Ramallah, SPNA - Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Jumat (26/05/2023), menyampaikan keprihatinan atas situasai yang terjadi di Ein Samia, Ramallah.
Berdasarkan laporan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), komunitas Badui Palestina di Ein Samia, pada hari Senin (22/05/2023), telah dievakuasi untuk memberi ruang bagi para pemukim Israel.
Anggota komunitas penggembala Palestina di Ein Samia di distrik Ramallah Tepi Barat telah mulai membongkar rumah mereka dan pergi. Ein Samia adalah rumah bagi 178 orang, termasuk 78 anak.
Penduduk Palestina di Ein Samia mengatakan bahwa mereka terpaksa mengungsi akibat kekerasan dan kejahatan yang terus dilakukan oleh para pemukim Israel.
“Keluarga-keluarga Palestina ini tidak pergi karena pilihan. Otoritas Israel telah berulang kali menghancurkan rumah dan bangunan lain yang mereka miliki, serta mengancam akan menghancurkan satu-satunya sekolah milik mereka,” kata Koordinator Kemanusiaan, Yvonne Halle.
Yvonne Halle menambahkan bahwa pada saat yang sama, lahan penggembalaan yang tersedia telah menyusut karena perluasan permukiman ilegal Israel. Anak-anak maupun orang-orang dewasa mengalami kekerasan yang dilakukan pemukim Israel.
Di bawah hukum kemanusiaan internasional, pemerintah Israel selaku “pemerintah pendudukan” diwajibkan untuk melindungi hak asasi manusia penduduk Palestina yang berada di Tepi Barat.
Berdasarkan laporan UNOCHA, sejumlah komunitas badui Palestina telah mengungsi karena kondisi yang sama seperti yang dialami Ein Samia, di mana sebanyak kurang dari 200 orang telah digusur sejak tahun lalu.
UNOCHA menjelaskan bahwa penghancuran rumah dan bangunan berulang kali, perluasan permukiman ilegal Israel di tanah Palestina, hilangnya akses ke kawasan penggembalaan, dan kekerasan berulang kali pemukim Israel, merupakan factor yang membuat penduduk Palestina terpaksa meninggalkan tanah mereka.
(T.FJ/S: BBC)