Riyadh, SPNA – Pemerintah Arab Saudi, pada hari Rabu (07/02/2024), menyampaikan dengan tegas penolakannya untuk melakukan normalisasi dengan Israel.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi merespon juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Kirby, yang berbicara tentang masa depan normalisasi Israel dan negara-negara Arab.
Pada hari Selasa (06/02/2024), John Kirby mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih menerima “umpan balik positif” bahwa Arab Saudi dan Israel bersedia untuk terus membahas normalisasi.
“Jadi diskusi itu juga sedang berlangsung. Kami tentu saja mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak sehingga mereka bersedia melanjutkan diskusi tersebut,” kata Kirby kepada wartawan.
Sehari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga baru saja melakukan kunjungannya ke Arab Saudi. Meski dilaporkan hanya berbicara tentang bantuan kemanusiaan untuk Gaza, namun kunjungan tersebut telah menyebabkan banyak pihak berspekulasi tentang sikap Arab Saudi terkait normalisasi dengan Israel.
Dalam pernyataannya, Arab Saudi memberikan syarat untuk normalisasi dengan Israel. Syarat tersebut yaitu kemerdekaan untuk Palestina di atas wilayah 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Dan penghentian serangan ke Gaza serta penarikan militer Israel.
“Tidak akan ada hubungan diplomasi dengan Israel sebelum ada pengakuan untuk negara Palestina yang merdeka di atas batas wilayah 1967, dan ibu kotanya Yerusalem Timur. Serta menghentikan serangan ke Gaza serta penarikan seluruh militer Israel dari Gaza,” tulis Kementerian dalam pernyataannya.
Selain itu, Arab Saudi juga mengajak dunia internasional untuk mempercepat pemberian pengakuannya untuk Palestina. Terutama negara-negara yang memiliki keanggotaan tetap di PBB. “Kami mengajak untuk segera mungkin memberikan pengakuan bagi Palestina, agar warga Palestina dapat memperoleh seluruh hak-haknya serta terciptanya perdamaian yang konprehensif dan adil.”
Situs berita The Cradle melaporkan, pekan lalu, Reuters mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa para pejabat Saudi secara pribadi mendesak Washington untuk menekan Israel agar mengakhiri genosida di Gaza dan berkomitmen pada “cakrawala politik” untuk negara Palestina, serta menawarkan untuk menormalisasi hubungan dan membantu mendanai rekonstruksi Gaza sebagai imbalannya.
Pakta normalisasi Saudi-Israel adalah bagian dari “kesepakatan besar” AS untuk kerajaan tersebut, yang juga mencakup pakta pertahanan komprehensif dengan Washington, akses terhadap persenjataan canggih AS, dan bantuan pengembangan program nuklir sipil.
Pada bulan September 2023, sebuah laporan oleh The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa delegasi Otoritas Palestina (PA) mengunjungi Riyadh untuk merundingkan persyaratan untuk mendukung inisiatif Arab Saudi menuju normalisasi.
Skema yang dimediasi AS dibatalkan oleh peristiwa 7 Oktober, ketika perlawanan Palestina di Gaza melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa, dan tentara Israel merespons dengan meratakan dua pertiga wilayah tersebut, menewaskan sedikitnya 27.000 orang sejak saat itu.
(T.HN/S: Aljazeera)