Ganti 80 Ribu Nama Situs Palestina, Apa Tujuan Israel Sebenarnya?

​​​​​​​Yerusalem, SPNA - Israel tidak pernah membiarkan satu wilayah yang telah berhasil ia kuasai, tanpa perencanaan untuk mengubah identitas wilayah tersebut. Baik itu dengan membangun permukiman ilegal, merebut rumah ...

BY 4adminEdited Sat,11 Dec 2021,09:59 AM

Oleh: Ali Ibrahim; Peneliti di Al-Quds International Foundation

Yerusalem, SPNA - Israel tidak pernah membiarkan satu wilayah yang telah berhasil ia kuasai, tanpa perencanaan untuk mengubah identitas wilayah tersebut. Baik itu dengan membangun permukiman ilegal, merebut rumah warga, membangun tempat suci agama Yahudi, atau bahkan dengan menyerang langsung situs-situs suci yang ada di tempat tersebut.

Salah satu ciri khas Yahudi dalam mengubah identitas sebuah wilayah adalah dengan memaksakan sejarah dan cerita-cerita palsu yang tidak bersumber. Mengubah sejarah juga dijadikan sebagai medai pertama mereka untuk memantapkan keberadaan mereka di wilayah tersebut.

Mereka tidak hanya menghancurkan dan menghilangkan situs sejarah yang bertentangan dengan plot cerita yang mereka buat. Tapi bahkan tanpa malu mengganti mengganti situs sejarah asli dengan yang baru hasil pemalsuan.

Di Yerusalem sebagai contoh, dalam konteks memaksakan sejarah Yahudi, Otoritas Israel melancarkannya dengan mengubah nama-nama Arab dan Islami untuk jalan-jalan dan gang-gang yang ada di sana.  Nama-nama tersebut diubah dengan nama baru yang bernuansa Yahudi. Sebagiannya dengan menggunakan nama rabi-rabi Yahudi, prajurit yang pernah ikut dalam perebutan Yerusalem, atau dengan nama-nama situs suci Yahudi yang ada di dalam kitab Taurat.

Menurut pakar urusan Yerusalem, nama-nama yang terdapat dalam Taurat tidak hanya digunakan untuk nama jalan dan rambu-rambu pemandu bagi pengunjung yang datang ke sana. Otoritas Yahudi Juga menggunakan nama-nama bernuansa Yahudi pada berbagai dokumen resmi, seperti kartu identitas, tagihan air, listrik dan telepon, surat pajak, bahkan peta yang mereka sediakan, baik yang tercetak atau dalam bentuk navigasi GPS.

Jumlah tempat yang diubah namanya oleh Otoritas Israel sejak berdirinya negara tersebut 73 tahun yang lalu, mencapai sekitar 80.000 situs di berbagai wilayah Palestina.  Data tersebut sesuai dari apa yang diperoleh dari Prof. Mustafa Kabha, Kepala Yayasan Warisan Beit Al-Zakira di kota Nazareth.

Situs-situs yang namanya diubah oleh Pemerintah Israel tersebut termasuk kota, lembah, gunung, dataran, jalan, bangunan, gang, boulevard, dan lain-lain.

Siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana perubahan nama tersebut berlangsung?

Banyak sumber pers menyebutkan bahwa Otoritas Israel di Yerusalem memiliki komite khusus yang bertugas mengubah nama-nama jalan yang ada di salah satu kota Palestina tersebut.

Menurut Prof. Mustafa Kabha, komite tersebut dalam melaksanakan misinya memiliki tiga metode dasar dalam merubah nama sebuah tempat.

Metode pertama adalah dengan mengubah nama Arab sepenuhnya, dan mengganti dengan nama-nama gereja Yahudi atau tokoh agama mereka.

Metode kedua, dilakukan dengan menerjemahkan nama Arab kedalam bahasa Ibrani. Lambat laun orang-orang akan lupa nama asli dari tempat tersebut yang berbahasa Arab.

Metode ketiga adalah dengan tetap menjaga nama Arab, tapi disalin dengan menggunakan huruf ibrani. Mereka juga mengubah cara pengucapannya sehingga menimbulkan makna yang baru.

Delapan Tujuan yang Ingin Dicapai Israel

Mengubah nama jalan dan tempat tidak dapat dipisahkan dari rencana yahudisasi Israel lainnya. Karena tujuan dasar mereka adalah menguasai Kota Yerusalem dan situs yang paling berharga di sana yaitu Masjid Al-Aqsa.

Kita bisa menarik delapan tujuan paling menonjol di balik perubahan nama Arab dan islami yang dilakukan oleh Otoritas Pendudukan Israel di Yerusalem, yaitu:

1. Proyeksi langsung visi keagamaan Yahudi tentang realitas Yerusalem dan sejarahnya.

2. Konsolidasi cerita-cerita taurat tentang situs-situs di sekitar Kota Tua secara umum, dan sekitar Masjid Al-Aqsha secara khusus.

3. Memalsukan identitas Arab dan Islam dari kota Yerusalem, karakter budaya dan peradabannya.

4. Ingin menguasai situs-situ suci umat Islam dan Kristian.

5. Menipu para wisatawan dan pengunjung yang berkunjung bahwa Yahudi memiliki ikatan sejarah yang kuat dan otentik dengan Kota Yerusalem.

6. Memodifikasi memori warga Yerusalem. Melalui perubahan nama, Israel berharap generasi mendatang akan melupakan nama-nama asli dari tempat-tempat yang ada di kawasan mereka sendiri. Pemakaian nama-nama Ibrani dalam surat-surat administrasi juga memaksa warga Palestina untuk lebih sering menggunakan nama buatan Yahudi dan meninggalkan nama Arab dan Islami.

7. Memutuskan keterikatan jiwa antara warga Yerusalem dengan kota mereka. Yang akan berdampak pada melemahnya semangat mereka dalam menjaga Yerusalem dari tangan Israel.

8. Mengusir warga Palestina dari Kota Yerusalem dengan cara membuat mereka merasa asing berada di antara nama-nama tokoh dan situs Yahudi.

Total tampat dan jalan-jalan di Yerusalem yang telah diubah namanya oleh Otoritas Israel mencapai sekitar 22 ribu nama. Jumlah ini tentu belum final, faktanya Komite Nama di Pemerintah Kota Israel yang berkuasa di Yerusalem terus melakukan tugasnya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan terbaru.

Terakhir kali pada tanggal 04/09/2021 lalu, dimana Israel mengeluarkan keputusan untuk mengubah nama sejumlah jalan di Kota Tua Yerusalem.

Berikut contoh dari sejumlah jalan yang mengalami perubahan nama:

1. Jalan Raksul Amud diubah menjadi Ma'ale HaZeitim, yang kemudian juga dipakai sebagai nama salah satu permukiman ilegal yang diangun di wilayah tersebut.

2. Jalan Bab Az-Zahirah diganti menjadi Jalan Amir Drori, nama seorang Jenderal Israel Pendiri Otoritas Peninggalan Sejarah Israel.

3. Mengganti jalan yang menghubungkan antara Gerbang Al-Khalil dan Gerbang Al-Amud (dua gerbang untuk memasuki Kota Tua di Yerusalem), menjadi Jalan Midhalliyyin yang berarti para penerjun payung, guna mengenang jara penerjung payung dari militer Israel yang terlibat dalam penaklukan Kota Yerusalem tahun 1967.

4. Menyematkan nama pendeta-pendeta Yahudi menjadi nama jalan di Silwan, distrik yang berada di selatan Masjid Al-Aqsa.

Namun demikian, usaha Israel untuk mengubah wajah Yerusalem dan kota-kota lainnya di Palestina tidak sepenuhnya berhasil. Sejak Kota tersebut dikuasai Israel pada tahun 1967, warga asli Yerusalem masih terus menjaga jati diri Kota mereka dengan tetap menggunakan nama-nama Arab dan asli dari kota tersebut.

Meski di sisi lain, kita juga tidak boleh membiarkan Israel melakukan segala jenis kejahatan dan penistaannya di Palestina tanpa ada pertanggungjawaban. Karena Palestina tidak hanya menyimpan sejarah dan memori milik warganya saja, namun juga milik seluruh orang Arab dan Muslim yang ada di seluruh dunia.

(T.HN/S: Arabicpost.net)

leave a reply
Posting terakhir

AS Umumkan Nama-nama Negara Anti Kebebasan Beragama

Arab Saudi, oleh Amerika Serikat, ditetapkan sebagai salah satu negara yang tidak menghargai kebebasan beragama. Menlu Amerika mengatakan tidak seharusnya sebuah negara melakukan penindasan atas dasar keyakinan.