Rekam Jejak Sejarah Jalur Gaza; Dari Pusat Perdagangan Hingga Jadi Tanah Perjuangan

Operasi Tufan Al-Aqsa dibalas Israel dengan melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, sayangnya Israel tidak hanya menargetkan Hamas namun juga warga sipil dimana korban jiwa dari pihak Gaza saat ini sudah mencapai angkah 9000 jiwa, sepertiganya adalah anak-anak

BY 4adminEdited Mon,06 Nov 2023,01:31 PM

Jalur Gaza, SPNA – Jalur Gaza di masa lalu pernah menjadi pusat perdagangan maju di bibir pantai laut merah yang mempertemukan antara benua Asia dan Afrika.

Ribuan tahun lalu, Jalur Gaza telah dibanjiri penduduk, Firaun pernah mengerahkan pasukan untuk merebut wilayah ini, disusul Kerajaan Babilonia, Banga Filistin, Yunani, Macedonia, Romawi, Arab, Mongol, Pasukan Salib, Turki Usmani dan Pasukan Prancis yang dipimpin Napoleon Bonaparte.

Jalur Gaza adalah bagian dari wilayah Palestina kuno yang terdiri dari lima kota yang terletak di bibir pantai Laut Mediterania. Wilayah ini bahkan disebutkan dalam Taurat dan Injil.

Tahun 1400 M, Gaza dikuasai pemerintahan Islam hingga direbut Inggris pada tahun 1917 pasca perang dunia pertama.

Dalam seratus tahun terakhir pemerintahan Gaza silih berganti dari Pemerintahan Militer Inggris lalu Mesir kemudian beralih dibawah Hukum Militer Israel.

Gaza kini menjadi sebuah wilayah yang dikelilingi tembok Israel, dengan populasi sekitar 2.3 Juta jiwa dimana sebagian besarnya merupakan keturunan pengungsi Palestina.

Gaza 1948: Akhir dari Mandat Inggris

Saat Inggris memilih untuk angkat kaki dari Palestina di akhir tahun 1940-an, kekerasan antara Yahudi dan Arab semakin panas, lalu berujung kepada perang antara Israel yang baru berdiri melawan Aliansi Arab pada Mei 1948.

Militer Mesir saat itu berhasil menguasai wilayah garis ndepe yang terbentang sejauh 40 Km dari Sinai ke Ashkelon Selatan.

Saat itu Gaza dibanjiri puluhan ribu pengungsi Palestina yang menyelamatkan diri dari genosida di wilayah-wilayah Palestina utara, akibatnya populasi di Gaza meningkat menjadi sekitar 200.000 jiwa.

Tahun 1950 – 1960: Pemerintahan Militer Mesir

Mesir melalui pemerintahan militer menguasai Jalur Gaza selama dua ndepe. Di masa itu rakyat Palestina diberikan izin untuk bekerja dan belajar di Mesir.

Di saat yang sama sejumlah kelompok perjuangan ndependent Palestina gencar melancarkan aksi penyerangan di wilayah yang dikuasai Israel.

PBB juga saat itu mendirikan UNRWA untuk membantu 1.6 Juta pengungsi Palestina di Gaza, Lebanon, Yordania dan Suriah.

Tahun 1967: Pendudukan Militer Israel

Pasukan Israel menduduki Jalur Gaza dalam perang 1967, saat itu jumlah populasi Gaza mencapai 394.00 jiwa, dimana 60% adalah pengungsi. Israel memiliki peluang penuh untuk menguasai wilayah tersebut dan membangun permukiman di Yahudi setelah Pemerintah Mesir menarik pasukannya dari Gaza.

Tahun 1987: Intifada Pertama dan Pembentukan Hamas

Selama 20 tahun setelah perang 1967, intifada pertama meletus. Hal ini disebabkan serangan pasukan Israel terhadap truk buruh Palestina di Kamp Jabaliya, Jalur Gaza dan menewaskan 4 warga sipil. Akibatnya warga Palestina melakukan aksi protes besar-besaran menuntut Israel bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Di tengah panasnya situasi di Gaza, Ikhwanul Muslimin mendirikan cabang organisasi di Jalur Gaza dengan nama: Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang kemudian menjadi gerakan kedua yang melakukan perlawanan terhadap Israel bersama Fatah yang dipimpin Yaser Arafat.

Tahun 1993: Perjanjian Oslo

Palestina dan Israel menandatangani perjanjian damai tahun 1993. Berdadsarkan perjanjian tersebut Palestina memiliki otoritas terbatas terhadap Jalur Gaza dan  Yerikho di Tepi Barat.

Palestina diberukan hak membangun pemerintahan independen yang bersifat terbatas dan hak untuk menderikan negara Palestina setelah 5 tahun, sayangnya hal itu tidak pernah terjadi. Israel jsutru melanggar perjanjian Oslo dengan melakukan ekspansi hunian ilegal di wilayah Palestina.

Di masa ini, Hamas dan Jihad Islam mulai melancarkan aksi serangan pemboman menargetkan Israel, Tel Aviv lalu membalas serangan itu dengan memperketat mobilitas warga Palestina.

Tahun 2000: Intifada II

Hubungan Gaza dan Israel terjun bebas pasca meletusnya Intifada II. Dalam serangan tersebut rakyat Gaza secara aktif melakukan serangan bom bunuh diri semenatra pihak Israel gencar melakukan serangan udara, penembakan dan peledakan bangunan.

Bandar udara Gaza yang baru diresmikan tahun 1998 hancur akibat serangan roket Israel. Padahal, Bandara itu adalah harapan warga Gaza untuk membangun ekonomi secara independen, sayangnya Israel menganggap Bandara Gaza sebagai ancaman nasional.

Selain itu Israel membatasi area penangkapan ikan di Gaza dan mengancam sumber pendapatan dan ekonomi puluhan ribu rakyat Palestina.

Tahun 2005: Israel Menarik Diri dari Gaza

Pada Agustus 2005 Israel menarik seluruh militer dan warga Yahudi dari Gaza lalu mulai mengisolasi Gaza dengan mendirikan tembok dan pagar pembatas.

Tahun 2006: Blokade Gaza

Hamas berhasil memenangkan pemilu di tahun 2006 dan memiliki otoritas penuh terhadap Gaza. Israel melihat kemenangan Hamas sebagai ancaman, akibatnya mereka memblokade Gaza secara total. Rakyat Gaza juga kehilangan bantuan dari sejumlah negara karena Hamas dianggap organisasi teroris.

Tidak hanya itu Israel gencara melakukan serangan roket yang menyebabkan sumber pembangkit listrik satu-satunya di Gaza lumpuh.

Blokade terhadap Gaza juga melumpuhkan sektor ekonomi. Israel tercatat telah melakukan agresi besar pada tahun 2009, 2012 dan 2014, mereka terbukti melakukan kejahatan perang karena menargetkan warga sipil dengan bom fosfor.

Tahun 2023: Serangan Oktober 2023

Saat Israel mengira bahwa Hamas tak mampu berperang dan berupaya bangkit dari keterpurukan ekonomi, ternyata prajurit Hamas mendapatkan latihan secara diam-diam. Hal ini dibuktikan pada 7 Oktober 2023 lalu dimana sayap militer Hamas, Brigade Izuddin Al-Qassam melancarkan serangan permukiman Israel di sekitar Gaza.  

Hamas menggunakan paragliding untuk memasuki wilayah Israel dan memburu prajurit Israel serta menculik  240 warga Israel untuk dijadikan tawanan. Israel dinyatakan mengalami kegagalan intelejen karena tidak memprediksi operasi yang dinamai Tufan Al-Aqsa tersebut.

Operasi Tufan Al-Aqsa dibalas Israel dengan melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, sayangnya Israel tidak hanya menargetkan Hamas namun juga warga sipil dimana korban jiwa dari pihak Gaza saat ini sudah mencapai angkah 9000 jiwa, sepertiganya adalah anak-anak.

(T.RS/S:The Independent)

leave a reply
Posting terakhir

Perjuangan Palestina dari Medan Perang Hingga ke Meja Perundingan

Sejumlah anak-anak muda Palestina yang saat itu tersebar di negara-negara Arab menjadi garis depan gerakan Fatah dalam mengkampanyekan revolusi Palestina. Mereka juga memimpin perjuangan baik di bidang militer atau politik. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO)  melalui kadernya menyatukan perjuangan untuk membebaskan Palestina.