Mengenal Qatayef, Makanan Khas Berbuka Puasa Palestina

SPNA - Sama seperti Indonesia, selama bulan suci Ramadhan, masyarakat Palestina juga memiliki makanan khas berbuka puasa yang biasanya tersedia jauh lebih banyak pada bulan Ramadhan. Salah satu makanan ini dinamakan ....

BY 4adminEdited Tue,12 Apr 2022,02:22 PM

SPNA - Sama seperti Indonesia, selama bulan suci Ramadhan, masyarakat Palestina juga memiliki makanan khas berbuka puasa yang biasanya tersedia jauh lebih banyak pada bulan Ramadhan. Salah satu makanan ini dinamakan qatayef atau katayef atau disebut juga qathayif. Ini adalah makanan penutup bagi penduduk muslim di sejumlah negara Arab yang tersebar di kawasan Suriah Raya (Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon) dan Mesir, yang disajikan selama bulan Ramadhan.

Makanan ini dihidangkan dalam bentuk bulatan lalu diisi diisi dengan sejumlah pelengkap, seperti kacang-kacangan yang dihancurkan, kismis, krim, hingga keju, lalu dilipat dua sehingga menjadi setengah lingkaran.

Sejak awal bulan Ramadhan, permintaan dan perjualan qatayef meningkat. Kita akan menemukan sejumlah pedagang akan meninggalkan pekerjaan aslinya dan beralih berjualan makanan berbuka puasa seperti qatayef dan kunafa.

Qatayef terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu atau tepung semolina yang diberi ragi, baking powder, kemudian gula, garam, dan air hangat. Hasil adonan kemudian dituangkan di atas loyang dan dibuat dengan bentuk bulat atau cakram. Setelah diisi dengan berbagai isiian, qatayef kemudian dicelup dengan madu kemudian dipanggang. Sebagian menyajikannya dengan menggoreng dan sebagian lagi menyajikannya dengan sirup beraroma atau madu tanpa digoreng atau dipanggang.

Qatayef sendiri memiliki banyak jenis, baik dari segi isian dan ukuran. Dari segi ukuran, qatayef yang paling besar disebut sebagai qatayef balady (berdiameter sekitar delapan cm), kemudian qatayef hammam yang berukuran sedang (berdiameter sekitar tujuh cm), selanjutnya yang berukuran paling kecil disebut qatayef ‘ashaafiir (berdiameter sekitar lima cm).

Sejarah Qatayef

Sejumlah orang menyebutkan bahwa qatayef adalah makanan peninggalan Dinasti Fatimiah di Mesir, mengingat tradisi perayaan Ramadhan di Mesir. Namun, kenyataannya adalah bahwa qatayef juga berasal pada masa akhir Dinasti Umayyah dan masa awal Dinasti Abbasiah.

Para penguasa pada waktu itu, berkeinginan memiliki makanan manis yang dapat bertahan lama di perut agar tidak cepat merasa lapar. Hal ini kemudian mendorong para juru masak mereka untuk menciptakan kue-kue manis yang dapat dicerna perut dalam waktu yang lama.

Penyebutan nama qatayef banyak ditemukan dalam puisi Ibn Al-Rumi, Kashajum, dan penyair Abbasiyah lainnya. Khalifah Umayyah, Suleiman bin Abdul-Malik disebut-sebut sebagai orang pertama yang menikmati pengalaman pertama menyantap qatayef, dan ia masih tetap menikmatinya sepanjang Ramadhan, sehingga makanan ini kemudian dikaitkan dengan bulan suci Ramadhan.

Seiring penyebaran dan perkembangan Islam, qatayef kemudian ikut tersebar di antara umat Islam di sejumlah negara, tetapi tidak populer seperti halnya di negara-negara Arab. Hal ini disebabkan karena orang-orang Arab yang menyukai kue manis dan berlemak. Qatawef cukup terkenal di Palestina, Mesir, Lebanon, Yorodania, dan Suriah, dengan isian yang berbeda berdasarkan masing-masing negara.

Mengapa Dinamakan Qatayef

Qatayef sendiri berasal dari kata Arab “qataf” yang berarti “memetik atau mengangkat”. Sebagaimana ahli sejarah berbeda pendapat tentang asal usul Qatayef dan awal pembuatannya, mereka juga berbeda pendapat dalam penamaan qatayef. Sebuah pendapat menyebutkan bahwa cara pertama penyajiannya adalah dalam bentuk kue dadar, di mana kemudian para tamu memungut atau mengangkatnya, sehingga disebut qatayef.

Pendapat lain menyebut bahwa kue ini digoreng dalam minyak dan dicelup ke dalam cairan manis, sehingga bentuk luarnya menyerupai kain “qatifah” atau beludru. Oleh karena itu, kemudian dinamakan qatayef (qatayef adalah bentuk jamak dari qatifah).

(T.FJ/S: Wattan, Youm7)

leave a reply
Posting terakhir