standar, Ramallah bukan Yerusalem, dan Ramallah bukan ibu kota Palestina, begitu juga Abu Dis. Oleh karena itu, kami menganggap Konsulat AS di Yerusalem Timur memiliki kepentingan politik yang besar bagi kami."

Perlu diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Presiden AS, Joe Biden, berjanji untuk membuka kembali Konsulat AS di Yerusalem Timur. Sebelumnya Konsulat Amerika untuk Palestina ditutup pada era Presiden Donald Trump. Tidak hanya itu, ia juga memberi pengakuan kepada Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Sedangkan rakyat Palestina, mereka bercita-cita untuk menjadikan bagian timur dari Yerusalem, kota yang diduduki oleh negara Yahudi sejak 1967, sebagai ibu kota negara ketika mereka mendapatkan kemerdekaannya di masa yang akan datang.

 (T.HN/S: France24)

leave a reply
Posting terakhir

Bennett: Tidak Ada Tempat bagi Konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump, menutup konsulat Amerika Serikat untuk Palestina pada 2019 yang difungsikan untuk melayani penduduk Palestina. Setelah itu, pelayanan bagi penduduk Palestina digabung ke konsulat Amerika Serikat untuk Israel yang baru dibuka di Yerusalem, yang memicu kemarahan Palestina pada saat itu.