PM Baru Israel Akan Tinggal di Rumah Penduduk Asli Palestina yang Ditinggalkan 1948

“Keputusan Lapid untuk pindah ke vila Hanna Salameh, yang terletak di dekat kediaman resmi perdana menteri di Balfour Street, telah melanggar prinsip lama beberapa mantan perdana menteri,” sebut Haaretz.

BY 4adminEdited Sun,03 Jul 2022,01:37 PM

Tel Aviv, SPNA - Surat kabar Ibrani Haaretz, pada Sabtu (02/07/2022), melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel yang baru, Yair Lapid, untuk sementara akan pindah ke sebuah rumah di Yerusalem, yang dinyatakan sebagai “properti absen”, sebuah properti yang ditinggalkan oleh penduduk asli Arab selama perang 1948.

Yair Lapid akan pindah ke rumah tersebut untuk sementara waktu karena kediaman resmi Perdana Menteri Israel sedang menjalani renovasi. Berdasarkan Undang-Undang Properti Absentee tahun 1950, setiap properti yang pemiliknya berada dalam keadaan bermusuhan dengan Israel selama “keadaan darurat” (yang berlaku hingga hari ini) harus dijadikan milik Israel.

Undang-undang Hukum Properti Absentee ini mendefinisikan siapa saja yang mengungsi atau meninggalkan perbatasan Palestina yang diduduki sampai November 1947, dengan alasan apapun, terutama karena perang, ia dianggap “absen”, yang berarti ia dianggap tidak ada.

Definisi ini memberikan wewenang kepada otoritas pendudukan Israel dan Unit Penjaga Properti di Kementerian Kehakiman Israel untuk menyita bangunan atau properti orang-orang Palestina yang dianggap absen. Tujuan dari undang-undang tersebut adalah untuk mencegah kembalinya orang-orang Arab-Palestina yang terlantar ke tanah atau properti yang ditinggalkannya sebelum, selama atau setelah perang pendudukan Israel terhadap tanah Palestina.

Melalui undang-undang ini, otoritas pendudukan Israel menyita semua aset dan bangunan yang ditinggalkan oleh pengungsi Palestina pada tahun 1948, karena perang atau pengusiran.

“Keputusan Lapid untuk pindah ke vila Hanna Salameh, yang terletak di dekat kediaman resmi perdana menteri di Balfour Street, telah melanggar prinsip lama beberapa mantan perdana menteri,” sebut Haaretz.

Haaretz mengutip seorang ahli dalam sejarah arsitektur di Yerusalem, David Cronker, yang mengatakan bahwa setidaknya dua perdana menteri telah menolak proposal untuk pindah ke “properti absen”.

“Pertama adalah David Ben-Gurion, yang menolak tawaran untuk pindah ke rumah Jamal di Jalan Al-Qalai di Talbieh. Kedua adalah Levi Eshkol, setelah Eshkol terpilih pada tahun 1964, ia ditawari untuk mengambil alih rumah pengacara Arab, Abdel-Gani, di Jalan Bustanai, tempat Eshkol tinggal saat menjadi Menteri Keuangan,” sebut Haaretz.

Haaretz mencatat bahwa vila Hanna Salameh, tempat tinggal Lapid ke depan, dibangun pada tahun 1932 di Balfour Street 2 oleh Hanna (John) Salameh, seorang pengusaha Kristen Arab yang merupakan perwakilan dari General Motors di daerah tersebut. Vila tersebut memiliki bangunan yang luas, indah, dan memiliki kualitas arsitektur yang luar biasa, seperti banyak rumah lain di distrik bergengsi Talbieh, di mana rumah Salama menyimpan plakat pemilik sebelumnya di atas gerbang, misalnya ada pagar yang bertuliskan “Villa Salameh”.

Pada tahun 1948, Hanna Salameh meninggalkan Yerusalem dan pindah ke Beirut, dan seperti properti Arab lainnya di negara itu, rumahnya disita oleh gubernur jenderal dan dipindahkan status kepemilikannya kepada otoritas pendudukan Israel.

Selama bertahun-tahun, bangunan ini digunakan oleh berbagai negara, karena dihuni oleh Marinir AS yang menjaga kantor Konsulat AS yang berada di dekatnya. Kemudian, bangunan tersebut digunakan kembali oleh Kedutaan Guatemala di Israel.

pada tahun 1980, dengan disahkannya Undang-undang Yerusalem yang menetapkan bahwa kota Yerusalem akan tetap bersatu dalam kawasan perbatasan yang ditetapkan oleh pemerintah Israel setelah Perang Enam Hari, dan agar tidak ada bagian kota Yerusalem yang dapat dialihkan ke pemerintah atau badan asing, semua kedutaan asing meninggalkan kota Yerusalem dan bangunan tersebut kembali digunakan oleh otoritas pendudukan Israel.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir