Nasib Tragis Tahanan Palestina di Bawah Pemerintahan Ekstremis Baru Israel

“Kunjungan ini menjadi titik balik dalam menghadapi langkah selanjutnya Palestina dan ancaman hak Israel, dalam arti bahwa ancaman tidak lagi hanya sebagai pernyataan sekilas, tetapi telah memasuki ranah praktis, terutama karena hasutan Ben-Gvir tidak sebatas menyetujui hukuman mati, melainkan ia menuntut agar beberapa langkah harus dilakukan untuk menekan para tahanan (Palestina),” kata kata Abdel Nasser Farwana.

BY 4adminEdited Tue,10 Jan 2023,01:22 PM

Tel Aviv, SPNA - Serangan kejam otoritas pendudukan Israel terhadap tahanan Palestina di penjara akan bertambah dan meningkat, terutama setelah pemerintah ekstremis baru, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang akan memberlakukan undang-undang baru dengan hukuman mati.

Itamar Ben-Gvir mengancam akan memberlakukan undang-undang baru bagi tahanan Palestina melalui hukuman mati oleh hasil keputusan mayoritas biasa dan bukan berdasarkan hasil kesepakatan bersama ketiga hakim sebagaimana yang ditetapkan pada saat ini.

Menteri Keamanan Nasional dan pemimpin partai sayap kanan, Otzma Yehudit, Itamar Ben-Gvir, memulai kebijakannya dengan melawan tahanan Palestina di penjara Israel, ketika mengumumkan pada Jumat (06/01/2023), bahwa dirinya sedang melanjutkan rencana untuk mengadopsi undang-undang yang memberlakukan hukuman mati bagi tahanan Palestina yang dituduh melakukan pembunuhan atau mencoba membunuh orang Israel.

"Saya mengunjungi penjara Nafha kemarin setelah pembangunan sel baru, untuk memastikan bahwa mereka yang membunuh orang Yahudi tidak akan mendapatkan kondisi yang lebih baik dari yang sudah ada,” kata Itamar Ben-Gvir.

Penjara gurun Nafha berjarak 100 kilometer dari kota Bersyeba dan 200 kilometer dari kota Yerusalem. Penjara ini dianggap sebagai salah satu penjara Israel yang paling ketat dan paling keras.

Komite Darurat Tertinggi Gerakan Tahanan Nasional Palestina mengumumkan bahwa para tahanan Palestina memasuki tahap mobilisasi umum di semua pusat penahanan otoritas pendudukan Israel, untuk mempersiapkan konfrontasi selanjutnya.

Pada 7 November 2022, Ben-Gvir meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memperketat dan meningkatkan status pemenjaraan tahanan, membatalkan pemenjaraan tahanan berdasarkan organisasi, dan membatalkan status juru bicara tahanan.

Para tahanan Palestina yang saat ini mendekam di pusat-pusat penahanan pendudukan Israel, dalam keadaan kekhawatiran untuk mengantisipasi tindakan yang akan terjadi pada situasi di masa mendatang. Kekhawatiran ini semakin jelas setelah pembentukan pemerintahan fasis Israel baru yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, dengan sejumlah niat kriminal terhadap para tahanan Palestina.

Niat ini diumumkan selama negosiasi pembentukan pemerintahan baru Netanyahu, ketika ekstremis Itamar Ben-Gvir, mengusulkan penerapan undang-undang hukuman mati bagi tahanan Palestina, yang disambut dengan antusiasme oleh mayoritas anggota pemerintah.

 

Hasutan Ben-Gvir

Pengacara hak asasi manusia dan spesialis dalam urusan tahanan Palestina, Abdel Nasser Farwana, mengatakan bahwa kondisi penjara sedang panas. Ia menambahkan bahwa pengamat dengan jelas mencatat skala ekstremisme Israel terhadap para tahanan.

“Ada peningkatan hasutan dan suara resmi yang menyerukan lebih banyak pembatasan terhadap para tahanan (Palestina),” kata Abdel Nasser Farwana.

Berdasarkan pernyataan Farwana, salah satu serangan tahanan Palestina yang paling nyata adalah tindakan yang dilakukan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir. Farwana menyebut bahwa Ben-Gvir telah melampaui batas ketika menuntut hukuman mati terhadap semua orang yang terlibat atau berpartisipasi dalam aksi pembunuhan orang Israel.

“Pernyataan-pernyataan ini rasis dan kriminal. Ini mengungkapkan wajah buruk pemerintah sayap kanan Israel yang baru,” kata Abdel Nasser Farwana.

Farwana menyatakan bahwa kunjungan provokatif Ben-Gvir ke penjara Nafha termasuk dalam tindakan provokatif dan merupakan sikap nyata partai sayap kanan Israel untuk melemahkan para tahanan Palestina.

“Kunjungan ini menjadi titik balik dalam menghadapi langkah selanjutnya Palestina dan ancaman hak Israel, dalam arti bahwa ancaman tidak lagi hanya sebagai pernyataan sekilas, tetapi telah memasuki ranah praktis, terutama karena hasutan Ben-Gvir tidak sebatas menyetujui hukuman mati, melainkan ia menuntut agar beberapa langkah harus dilakukan untuk menekan para tahanan (Palestina),” kata kata Abdel Nasser Farwana.

Ia menambahakn bahwa Ben-Gvir kembali memberikan perintah untuk mulai menerapkan langkah-langkah, yang mengancam akan meledaknya kondisi di dalam penjara.

“Gerakan Tahanan (Palestina), seperti yang dinyatakan dalam pernyataannya dan seperti yang diungkapkan oleh tahanan Karim Younes, tidak akan membiarkan ini berlalu. Ada program mobilisasi untuk menghadapi tantangan masa ini. Ini akan mempengaruhi semua orang, dalam arti bahwa hal itu akan berdampak di luar penjara, yang mungkin tidak diinginkan oleh dinas keamanan Israel,” kata Farwana.

Ia menyebutkan bahwa ledakan situasi yang terjado hari ini berhubungan dengan eskalasi pergerakan di dalam penjara, bersamaan dengan peningkatan tingkat kesiapan di antara para tahanan dan kesiapan pihak luar untuk mendukung para tahanan Palestina.

Farwana menyerukan perlunya menyatukan langkah-langkah bersama dan bagi orang-orang seperti dirinya harus berada dalam kesiapsiagaan tinggi di luar penjara. Ia menekankan perlunya menggalang dukungan terhadap tahanan Palestina, tujuan, menanggapi keinginan dan seruan mereka ke ruang bersama.

 

Kondisi Sulit

Sementara itu, Yasser Muzher, direktur Yayasan Mohjat Al-Quds, mengatakan bahwa kondisi para tahanan Palestina sangat sulit, terutama setelah pernyataan Ben-Gvir dan setelah meninggalnnya Nasser Abu Hamid akibat pengabaian medis di dalam penjara otoritas pendudukan Israel.

Yasser Muzher menekankan pentingnya persatuan para tahanan Palestina dari berbagai faksi. Ia menyerukan kepada rakyat Palestina untuk mendukung mereka dalam berbagai bentuk.

Yasser Muzher juga meminta Dewan Gabungan untuk mendukung para tahanan Palestina dalam menghadapi kebijakan kantor Administrasi Layanan Penjara dan menentang undang-undang rasis yang dikeluarkan oleh Ben-Gvir.

“Kunjungan Be-Gvir ke penjara Nafha untuk mengkonfirmasi serangan terhadap tahanan kami (Palestina), dan untuk mengkonfirmasi pernyataan yang dia janjikan kepada para pemilihnya. Namun, semua pernyataan dan kunjungan (provokatif) ini akan gagal menghadapi ketabahan rakyat dan tahanan Palestina,” kata Yasser Muzher.

Ia menyatakan bahwa tahanan Palestina menghadapi pertempuran besar dan pemberontakan di dalam dan di luar penjara.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply