Presiden Israel Serbu dan Rayakan Hanukkah di Masjid Ibrahimi

Abu Sneina mengecam serbuan dan serangan yang dilakukan oleh entitas pendudukan Israel di Masjid Ibrahimi. Ia menekankan bahwa serangan tersebut memprovokasi perasaan dan memancing amarah semua umat Islam, terutama penutupan Masjid Ibrahimi yang dilakukan sejak pagi hari dan melarang jamaah Islam memasuki masjid dan beribadah salat Zuhur.

BY 4adminEdited Mon,29 Nov 2021,12:46 PM

Hebron, SPNA - Presiden otoritas pendudukan Israel, Isaac Herzog, pada Minggu (28/11/2021), menyerbu Masjid Ibrahimi di kota Hebron di selatan Tepi Barat Palestina yang diduduki, dengan penjagaan keamanan yang ketat oleh tentara pendudukan.

Herzog menyalakan lilin menorah Festifal Kenisah atau Hari Raya Hanukkah, sambil didampingi Kepala Rabi tentara pendudukan Israel, Shai Abramson.

“Terlepas dari segala hal yang kompleks, hubungan Yahudi dengan Hebron dan Gua Makhpela (Masjid Ibrahim) semakin kuat, dengan warisan nenek moyang yang tak terbantahkan, dan pengakuan kedekatan ini harus di atas semua kontroversi,” sebut Isaac Herzog.

Serbuan Herzog ke kompleks suci Masjid Ibrahimi merupakan pernyataan terang-terangan dan jelas dukungan terhadap rencana dan tindakan kejahatan para pemukim Yahudi terhadap penduduk Palestina.

Masjid Ibrahimi terletak di kota tua Hebron, di daerah Palestina yang dikuasai oleh tentara pendudukan Israel, dihuni sekitar 400 pemukim Israel, dan dijaga oleh sekitar 1.500 tentara Israel.

Para pemukim Israel mengklaim hak mereka atas banyak tempat bersejarah Islam di Tepi Barat, sementara studi, penelitian ilmiah, dan studi sejarah menyangkal tuduhan ini.

Pada tahun 2017, Komite Warisan Dunia dari Organisasi Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan PBB (UNESCO) memasukkan Masjid Ibrahimi dan Kota Tua Hebron dalam Daftar Warisan Dunia yang harus dilindungi.

Orang Yahudi merayakan Hanukkah selama 8 hari, antara minggu terakhir bulan November dan minggu awal bulan Desember.

Direktur Masjid Ibrahimi, Syeikh Hefzy Abu Sneina, menegaskan bahwa Palestina akan tetap menjadi pemilik sah Masjid Ibrahimi. Ia menekankan bahwa penduduk Palestina akan terus mempertahankannya dan tetap tegar mempertahankan tanah sampai pendudukan Israel hengkang dari tanah-tanah Palestina.

“Apa yang dilakukan pendudukan terhadap Masjid Ibrahimi tidak lagi mengejutkan bagi kami. Setiap hari, pendudukan Israel melakukan serangan berulang dan terus-menerus terhadap Islam, tempat-tempat suci, khususnya Masjid Al-Aqsha dan Masjid Ibrahimi,” sebut Abu Sneina.

Ia menambahkan bahwa serangan ini adalah serangan terbaru karena dilakukan presiden entitas pendudukan Israel ke Masjid Ibrahimi pada Hari Raya Hanukkah. Menurut Abu Sneina, melalui hal ini, entitas pendudukan Israel, bertujuan mengumpulkan pemukim Israel di jantung kota Hebron dan memaksakan kontrol penuh atas kota Hebron Palestina dan melakukan Yahudisasi.

Abu Sneina mengecam serbuan dan serangan yang dilakukan oleh entitas pendudukan Israel di Masjid Ibrahimi. Ia menekankan bahwa serangan tersebut memprovokasi perasaan dan memancing amarah semua umat Islam, terutama penutupan Masjid Ibrahimi yang dilakukan sejak pagi hari dan melarang jamaah Islam memasuki masjid dan beribadah salat Zuhur.

Otoritas pendudukan Israel secara bertahap berencana merebut Masjid Ibrahimi dan kawasan sekitarnya melalui penerapan sejumlah prosedur ketat terhadap para jamaah muslim Palestina. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap kesucian tempat suci Islam di mana umat Islam menjalankan ritual keagamaan mereka, melanggar aspek ideologis, dan melanggar norma internasional dan agama samawi.

Otoritas pendudukan Israel menerapkan pembagian temporal dan spasial di Masjid Ibrahimi setelah aksi pembantaian yang dilakukan ekstrimis Yahudi terhadap jamaah muslim yang melakukan salat Subuh di Masjid Ibrahimi pada tahun 1994. Dalam insiden tersebut, 50 penduduk Palestina meninggal dunia, dengan dengan 29 di antaranya meninggal di dalam masjid.

Otoritas pendudukan Israel kemudian membagi Masjid Ibrahimi untuk orang Yahudi dan Muslim, mencegah Muslim melakukan salat pada hari libur Yahudi, tetapi tetap memberi izin penuh kepada pemukim Yahudi untuk melakukan salat atau berdoa.

Proyek permukiman Israel mengancam penempatan kuasa pendudukan pada sejumlah situs bersejarah di dekat Masjid Ibrahimi dan pecabutan kuasa bangunan dan perencanaan dari Kotamadya Hebron Palestina.

Pendudukan Israel berusaha memberikan karakteristik Yahudi terhadap berbagai lini kehidupan publik, sejarah, dan warisan Palestina, setelah studi ilmiah dan sejarah telah membuktikan ketidakabsahan narasi Yahudi tentang haknya di Palestina. Pendudukan Israel kemudian memalsukan sejarah dan warisan Palestina demi manfaatnya sendiri, melegitimasi pendudukan Israel di tanah Palestina.

Hebron tidak tunduk pada perjanjian Oslo 1993. Pada tahun 1997, sebuah perjanjian ditandatangani antara otoritas Palestina dan pendudukan Israel tentang penempatan sebagian tentara Israel di Hebron, di mana kota tersebut dibagi menjadi dua bagian: area H1 dan area H2. Area H1 kendalinya diserahkan kepada otoritas Palestina, dan Area H2 tetap berada di bawah kendali tentara Israel, termasuk Kota Tua.

Hebron adalah kota kedua setelah kota Yerusalem dalam prioritas penargetan pembangunan permukiman ilegal di bawah otoritas pendudukan Israel, akibat nilai sejarah dan keagamaannya.

(T.FJ/S: Palestina Today)

leave a reply
Posting terakhir