London, SPNA - Surat kabar Inggris Middle East Monitor (MEMO), pada Selasa (14/11/2023), mengatakan bahwa Israel telah kehilangan kredibilitasnya sebagai akibat dari banyaknya tudingan, tuduhan, dan berbagai pernyataan tanpa bukti.
Hal sebaliknya terjadi pada faksi perlawanan Palestina, terutama Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), yang menyertakan bukti terhadap pernyataan-pernyataan yang mereka sampaikan.
MEMO adalah organisasi pemantau pers dan kelompok nirlaba yang berdiri pada pertengahan tahun 2009. Sebagian besar tugas MEMO berfokus pada konflik Israel-Palestina, akan tetapi juga menulis tentang isu-isu lain di Timur Tengah.
MEMO menggambarkan tuduhan Israel terhadap Hamas sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, khususnya karena tuduhan Israel tersebut dilakukan tanpa dasar penyelidikan, bukti atau konteks, seperti laporan Israel yang membunuh seorang teroris akibat melarang penduduk sipil melarikan diri dari Kompleks Medis Al-Shifa, atau bahwa pejuang Hamas memenggal 40 anak-anak, atau gadis-gadis muda yang diperkosa Hamas, pada awal serangan operasi Badai Al-Aqsha pada tanggal 7 Oktober.
MEMO menyatakan bahwa tuduhan Israel dilakukan untuk menjelek-jelekkan dan memperburuk citra kelompok perlawanan Palestina dan sebagai cara untuk membenarkan genosida penduduk Palestina di Jalur Gaza. Namun, dokumentasi Palestina atas kejahatan Israel di Jalur Gaza telah membuat Tel Aviv kehilangan kredibilitas internasionalnya.
Kebohongan Israel tidak dapat lagi menahan dokumentasi kekejaman dan berbagai foto dan video tentang kebenaran dari Jalur Gaza, meskipun Israel telah merekrut jurnalis dan influencer untuk menggambarkan orang-orang Palestina sebagai “manusia binatang”, seperti yang digambarkan politisi Israel.
MEMO menyebutkan bahwa keakuratan cerita versi Palestina memaksa para pejabat Amerika, yang awalnya meragukan jumlah korban di Jalur Gaza, akhirnya mengakui bahwa pihak Palestina mengatakan yang sebenarnya.
Kredibilitas Kelompok Perlawanan
MEMO menunjukkan bahwa Abu Ubaida dan Abu Hamzah, yang masing-masing merupakan juru bicara militer Brigade Al-Qassam dan Brigade Al-Quds, memberikan laporan yang sangat akurat tentang kondisi perang, kerugian, serta kemajuan militer Israel dalam pernyataan mereka.
Pernyataan Abu Ubaida sering kali diikuti dengan video yang mendokumentasikan penghancuran sistematis terhadap tank Israel untuk membuktikan validitas pernyataannya. Sementara pihak Israel tidak memberikan bukti apa pun yang mendokumentasikan klaim tersebut.
Iklan dan Propaganda yang Kurang Efektif
MEMO melaporkan bahwa propaganda Israel tidak lagi mampu memberikan pengaruh yang signifikan, meskipun sejumlah media besar terus mendukung Tel Aviv. Hal ini terjadi karena penduduk Palestina dan para pendukung perjuangan Palestina mengambil alih posisi Israel menggunakan media sosial, yang untuk pertama kalinya melawan kampanye propaganda terorganisir Israel.
MEMO menyebut bahwa operasi mendadak Hamas pada 7 Oktober tidak memungkinkan Israel merencanakan kampanye propaganda media untuk membenarkan perang yang meluas di Jalur Gaza dan pembunuhan penduduk sipil.
MEMO menekankan bahwa hilangnya kredibilitas Israel akan mendorong masyarakat dunia untuk mempertimbangkan kembali gagasan tentang masa kini, masa depan, dan masa lalu Israel, yaitu pondasi rezim Zionis Israel itu sendiri dibangun berdasarkan pada kebohongan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, hingga pada Selasa (14/11/2023), sebanyak 11.320 penduduk Palestina meninggal dunia dalam serangan udara militer pendudukan Israel, termasuk di antaranya 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan, serta lebih 29.500 orang mengalami luka-luka. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mencatat 3.600 laporan orang hilang, termasuk 1.755 anak-anak yang masih tertimbun reruntuhan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza menambahkan bahwa sebanyak 198 tenaga kesehatan meninggal dunia akibat serangan Israel, termasuk di antaranya dokter, perawat, dan paramedis. Sebanyak 51 jurnalis meninggal dunia akibat serangan Israel.
(T.FJ/S: Ajazeera)