Israel dan Hizbullah Sedang Mempersiapkan Perang

“Ancaman Israel untuk mempersiapkan rencana militer untuk menyerang Lebanon bukanlah hal baru dan terdapat ribuan bukti pelanggaran Israel terhadap perbatasan, perairan, dan langit Lebanon,” kata sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah.

BY 4adminEdited Thu,29 Feb 2024,06:50 PM
Wilayah selatan Lebanon yang diserang rudal Israel

Tel Aviv, SPNA - Media Uni Emirat Arab, The National, pada Rabu (28/02/2024), melaporkan bahwa berdasarkan sumber militer dari Israel dan Lebanon, Israel telah merencanakan rencana perang di selatan Lebanon untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan. Hizbullah sendiri sedang bersiap menghadapi semua scenario yang akan dilancarkan Israel, termasuk invasi darat.

Serangan terus menerus antara kedua belah pihak di perbatasan Lebanon-Israel dan adanya tanda-tanda kemungkinan gencatan senjata yang diperkirakan akan segera terjadi di Gaza telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Israel akan mengalihkan perhatiannya ke selatan Lebanon.

Bentrokan Hizbullah dan Israel telah memaksa puluhan ribu warga dari kedua sisi perbatasan meninggalkan rumah dan mencari keselamatan di tempat lain.

“Sebagian besar warga Israel yang meninggalkan rumah mereka di utara tidak akan kembali lagi kecuali ancaman Hizbullah dihilangkan. Ini adalah sumber tekanan besar terhadap militer dan pemerintah Israel. Ini bisa berarti perang besar lainnya,” kata seorang pejabat militer Israel.

Menurut sumber militer, Israel telah menyiapkan rencana kemungkinan perang di selatan Lebanon, yang bertujuan untuk mengusir Hizbullah dari daerah perbatasan hingga jaraknya antara 10 dan 15 kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel.

Pada hari Senin, Israel memblokir sebuah lokasi di dekat kota Baalbek di timur laut Lebanon. Ini menunjukkan keinginan Israel untuk terlibat dalam tindakan lebih jauh untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan tanpa adanya solusi diplomatik.

Serangan di dekat kota Baalbek yang merupakan tujuan wisata terkenal dengan reruntuhan kuno itu merupakan serangan Israel terdalam di Lebanon sejak perang Israel-Hizbullah tahun 2006.

Tentara Israel mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap serangan Hizbullah yang membuat drone Hermes 450 jatuh di selatan Lebanon. Ini adalah kedua kalinya Hizbullah mengumumkan penembakan yang menjatuhkan pesawat tak berawak sejak dimulainya bentrokan lintas batas hingga saat ini.

Para ahli militer menyebutkan bahwa intensitas serangan, yang semakin meluas ke wilayah Lebanon dalam beberapa pekan terakhir dan berpuncak pada serangan di Baalbek, juga merupakan upaya Israel untuk meningkatkan tekanan terhadap Hizbullah. Serangan ini dilakukan untuk mendorong Hizbullah untuk bereaksi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai dalih oleh Israel untuk melancarkan perang penuh terhadap Lebanon.

Pada hari Minggu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengindikasikan bahwa Israel berencana untuk meningkatkan serangan terhadap Hizbullah jika terjadi gencatan senjata di Gaza. Namun dalam menghadapi Hizbullah, Israel akan menghadapi ancaman yang jauh lebih kuat dibandingkan ancaman di Jalur Gaza, di mana hampir 30.000 penduduk sipil Palestina dibunuh tentara Israel dengan brutal.

Sebelum perang Gaza, kelompok pejuang Palestina di Jalur Gaza diperkirakan memiliki sekitar 30.000 roket, sebagian besar tidak terarah. Hizbullah, sebaliknya, diperkirakan memiliki antara 100.000 dan 150.000 roket dan peluru kendali, beberapa di antaranya mampu menyerang sasaran jauh di wilayah Israel secara akurat.

“Ancaman Israel untuk mempersiapkan rencana militer untuk menyerang Lebanon bukanlah hal baru dan terdapat ribuan bukti pelanggaran Israel terhadap perbatasan, perairan, dan langit Lebanon,” kata sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah.

Kelompok perlawanan Islam di Lebanon akan bertindak, seperti yang mereka lakukan di masa lalu, berdasarkan prinsip membela tanah air Lebanon dan pembebasan wilayah-wilayah yang diduduki Israel.

Berdasarkan laporan AFP, saling serang di perbatasan telah membunuh 276 orang di pihak Lebanon, sebagian besar merupakan pejuang Hizbullah dan termasuk di antaranya 44 penduduk sipil. Sementara itu, berdasarkan menurut tentara Israel, sebanyak 10 tentara dan pemukim Israel tewas.

Dalam perang tahun 2006, sekitar 1.200 penduduk Lebanon meninggal dunia dan 4.400 lainnya mengalami luka-luka, di mana mayoritasnya merupakan penduduk sipil. Sementara itu, Israel melaporkan 158 orang tewas dan mayoritas merupakan tentara.

Pada tahun 1982, Israel menginvasi Lebanon dengan dalih menghentikan serangan Palestina di perbatasannya. Tiga tahun kemudian, Israel menarik diri ke sungai Litani dan menciptakan zona keamanan di kawasan tersebut. Pendudukan Israel di wilayah selatan Lebanon berlanjut hingga tahun 2000.

Ketakutan terhadap infiltrasi pasukan komando Radwan Force dari kelompok pejuang Lebanon telah meningkat secara signifikan sejak serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, di mana desa-desa Israel mempersiapkan milisi mereka sendiri untuk melakukan pertahanan.

Sementara itu, di pihak Lebanon, Hizbullah, yang telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak takut dengan perang skala besar, telah mempersiapkan untuk semua skenario, termasuk invasi darat tentara Israel.

“Semuanya sedang dipersiapkan di selatan untuk perang. Senjata, pertahanan, rumah, tempat penyimpanan makanan,” kata salah satu pejabat keamanan Hizbullah.

Daerah perbatasan di selatan Lebanon telah menyaksikan ketegangan keamanan, baku tembak, dan pemboman rudal antara tentara Israel dan Hizbullah sejak Hamas melancarkan Operasi “Badai Al-Aqsha” pada 7 Oktober 2023 dan Israel menyatakan perang terhadap Gaza.

Hizbullah beberapa kali menegaskan bahwa selama Israel masih belum menghentikan perang dan genosida di Jalur Gaza, maka serangan dan perang dari Hizbullah Lebanon tidak akan berhenti.

(T.FJ/S: The National)

leave a reply
Posting terakhir