UNRWA: Jalur Gaza Berubah Jadi Tempat yang Tak Layak Huni

Adnan Abu Hasna menyebut bahwa Rafah sedang dalam keadaan krisis kemanusiaan, sosial, dan ekonomi. Ia menyebut bahwa UNRWA merupakan lembaga terbesar yang memberikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza pada saat ini. Namun, bantuan yang diberikan oleh UNRWA masih kecil dibandingkan dengan jumlah bantuan yang seharusnya diterima.

BY 4adminEdited Wed,10 Jan 2024,05:25 AM

Gaza, SPNA - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), pada Selasa (09/01/2023), mengatakan bahwa Jalur Gaza telah berubah menjadi tempat yang tidak layak untuk dihuni lagi, setelah lebih dari 3 bulan Israel membombardir Jalur Gaza.

Hal ini terungkap dalam wawancara yang dilakukan oleh situs United Nations News dengan juru bicara UNRWA, Adnan Abu Hasna.

“Gaza adalah tempat terburuk di dunia. Jalur Gaza sedang diubah menjadi tempat yang tidak dapat dihuni lagi. Ada sekitar 1,9 juta pengungsi di berbagai wilayah Jalur Gaza, di mana sekitar 1,4 juta di antaranya tinggal di 155 sekolah dan pusat penampungan yang berafiliasi dengan UNRWA,” kata Adnan Abu Hasna.

Adnan Abu Hasna menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk Jalur Gaza kini terpaksa mengungsi ke kota Rafah dekat perbatasan Mesir. Ia menyebutkan bahwa jumlah pengungsi di kota Rafah kini telah mencapai 1,4 juta pengungsi. Jumlah ini kemungkinan besar akan meningkat dalam beberapa waktu mendatang menjadi 1,5 juta. UNRWA tidak punya kapasitas untuk menghadapi kehancuran yang sedang berlangsung ini.

Adnan Abu Hasna menyebut bahwa Rafah sedang dalam keadaan krisis kemanusiaan, sosial, dan ekonomi. Ia menyebut bahwa UNRWA merupakan lembaga terbesar yang memberikan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza pada saat ini. Namun, bantuan yang diberikan oleh UNRWA masih kecil dibandingkan dengan jumlah bantuan yang seharusnya diterima.

Sebelumnya, pada 30 Desember 2023, Bulan Sabit Merah Palestina, menyebutkan bahwa seluruh bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza tidak memenuhi 10 persen kebutuhan penduduk Palestina di Jalur Gaza.

“Semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza tidak memenuhi 10 persen kebutuhan. Truk-truk yang masuk ke Selatan Jalur Gaza tidak memenuhi kebutuhan riil penduduk. Truk bantuan yang masuk ke selatan Gaza sangat terbatas, akibat terus berlanjutnya blokade,” kata Bulan Sabit Merah Palestina.

Israel mengendalikan jumlah truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza dari penyeberangan Rafah. Truk-truk bantuan ini harus menjalani pemeriksaan yang ketat sebelum masuk. Ribuan ton bantuan kemanusiaan menumpuk di penyeberangan Rafah di bagian Mesir akibat adanya pembatasan masuk dan pemeriksaan yang ketat yang dilakukan Israel.

Sementara itu, Israel terus membombardir Jalur Gaza dan melakukan kejahtan genosida terhadap penduduk Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, pada Rabu (10/01), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 23.357 orang dan 59.410 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.

Israel melakukan genosida dengan melakukan pemboman secara brutal terhadap pusat-pusat pemukiman penduduk, tempat ibadah, sekolah, hingga rumah sakit.

(T.FJ/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir

The Independent: Gaza Sudah Lama Tak Layak Huni

Lima tahun lalu, PBB  telah meramalkan bahwa jika Gaza tak kunjung berubah, wilayah ini akan menjadi tak layak huni tahun 2020. PBB sudah berkali-kali mengeluarkan peringatan ini, dan batas waktunya sudah tiba.  Kenyataannya, Gaza telah lama menjadi wilayah tak layak huni. Gaza bukan bom waktu, namun ledakan yang bergerak lambat.