Rusia Samakan Kondisi Gaza dengan Leningrad yang Dikepung Nazi pada Perang Dunia II

Vasily Nebenzya kemudian membandingkan pengepungan mengerikan Leningrad yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, yang berlangsung hampir 900 hari dan membunuh lebih dari satu juta orang di Leningrad akibat pemboman dan kelaparan.

BY 4adminEdited Wed,13 Dec 2023,02:36 PM
W2.jpg

Moskow, SPNA - Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vasily Nebenzya, pada Selasa (13/12/2023), mengatakan situasi di Jalur Gaza saat ini mirip dengan pengepungan Leningrad pada Perang Dunia II.

Pernyataan Vasily Nebenzya ini dikeluarkan sehari setelah ia mengunjungi perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir, tempat bantuan kemanusiaan dikirim ke Jalur Gaza, bersama delegasi Dewan Keamanan PBB. Selama kunjungan ke Rafah, para diplomat dapat berkomunikasi dengan otoritas lokal dan pekerja kemanusiaan di Jalur Gaza.

“Perjalanan ini memungkinkan kami untuk lebih memahami apa yang terjadi di Jalur Gaza ini. Ada bencana kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza dan semakin buruk setiap hari, meskipun tidak mungkin membayangkan hal yang bisa lebih buruk terjadi dari yang sekarang. Dari semua lawan bicara kami, kami hanya mendengar satu hal: kita memerlukan gencatan senjata. Kita harus menghentikan pembantaian ini,” kata Vasily Nebenzya di Majelis Umum PBB.

Vasily Nebenzya kemudian membandingkan pengepungan mengerikan Leningrad yang dilakukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, yang berlangsung hampir 900 hari dan membunuh lebih dari satu juta orang di Leningrad akibat pemboman dan kelaparan.

 “Apakah Gaza menghadapi nasib yang sama (seperti Leningrad)? Tidak mungkin membayangkan bagaimana hal ini terjadi di zaman kita,” kata Vasily Nebenzya.

Sebelumnya, Amerika Serikat, pada Jumat (08/12/2023), memveto permintaan Dewan Keamanan PBB untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza. Sejak serangan brutal Israel terhadap Jalur Gaza yang juga menargetkan pemukiman penduduk sipil dan rumah sakit, Dewan Keamanan PBB berulang kali menjadi sorotan akibat gagal mengeluarkan resolusi atau bahkan pernyataan kemanusiaan tentang situasi di Jalur Gaza yang kian mengkhawatirkan.

Sejumlah pihak menilai Dewan Keamanan PBB gagal menjalankan fungsinya sebagai penjaga perdamaian. Sementara itu, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, mengecam Amerika Serikat yang memveto resolusi gencatan senjata kemanusiaan di Dewan Keamanan PBB. Palestina menyebut Israel sebagai kaki tangan Israel yang terlibat dalam genosida terhadap belasan ribu penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Pada hari Selasa, Majelis Umum PBB kembali mengadopsi resolusi yang diajukan oleh Mesir dan Mauritania yang menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza, dengan 153 negara memberikan suara mendukung resolusi, yang mencakup teks yang sebelumnya diusulkan oleh Uni Emirat Arab, yang ditolak karena veto Amerika.

Puluhan negara ikut mendukung resolusi tersebut, termasuk Rusia, Belarus, Tiongkok, Malta, dan Portugal. Resolusi ini menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, serta pembebasan semua tahanan. Selain itu, resolusi mewajibkan semua pihak yang berkonflik untuk mematuhi hukum humaniter internasional.

Kementerian Dalam Negeri Palestina di Jalur Gaza, pada Selasa (12/12), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 18.412 orang dan lebih dari 50.100 lainnya mengalami luka-luka.

Perang di Jalur Gaza telah memasuki hari ke-68. Tentara Israel terus membombardir berbagai kawasan di utara dan selatan Jalur Gaza, di tengah ketakutan internasional akan memburuknya bencana kemanusiaan.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir