Gaza, SPNA - Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Stephane Dujarric, sebagaimana dilansir RT Arabic, pada hari Kamis (13/01/2024), menyatakan PBB menyesal atas penghalangan yang dilakukan Israel terhadap dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Ia menekankan bahwa setiap menit penundaan akan mengakibatkan hilangnya nyawa.
“Rekan-rekan kemanusiaan kami mengatakan kepada bahwa antara 1 dan 10 Januari, hanya ada tiga pengiriman dari total 21 pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, air dan barang-barang penting lainnya, yang dapat dikirim ke Jalur Gaza bagian utara,” kata Stephane Dujarric.
Stephane Dujarric menegaskan bahwa pengiriman tersebut mencakup beberapa misi untuk membawa peralatan medis ke Kota Gaza dan bahan bakar untuk menghidupkan mesin dan sanitasi di Kota Gaza dan wilayah utara Jalur Gaza. Namun, pengiriman tersebut ditolak oleh Israel.
“Kemampuan PBB untuk menyalurkan kebutuhan besar di bagian utara Jalur Gaza terhambat oleh penolakan (Israel) berulang kali untuk memasukkan bantuan dan kurangnya koordinasi Israel untuk memberikan jalur (pengiriman) yang aman,” kata Stephane Dujarric.
Stephane Dujarric menyebutkanba bahwa larangan, penolakan, dan pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan telah melumpuhkan kinerja aktivitas kemanusiaan dalam skala yang diperlukan. Ia mencatat adanya kemunduran yang cukup mencolok dalam tingkat persetujuan izin masuk bantuan kemanusiaan dibandingkan dengan bulan Desember 2023.
“Setiap hari kami tidak dapat memberikan bantuan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan penderitaan ribuan orang yang masih berada di wilayah utara Gaza,” kata Stephane Dujarric.
Bulan Sabit Merah Palestina, pada 30 Desember 2023, menyebutkan bahwa seluruh bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza tidak memenuhi 10 persen kebutuhan penduduk Palestina di Jalur Gaza.
“Semua bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza tidak memenuhi 10 persen kebutuhan. Truk-truk yang masuk ke Selatan Jalur Gaza tidak memenuhi kebutuhan riil penduduk. Truk bantuan yang masuk ke selatan Gaza sangat terbatas, akibat blokade Israel yang masih terus berlanjut,” kata Bulan Sabit Merah Palestina.
Kementerian Luar Negeri Palestina menegaskan bahwa kelaparan yang melanda Jalur Gaza merupakan imbas dari kebijakan blokade Israel yang bertujuan untuk membuat kondisi kelaparan dengan sengaja dan melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Israel mengendalikan jumlah truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza dari penyeberangan Rafah. Truk-truk bantuan ini harus menjalani pemeriksaan yang ketat sebelum masuk. Ribuan ton bantuan kemanusiaan menumpuk di penyeberangan Rafah di bagian Mesir akibat adanya pembatasan masuk dan pemeriksaan yang ketat yang dilakukan Israel.
Sementara itu, Israel terus membombardir Jalur Gaza dan melakukan kejahtan genosida terhadap penduduk Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, pada Rabu (10/01), mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat pemboman Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 23.843 orang dan 60.317 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritas korban korban jiwa pemboman Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Israel melakukan genosida dengan melakukan pemboman secara brutal terhadap pusat-pusat pemukiman penduduk, tempat ibadah, sekolah, hingga rumah sakit.
(T.FJ/S: RT Arabic)