Pemukim Israel Lakukan Tarian Provokatif Dekat Al-Aqsha pada Hari Sukkot Yahudi

Tindakan pelecehan terhadap Al-Aqsha ini pelan-pelan berkembang, di mana pemukim Israel pada saat ini sudah mulai melakukan ritual ibadah Talmud baik secara individu atau secara kelompok di kompleks Masjid Al-Aqsha.

BY 4adminEdited Sun,01 Oct 2023,01:42 PM

Yerusalem, SPNA - Gerombolan pemukim Israel, pada Sabtu pagi (30/09/2023), melakukan ritual Talmud di Kota Tua Yerusalem. Para pemukim Israel juga melakukan tarian provokatif di dekat Masjid Al-Aqsha, pada hari pertama Sukkot Yahudi.

Sementara itu, penduduk Palestina terus melakukan seruan untuk melakukan mobilisasi dan berkumpul di Masjid Al-Aqsha, untuk menghadapi rencana dan kegiatan pemukim Israel dalam memperingati Hari Sukkot di Al-Aqsha dan sekitarnya.

Puluhan pemukim Israel masuk ke pasar Al-Qattanin, yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsha, dan melakukan ritual Talmud. Tindakan ini dilakukan setelah pasukan pendudukan Israel memaksa pemilik toko-toko Pasar Al-Qattanin Palestina untuk menutup toko mereka.

Sukkot merupakan hari raya Yahudi yang jatuh pada tanggal 15 bulan “Tishri”, tepat lima hari setelah hari raya “Yom Kippur”. Sukkot pada awalnya adalah suatu bentuk perayaan kaum petani untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang berhasil. Ini adalah perayaan yang berlangsung selama 7-8 hari dengan berbagai praktik tradisional yang menyertainya.

Para pemukim Israel berniat melakukan serangan terpusat pada Minggu dan Senin (1-2 Oktober), dan mencoba memasukkan tanaman kurban ke kompleks suci Masjid Al-Aqsha selama ritual hari raya Ibrani ini.

Sebelumnya, sekitar 40.000 jamaah muslim Palestina melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Aqsha, meskipun adanya pembatasan masuk jamaah yang dilakukan pasukan pendudukan Israel.

Ulama dan dai Masjid Al-Aqsha, Syeikh Ikrimah Sabri, mengatakan bahwa tindakan agresif otoritas pendudukan Israel, khsusunya selama hari raya Yahudi di Masjid Al-Aqsha, tidak akan memberikan hak atau legitimasi apa pun bagi Yahudi di kompleks suci Al-Aqsha.

Israel merebut Yerusalem Timur, di mana Masjid Al-Aqsha berada, selama Perang Enam Hari pada 1967. Tindakan ini sampai sekarang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Tindakan pelecehan terhadap Al-Aqsha ini pelan-pelan berkembang, di mana pemukim Israel pada saat ini sudah mulai melakukan ritual ibadah Talmud baik secara individu atau secara kelompok di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Pemerintah otoritas pendudukan Zionis dan kelompok pemukim Israel ekstrimis, sejak awal pendudukan tanah Palestina, telah bercita-cita untuk membagi kompleks Masjid Al-Aqsha secara ruang dan waktu bagi Yahudi, terlebih setelah adanya pembagian Masjid Ibrahimi di kota Hebron bagi Yahudi.

Sejak tahun 2003, otoritas pendudukan Israel secara sepihak mengizinkan pemukim Israel untuk memasuki kompleks suci Al-Aqsha hampir setiap hari. Otoritas pendudukan Israel telah mengubah isu pembagian Al-Aqsha menjadi fakta yang diterapkan secara paksa dan secara bertahap.

Tindakan ini dimulai dengan serbuan pemukim Israel ke kompleks Masjid Al-Aqsha yang awalnya jarang dilakukan dan cuma dilakukan pada hari tertentu, sekarang mulai berlangsung setiap hari kecuali pada hari Jumat dan Sabtu, bahkan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada saat ini, mereka berharap dapat menyerbu masuk ke Al-Aqsha setiap hari, sedangkan jamaah muslim Palestina hingga saat ini, terus mendapat pembatasan dan pemeriksaan yang cukup ketat untuk masuk ke Masjid Al-Aqsha.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir