Miskin dan Melarat Akibat Blokade Israel, Anak-Anak Gaza Terpaksa Bekerja di Usia Dini

Akibat blokade Israel kasus pengangguran di Gaza meningkat tajam hingga 43-44%, dimana persentase kemiskinan mencapai 50-55%. Sementara itu 64% populasi Gaza menghadapi rawan pangan. Hal ini menyebabkan sebagian besar keluarga tak mampu mencukupi kebutuhan anak-anak bahkan mendorong anak-anak untuk bekerja meskipun mereka masih di bawah umur,

BY 4adminEdited Tue,15 Aug 2023,01:21 PM

Jalur Gaza, SPNA – Hingga tengah malam Ali Mahya Ahmad masih terus berdiri di persimpangan jalan. Meskipun berpeluh keringat dan kelelahan, dia terpaksa tetap menjajakan air dan jus demi menopang hidup.

“Setiap hari saya menuju persimpangan tengah kota Khan Younes, Jalur Gaza selatan untuk menjual air mineral dan jus kepada siapapun yang lewat. Hal ini saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah dan keluarga.”

Tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang gadis kecil berusia 8 tahun bernama Sarah juga sedang menjajakan kacang tanah. Dengan suara rintih Sarah menawarkan dagangannya kepada warga yang lewat sambil berkata: “Demi Allah tolong beli kacang saya walau hanya satu Syikal”.

Saat ditanya kenapa Sarah rela berjualan tengah malam, dia menjawab: “Saya terpaksa melakukannya demi mencukupi kebutuhan hidup dan membeli perlengkapan sekolah,” terang gadis kecil tersebut.

Di lokasi yang lain, Sufyan dan Khalil juga bekerja sebagai pemulung barang-barang bekas. Kedua bocah berusia 14 tahun tersebut memulung kaleng dan kaca dari botol minuman untuk kemudian dijual ke pengepul.

“Kami memilih bekerja di waktu malam agar tak terlihat orang,  ditambah karena tong sampah di waktu malam memiliki persediaan yang lebih banyak. Barang bekas yang kami kumpulkan kemudian kami jual dengan harga 4 Syikal per-kilo.”

Pekerjaan yang mereka lakukan tidak mudah khususnya bagi anak-anak. Mereka harus membayarnya dengan ancaman terhadap kesehatan bahkan sebagian kehilangan nyawa, dimana seorang pemulung bernama Usamah Al-Sarsak pernah terkubur hidup-hidup dalam kubangan sampah ketika membantu orang tuanya memulung barang bekas.

Berdasarkan laporan Badan Statistik Pusat Palestina (PCBS), tahun 2022 tercatat bahwa persentase anak-anak yang bekerja baik digaji atau tanpa gaji, mencapai 3% dari total populasi Palestina yang berusia 10 sampai 17 tahun.

Ahli kejiwaaan dan sosial Muhammad Al-Mishri mengatakan bahwa mempekerjakan anak di bawah umur dapat berefek negatif terhadap kepribadian dan mengancam masa depan mereka.

“Saat mereka membandingkan diri mereka dengan anak-anak yang lebih beruntung, akan terjadi gejolak dalam diri yang melahirkan rasa cemburu dan dengki terhadap teman-temannya, mereka lalu menyalahkan kedua orang tua yang tak sanggup memberikan kehidupan yang layak.”

Dia menambahkan bahwa hal ini juga berefek buruk terhadap pendidikan. Anak-anak yang bekerja datang ke sekolah dengan tubuh yang  lesu dan lelah, akibatnya mereka kehilangan konsentrasi. Disamping mereka menghadapi penilaian buruk dari teman sekelas ditambah kritikan dari guru karena nilai mereka yang anjlok. Jika dibiarkan maka akan mempengaruhi kepribadian sang anak menjadi sosok yang lemah.

“Kita perlu mengadakan seminar dan workshop demi mengedukasi wali murid tentang ancaman masa depan bagi anak-anak yang bekerja di usia dini,” tukas Al-Mishri.

Sementara itu, Dr. Fadl Al-Mazini mengatakan bahwa Israel menjadi penyebab utama runtuhnya perekonomian di Gaza akibat blokade yang sudah berlangsung sampai 16 tahun dan masih terus berlanjut.

“Akibat blokade Israel, kasus pengangguran di Gaza meningkat tajam hingga 43-44%, dimana persentase kemiskinan mencapai 50-55%. Sementara itu 64% populasi Gaza menghadapi rawan pangan. Hal ini menyebabkan sebagian besar keluarga tak mampu mencukupi kebutuhan anak-anak bahkan mendorong mereka untuk bekerja meskipun masih di bawah umur,” terang Direktur Unit Hak Ekonomi dan Sosial Pusat HAM Palestina tersebut.    

(T.WafaNews)

leave a reply
Posting terakhir