Tel Aviv, SPNA - Tentara pendudukan Israel, sebagaimana dilansir Palinfo, pada Kamis (20/05/2022), tidak berniat untuk membuka penyelidikan kejahatan atas pembunuhan wartawan Al-Jazeera, Shireen Abu Akleh, yang dibunuh pasukan pendudukan Israel, pada minggu lalu saat meliput serangan Israel ke kawasan Jabriyat, dekat dengan kamp pengungsi Jenin.
Media Israel, Haaretz, pada Kamis, menyebutkan bahwa alasan utama untuk tidak membuka penyelidikan tersebtu adalah bahwa pihak tentara pendudukan Israel melihat insiden tersebut tidak memiliki “kecurigaan kejahatan yang telah dilakukan”.
“Tampaknya ada alasan lain, yang menjadi penilaian tentara Israel bahwa menginterogasi tentara akan menimbulkan kontroversi serius dalam tubuh militer dan masyarakat Israel,” sebut Haaretz.
Hasil penyelidikan sementara tentara pendudukan Israel menunjukkan bahwa terdapat dua kemungkinan keadaan yang terjadi, bahwa Shireen Abu Akleh terkena tembakan Israel atau Palestina, tanpa memutuskan siapa yang melepaskan tembakan.
Meninggalnya Shireen Abu Akleh dengan cara menyedihkan, mendapat perhatian luas di media internasional, yang menyebabkan serangkaian kecaman keras terhadap tentara pendudukan Israel dan kebijakannya di wilayah Palestina.
Pada 11 Mei, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan meninggalnya Shireen Abu Akleh (51 tahun), setelah ditembak oleh pasukan pendudukan Israel, pada saat meliput serangan pasukan Israel di kawasan Jabriyat, dekat kamp pengungsi Jenin.
Dalam sebuah pernyataan, media Al-Jazeera Qatar menyatakan bahwa pasukan pendudukan Israel secara langsung bertanggung jawab atas pembunuhan Shireen Abu Akleh. Al-Jazeera menegaskan bahwa bahwa seorang penembak jitu Israel sengaja membunuhnya dengan darah dingin.
(T.FJ/S: Palinfo)